aimun bin Hibatallah yang meninggal
pada tahun 495 H atau 1102 M (Moquette, 1912: 208 – 214).
Kemudian pada tahun 1910 van Ronkel berhasil membaca
nisan kubur Malik Ibrahim yang ada di kota Gresik kota. Hasil
pembacaan van Ronkel diulangi lagi oleh Th.W. Juynboll.
Kedua orang ini membaca bulan wafatnya Malik
Ibrahim yaitu Rabi’ul Awwal. Namun pembacaan keduanya
disangkal oleh Moquette. Hasil pembacaan Moquette yaitu
Rabi’ul Akhir. Dari inskripsi yang ada pada nisan makam
Malik Ibrahim ini diperoleh angka tahun 822 H atau 1419
M (Tjandrasasmita, 1992: 108). Di samping itu, pada Kompleks
Makam Pusponegoro di kota Gresik juga ditemukan inskripsi
dengan huruf pegon, yang terdapat pada salah satu cungkup
makam. Masih di kabupaten Gresik, yaitu di daerah Giri
terdapat sebuah pesantren dan kompleks makam Islam kuna
yang dikenal sebagai pusat pengembangan agama Islam untuk
wilayah Indonesia bagian timur (Umar, 1979).
Bangunan baru yang berfungsi sebagai cungkup Dok. Sugeng. R
178 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Sementara itu, makammakam yang terdapat di daerah
Troloyo dan Trowulan, Kabupaten Mojokerto pernah diteliti
oleh Uka Tjandrasasmita. Hasil penelitian ini kemudian
dipubli kasikan lewat Aspek-aspek Arkeologi Indonesia No.
3 tahun 1976. Di dalam tulisan ini diuraikan bahwa
di kedua daerah ini (Troloyo dan Trowulan) banyak
ditemu kan makam yang berasal dari abad XIV sampai dengan
XVI. Dari makammakam ini banyak ditemukan nisan
yang berinskripsi huruf Arab. Sarjana lain yang lebih dahulu
meneliti daerah ini yaitu L.Ch. Damais yang tulisannya
dimuat dalam BEFEO tahun 1957. Dalam tulisan tersebut,
Damais menyebutkan bahwa di daerah itu banyak ditemukan
nisannisan kubur dari orangorang muslim yang pada waktu
itu bermukim di sekitar Keraton Majapahit. Sekitar 30 buah
nisan dan balok batu bertulis telah diteliti oleh Damais. Nisan
nisan ini kebanyakan menyebut angka tahun dengan
tahun Çaka. Angkaangka tahun ini sejaman dengan
masa berdiri, masa kejayaan, dan masa keruntuhan Kerajaan
Majapahit (Damais, 1957: 353415).
Dari Kompleks Makam Troloyo dapat diketahui berbagai
aspek kepurbakalaan yang berhubungan dengan gejala atau
fenomena perkembangan Islam, khususnya di Jawa Timur,
lebih khusus lagi berkaitan erat dengan keberadaan Kerajaan
Majapahit. Dari berbagai macam penelitian yang pernah
dilakukan, baik oleh peneliti asing maupun peneliti pribumi
terhadap data kronologi, data keletakan kompleks makam,
data ragam hias, dan data inskripsi, dapat diketahui tentang
nilai sejarah, nilai politik, nilai budaya, dan juga nilai agama
yang melatarinya.
Dalam tulisan ini yang akan dibahas yaitu nilai yang
berhubungan dengan agama (Islam). Khusus nilai agama, hal
179Fenomena Islam Pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit
ini dapat diketahui salah satunya dari data inskripsi yang ada.
Oleh sebab itu maka kajian yang akan dilakukan terhadap isi
inskripsi dan studi terhadap paleografinya, diharapkan akan
dapat mengungkap halhal yang berkaitan dengan maksud
dan tujuan pencantuman isi dari inskripsi tersebut.
Bangsa Indonesia pada abad XIII sampai dengan XVIII
pernah mengalami masa kejayaan lewat kerajaankerajaan
Islam. Dengan demikian setidaktidaknya akan meninggalkan
bekasbekas aktivitasnya. Terutama dalam hal ini yang ber
kaitan dengan manusia dan warga pendukungnya
(warga muslim), yaitu makam. Tetapi jauh sebelum itu,
yaitu pada abad XI masehi sudah ditemukan peninggalan
Islam tertua (berupa makam juga) yang merupakan indikasi
tentang hadirnya Islam di Indonesia.
Kompleks Makam Troloyo
Kompleks makam Troloyo
terletak di Dukuh Sidodadi, Desa
Sentonorejo, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto. Di kompleks
pemakaman ini banyak ditemukan
makammakam kuna. Makam
makam ini sebagian masih
dalam keadaan terawat dengan
adanya juru pelihara dari BP3 Jawa
Timur, namun sebagian lagi telah
mengalami perubahan dengan
adanya penambahan berbagai bangunan baru. Pada kompleks
makam ini sekarang telah dibuat beberapa bangunan baru
Inskripsi yang berisi tentang
kalimat tauhid
Dok. Sugeng. R
180 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
yang berdiri di atas bangunan cungkup lama, termasuk areal
perparkiran. Beberapa makam akan diuraikan di bawah ini:
1. Kubur Panjang
warga menyebut makam ini Kubur Panjang,
sebab merupakan sebuah makam yang panjangnya
melebihi ukuran panjang makam pada umumnya. Kubur
Panjang terletak di sebelah timur laut masjid dan disebut
sebagai makam Syeh Ngundung. Inskripsi yang terdapat
pada nisan makam merupakan kutipan ayatayat Al
Qur’an dari satu potong Surat Ali Imran ayat 185, Surat
AlAmbiya ayat 35, Surat AlAnkabut ayat 37, dan Surat
ArRahman ayat 26 dan 27.
2. Kubur Tunggal
Dok. Sugeng. R Sebuah masjid yang terletak
di dalam Kompleks Makam Troloyo
Disebut Kubur Tunggal sebab dahulu (sebelum
adanya pembangunan cungkup baru) kuburan ini terletak
di dalam sebuah cungkup dan berdiri sendiri. Kuburan ini
terletak di sebelah timur masjid. Makam ini oleh warga
setempat disebut sebagai makam Syeh Jumadil Kubro.
Inskripsi yang terdapat pada nisan makam merupakan
181Fenomena Islam Pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit
kutipan ayatayat AlQur’an dari Surat Ali Imran ayat 185,
Surat AlAmbiya ayat 35, Surat AlAnkabut ayat 37, Surat
ArRahman ayat 26, Surat AlQasas ayat 88, dua kalimah
dalam bahasa Arab, dan Asma’ul Khusna.
3. Petilasan Walisongo
Disebut Petilasan Walisongo sebab di dalam satu
gentan terdapat sembilan makam. Petilasan Walisongo ini
terletak di sebelah timur masjid. Inskripsi yang terdapat
pada nisan makam merupakan kutipan ayatayat Al
Qur’an dari Surat Ali Imran ayat 185, Surat AlAmbiya
ayat 35, Surat AlAnkabut ayat 57, dan satu kalimah dalam
bahasa Arab.
4. Kubur Telu
Kubur Telu terletak di
sebelah timur masjid. Istilah
Kubur Telu diberikan oleh
warga setempat, sebab
di dalamnya terdapat tiga
buah makam, yaitu:
a. Makam Syeh Maulana
Ibrahim
Makam ini di dalam
cungkup berada paling
timur di antara tiga
makam lainnya. Inskripsi
yang ter dapat pada nisan
makam merupakan kutipan ayatayat AlQur’an dari
Surat ArRahman ayat 26 dan 27.
b. Makam Syeh Maulana Sekah
Makam ini berada di tengah di antara tiga makam
yang berada dalam satu bangunan. Inskripsi yang
Dok. Sugeng. R Salah satu
makam yang berangka tahun
182 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
terdapat pada nisan makam berupa satu kalimat
tauhid (dua kalimah syahadat).
c. Makam Syeh Abdul Qodir Jaelani Sini
Makam ini berada di bagian paling barat di antara
tiga makam lainnya. Inskripsi yang terdapat pada
nisan makam merupakan kutipan ayatayat AlQur’an
dari satu potong Surat Ali Imran ayat 185, Surat Al
Ambiya ayat 35, Surat AlAnkabut ayat 57, pujipujian
kepada Allah, kalimat Tauhid, Asma’ul Khusna. Selain
itu juga tercantum angka tahun Çaka dalam angka
Arab yaitu 1533 Ç (1611 M).
Arti dan Maksud Isi Inskripsi
Dari beberapa makam yang berinskripsi huruf Arab dapat
diketahui adanya penggunaan atau kutipan beberapa ayat
AlQur’an dari suratsurat yang berbeda. Ayatayat suci Al
Qur’an ini ada yang dikutip secara utuh, namun ada pula
yang dikutip secara sepotongsepotong. Beberapa surat yang
dikutip dari ayat AlQur’an yaitu :
1. Potongan dari Surat Ali Imran ayat 185
Artinya: Tiaptiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu.
2. Potongan dari Surat AlAmbiya ayat 35
Artinya: Tiaptiap yang berjiwa akan merasakan mati.
3. Dari Surat AlAnkabut ayat 57
Artinya: Tiaptiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan.
183Fenomena Islam Pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit
4. Dari Surat ArRahman ayat 26 dan 27
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan
tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.
5. Surat AlQasas ayat 88
Artinya: Tiaptiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.
6. Selain suratsurat dalam AlQur’an, dicantumkan pula
beberapa ungkapan, yaitu: dua kalimah dalam bahasa
Arab, asma’ul khusna (namanama sifat Allah), pujipujian
kepada Allah, dan kalimat tauhid.
Pencantuman dan pemakaian ayatayat suci AlQur’an
yang terdiri atas Surat Ali Imran ayat 185, Surat AlAmbiya
ayat 35, Surat AlAnkabut ayat 57, Surat ArRahman ayat 26
27, dan Surat AlQasas ayat 88 dapat dipahami. Demikian pula
kalimat tauhid (dua kalimah syahadat) seperti tercantum dalam
beberapa nisan makam, pencantuman do’ado’a, namanama
sifat Allah (asma’ul khusna), serta pujipujian kepada Allah,
yang semua menyiratkan hubungan antara manusia dengan
Allah sang pencipta. Lebih khusus lagi adanya hubungan
antara kelompok warga muslim yang berdiam di Troloyo
(bagian dari wilayah kota Majapahit) dengan Tuhannya melalui
agama yang dianutnya. Selain itu, pemakaian kalimat tauhid
(dua kalimah syahadat) menunjukkan betapa pentingnya
mengucapkan pengakuan atau kesaksian seseorang yang akan
memeluk agama Islam. Pengakuan atau kesaksian ini
yaitu : “tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad yaitu
utusanNya (rasulNya)” (Tjandrasasmita, 1993: 281). Selain itu
juga diungkapkan namanama sifat Allah, peringatan kepada
manusia bahwa semua yang ada di bumi pasti akan mengalami
kematian dan kebinasaan, serta peringatan bahwa setiap
184 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
manusia akan memperoleh imbalan pahala atas perbuatannya
selama hidup di dunia.
berdasar data inskripsi tersebut, baik yang berupa
pencantuman ayatayat AlQur’an maupun adanya pengakuan
atau kesaksian terhadap Allah Sang Pencipta, menunjukkan
bahwa orangorang yang dimakamkan di Kompleks Troloyo
telah menganut atau memeluk agama Islam.
Identifikasi Tokoh
Namanama tokoh yang digu
nakan dalam penamaan makam seperti
ini di atas merupakan penamaan
yang berasal dari masya rakat sekitar
kompleks makam Troloyo, bukan
nama yang sesungguhnya. Nama
nama ini sematamata hanya
untuk memper mudah identifikasi
saja. Sebetulnya dasar dan maksud
nama tokohtokoh tersebut, belum
diketahui dengan jelas. Yang jelas
namanama seperti Syeh Maulana
Ibrahim, Makam Syeh Abdul Qodir
Jaelani Sini, Syeh Maulana Sekah,
Syeh Ngundung, Syeh Jumadil Kubro, dan istilah Walisongo
merupakan namanama yang banyak dikenal dalam percaturan
sejarah Islam di Indonesia. Sebenarnya dari seluruh makam
di Troloyo yang ada prasastinya tidak ada satupun yang
mencantumkan nama orang yang meninggal, kecuali satu
inskripsi yang menyebut nama Zayn udDin (Zaenuddin?).
Selebihnya tidak ada sama sekali.
Bangunan baru yang
berdiri di atas cungkup
lama Dok. Sugeng. R
185Fenomena Islam Pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit
Secara khusus antara nama yang dikenal sekarang dengan
makamnya tidak ada hubungannya. Tetapi secara umum
tokohtokoh ini pernah berjaya dan sangat dikenal di
masa lalu, tidak di daerah Troloyo saja namun juga di daerah
lain dalam kurun waktu yang lain pula. Dengan kata lain
namanama tokoh ini bukan nama tokoh sejarah yang
berhubungan dengan makam Troloyo. Selain itu, penamaan
tokoh ini diberikan oleh warga setempat.
Kronologi Makam Dalam Sejarah Majapahit
Makammakam berangka tahun yang ada di kompleks
makam Troloyo jumlahnya cukup banyak. Nisan dan balok
batu yang berangka tahun sejumlah 21 buah, salah satunya
berangka tahun 1533 Ç (1611 M). Nisannisan berangka tahun
ini kebanyakan memakai tahun Çaka, meskipun ada juga
yang memakai angka tahun Hijriyah. Nisan yang memakai
angka tahun Arab menyebut nama Zayn udDin, dan bertahun
874 H atau 1469 M (Damais, 1957: 353 – 415). Selain itu, yang
menarik yaitu adanya sebuah balok batu berangka tahun
1204 Çaka atau 1282 M. Jika dilihat dari usia, maka balok
batu ini berasal dari masa sebelum berdirinya Kerajaan
Majapahit. Hal inilah yang meragukan L.Ch.Damais dan Uka
Tjandrasasmita. Yang menjadi pertanyaan yaitu apakah balok
batu ini benarbenar merupakan nisan, atau hanyalah
meru pakan bagian dari sebuah bangunan yang bercorak
Hindu (candi) yang kemudian dimanfaatkan untuk nisan.
Selain itu, terdapat sebuah angka tahun yaitu 874 H yang
bertepatan dengan tahun Çaka 1391 atau 1469 M. Dari angka
tahun ini dapat disimpulkan bahwa agama Islam telah
dianut oleh penduduk Majapahit pada jaman pemerintahan
186 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Raja Hayam Wuruk. Mengingat bahwa Kompleks Makam
Troloyo ini letaknya tidak jauh dari keraton yaitu di dalam
kota Majapahit, dapat dikatakan bahwa tempat merupakan
pemakaman bagi penduduk kota Majapahit dan keluarga raja
yang telah memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, pada waktu
Majapahit mencapai puncak jaman keemasan yaitu di bawah
raja Hayam Wuruk, agama Islam sudah dianut oleh penduduk
ibu kota Majapahit (Djafar, 1978: 56).
Selanjutnya jika dilihat dari seluruh angka tahun yang ada,
kisarannya berada antara 1204 Çaka atau 1282 M (yang tertua)
sampai 1533 Ç atau 1611 M (yang termuda). Angka tahun yang
tertua, 1204 Çaka atau 1282 M, jika dicocokkan dengan sejarah
berasal dari masa sebelum Majapahit. Angka tahun ini
semasa dengan pemerintahan raja Singasari awal. Ternyata
antara Singasari dengan Majapahit mempunyai hubungan yang
sangat dekat. Hubungan ini terlihat sebagai berikut: dinasti
rajaraja Majapahit yaitu Rajasa (Rajasawangsa) yang terkenal
pula dengan sebutan Dinasti Girindra (Girindrawangsa). Dinasti
ini merupakan keturunan langsung dari Ken Arok alias Sri
Ranggah Rajasa Bhattara Sang Amurwwabhumi, yaitu pendiri
dan raja pertama Kerajaan Singasari (Djafar, 1978: 70). Setelah
Kerajaan Singasari runtuh, pada tahun 1293 M muncullah era
baru, yaitu dengan berdirinya Kerajaan Majapahit. Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa
Jayawardhana.
Sementara angka tahun yang lain dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Angka tahun yang berasal dari abad XIV ada 8 buah, yaitu:
1241 Ç (1319 M), 1276 Ç (1354 M), 1278 Ç (1356 M), 1294 Ç
(1372 M), dan 1298 Ç (1376 M), 1302 Ç (1380 M), 1319 Ç
(1397 M), 1320 Ç (1398 M).
187Fenomena Islam Pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit
Sepeninggal Raden Wijaya, Jayanagara diangkat
sebagai penggantinya mulai tahun 1309 M. Jayanagara
memerintah Majapahit selama 19 tahun, yaitu sampai
tahun 1250 Ç atau 1328 M, sebab dia dibunuh oleh
Tanca. Selanjutnya Jayanagara digantikan oleh
Tribhuwanatunggadewi yang setelah menjadi raja bergelar
Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Dalam
perkawinannya dengan Kertawardhana memperoleh tiga
orang anak, salah satunya Hayam Wuruk yang lahir pada
tahun 1256 Ç atau 1334 M. Pada tahun yang sama terjadi
gempa bumi yang kemudian ditafsirkan akan terjadinya
perubahan besar di Majapahit. Kejadian itu diikuti dengan
pengangkatan Gajah Mada sebagai patih amangkubumi
(Slametmulyana, 1979: 130 133). Tribhuwanatunggadewi
memerintah selama 22 tahun sampai tahun 1350 M. Setelah
raja ini mengundurkan diri, kemudian diganti oleh Hayam
Wuruk. Hayam Wuruk memerintah Majapahit cukup lama
yaitu 36 tahun, antara tahun 1350 M sampai 1386 M. Dalam
masa pemerintahan yang panjang ini, Hayam Wuruk
didampingi oleh Patih Gajah Mada dan kerajaan mengalami
masa kejayaan. Namun Gajah Mada mendampingi Hayam
Wuruk hanya sampai tahun 1286 Ç (1364 M). Setelah
Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1386 M, sebagai
pengganti yaitu menantunya, yaitu Wikramawardhana
(suami Kusumawardhani) yang memerintah antara tahun
1386 M – 1397 M (Kuswanto, 2006: 3). Demikianlah sampai
dengan akhir abad XIV Majapahit sudah diperintah oleh 5
orang raja yang berbeda dan pada masa ini pula Majapahit
berada di puncak kejayaannya.
2. Angka tahun yang berasal dari abad XV ada 8 buah, yaitu:
1329 Ç (1407 M), 1332 Ç (1410 M), 1340 Ç (1418 M), 1342 Ç
188 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
(1420 M), 1349 Ç (1427 M), 1389 Ç (1467 M), 1391 Ç (1469
M), dan 1397 Ç (1475 M).
Setelah Wikramawardhana meninggal pada tahun
1397 M, maka sejak awal abad XV atau sekitar tahun
1413 M keadaan Kerajaan Majapahit mulai mengalami
kemunduran. Hal ini dapat diketahui berdasar atas
laporan dari kunjungan Ma Huan ke Majapahit. Ma
Huan mengatakan bahwa pelabuhanpelabuhan yang
dikuasi oleh dan milik Majapahit mulai banyak didiami
oleh pedagangpedagang Cina dan pribumi yang kaya
(Slametmulyana, 1979: 149). Pada tahun 1427 1429 M
Kusumawardhani memerintah Majapahit menggantikan
suaminya, Wikramawardhana. Pada periode berikutnya
Majapahit diperintah oleh putrinya yang bernama Suhita,
yaitu antara tahun 1429 M hingga tahun 1447 M. Oleh
sebab Suhita tidak mempunyai keturunan, maka hak
atas tahta kerajaan diberikan kepada saudara seayah,
yaitu Kertawijaya. Raja ini memerintah antara tahun
1447 M hingga 1451 M. Sebagai pengganti Kertawijaya
yaitu Girindrawardhana Dyah Wijayakarana hingga
tahun 1468 M. Setelah raja ini, secara berturutturut
Kerajaan Majapahit diperintah oleh Girindrawardhana
Singawardhana Dyah Ranawijaya antara tahun 1468 M
hingga 1474 M, Bhre Kertabhumi dari tahun 1474 M hingga
1478 M. Selanjutnya sampai awal abad XVI, yaitu antara
tahun 1486 M sampai tahun 1527 M Majapahit berada di
bawah kekuasaan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya
(Slametmulyana, 1979: 151 157). Sampai awal abad XVI
Majapahit telah diperintah oleh 7 orang raja dan pada masa
ini pula Majapahit mengalami berbagai kemunduran, baik
di bidang politik, sosial, maupun perdagangan.
189Fenomena Islam Pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit
berdasar atas sederetan angka tahun yang disampaikan
oleh Tjandrasasmita tersebut, diperkirakan bahwa kelompok
warga muslim pada masa puncak kekuasaan Kerajaan
Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk dengan Patih Gajah
Mada dan rajaraja sesudahnya sudah bermukim di sekitar ibu
kota kerajaan. Kebanyakan dari mereka bermukim di Troloyo,
yang terletak di sebelah selatan Kedaton yang merupakan pusat
atau inti kerajaan Majapahit. Tempat itu (Troloyo) merupakan
suatu lokasi yang diberikan oleh pihak Kerajaan Majapahit
(Tjandrasasmita, 1993: 280). Pemberian lokasi tertentu kepada
kelompok warga muslim mempunyai maksud tertentu.
Hal ini kemungkinan dimaksudkan sebagai sikap toleransi
terhadap kelompok tertentu atau penghormatan terhadap
golongan tertentu, seandainya memang benar bahwa lokasi
di Troloyo ini diberikan oleh pihak kerajaan untuk
kaum muslim di Majapahit saat itu. Keadaan ini menyiratkan
adanya sifat toleransi pihak penguasa terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh kelompok warga muslim. Terdapat
kemungkinan lain bahwa adanya permukiman kelompok
warga muslim di Troloyo, diduga terkait dengan pola
dan penataan kota Majapahit saat itu. Sebuah kota sejak dulu
terbagi dalam perkampunganperkampungan atau kelompok
kelompok yang dihuni oleh komunitas yang heterogen
dan mempunyai hubungan erat. Pembagian itu didasarkan
atas profesi, status, agama, dan ras. Komponenkomponen
ini merupakan data yang dapat mencerminkan kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya warga pendukungnya
(Atmosudiro, 2002: 144).
190 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Penutup
berdasar atas adanya inskripsiinskripsi pada makam
di Kompleks Troloyo, baik dilihat dari arti, maksud pencan
tumannya, serta kronologi yang ada dapat diketahui beberapa
hal yaitu:
1. Arti dan maksud pencantuman isi inskripsi berkaitan erat
antara yang dimakamkan dengan para pendukungnya
yaitu warga muslim yang berlokasi di Troloyo selaku
warga minoritas. Pencantuman ayatayat suci Al
Qur’an dimaksudkan untuk mendo’akan kepada yang
telah meninggal, juga untuk peringatan bagi yang masih
hidup. Peringatan ini berkaitan bahwa pada suatu
saat manusia pasti akan mengalami maut atau mati. Untuk
itu agar manusia yang masih hidup supaya bersiapsiap
sebelum ajal menjemput.
2. berdasar atas penelitian L.Ch.Damais hanya terdapat
satu buah makam yang menyebutkan nama orang yaitu
Zayn udDin (mungkin Zaenuddin). Selebihnya tidak ada
nama orang yang dicantumkan.
3. berdasar angka tahun yang tertera pada makam
dapat diketahui bahwa angka tahun tertua berasal
dari masa sebelum Majapahit yaitu raja Singasari yang
bernama Kertanagara. Selanjutnya diikuti pada masa awal
Kerajaan Majapahit yaitu Raja Raden Wijaya, melewati
masa kejayaan yaitu Hayam Wuruk hingga masa
keruntuhannya.
4. Toleransi beragama telah tercipta di jaman Majapahit,
yang dapat terlihat dari keberadaan makammakam Islam
di dekat pusat Kerajaan Majapahit.
191Fenomena Islam Pada Masa Kebesaran Kerajaan Majapahit
ajapahit yaitu sebuah kerajaan yang besar dan
megah dengan warna agama Hindu yang kental.
Akan tetapi kini tinggal kenangan. Kerajaan ini
hingga kini masih banyak menyimpan misteri tentang tata
kehidupan kerajaan. Pada beberapa tahun lalu Balai Arkeologi
Yogyakarta mengadakan pendokumentasian terhadap sisa
sisa peningggalan kerajaan yang besar ini yang diawali
dengan suatu perjalanan yang cukup melelahkan. Selama 21
hari kami harus meninggalkan sanak keluarga. Saat melakukan
aktivitas pendokumentasian kami tidak mengenal waktu.
194 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Terkadang kami harus berangkat ke lokasi pada jam tiga pagi,
terkadang jam empat pagi, jam enam pagi dan pada waktu
waktu lain yang sangat sulit dipastikan jamnya, sebab harus
berburu cuaca.
Luas areal kota Majapahit diperkirakan hampir mencapai
seratus kilo meter persegi. Peninggalanpeninggalannya
sangat banyak dan beragam. Berbagai bangunan candi men
dominasi tinggalan di wilayah ini. Ada bangunan segaran,
ada bangunan permukiman dan lain sebagainya, baik yang
sakral maupun yang profan. Di Desa Sentonorejo, Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojoklerto terdapat suatu kompleks
makam kuno yang terdapat di tengah kota Majapahit yang
besar dan megah tersebut. Konon makam ini lebih tua bila
dibandingkan dengan makammakam tokoh penyebar Islam
di Jawa yang dikenal dengan sebutan Walisongo. Sehingga
menurut informasi dari warga setempat, tidaklah afdhol,
bila seseorang melakukan ziarah ke makam walisongo kalau
tidak terlebih dahulu melakukan ziarah ke makam Troloyo.
Situs Troloyo terkenal sebagai tempat wisata religius
semenjak masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid,
atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur, saat mengadakan
kunjungan ziarah ke tempat tersebut. Sejak saat itu, tempat ini
banyak dikunjungi peziarah baik dari Trowulan maupun dari
daerah lain, bahkan dari luar Jawa Timur. Ketenaran Makam
Troloyo ini juga disebabkan sebab seringnya dikunjungi oleh
para pejabat tinggi. Selain itu, pada harihari tertentu seperti
malam Jumat Legi, haul Syekh Jumadil Qubro, dan Gerebeg
Suro di tempat ini dilakukan upacara adat yang semakin
menarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Situs Troloyo
merupakan salah satu bukti keberadaan komunitas muslim
pada masa Majapahit. Situs ini terletak di Dusun Sidodadi,
195Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Untuk mencapai situs ini dapat ditempuh dari perempatan
Trowulan kearah selatan sejauh ± 2 km.
Menurut cerita rakyat yang dikumpulkan oleh J. Knebel,
Troloyo merupakan tempat peristrirahatan bagi kaum niaga
wan muslim dalam rangka menyebarkan agama Islam kepada
Prabu Brawijaya V beserta para pengikutnya. Di hutan
Troloyo ini kemudian dibuat petilasan untuk menandai
peristiwa itu. Menurut Poerwodarminta, tralaya berasal dari
kata setra dan pralaya. Setra berarti tegal/tanah lapang tempat
pembuangan bangkai (mayat), sedangkan pralaya berarti
rusak/mati/kiamat. Kata setra dan pralaya disingkat menjadai
Tralaya.
Kepurbakalaan yang ada di situs Troloyo yaitu berupa
makam Islam kuna yang berasal dari masa Majapahit. Adanya
makam kuna ini merupakan bukti adanya komunitas muslim
di wilayah ibukota Majapahit. Disebutkan pula oleh MaHuan
dalam bukunya Ying Yai Sing Lan, yang ditulis pada tahun
1416 M. Dalam buku The Malay Annals of Semarang and
Cherbon yang diterjemahkan oleh HJE. de Graaf disebutkan
bahwa utusanutusan Cina dari Dinasti Ming pada abad
XV yang berada di Majapahit kebanyakan muslim. Sebelum
sampai di Majapahit, muslim Cina yang bermahzab Hanafi
membentuk warga muslim di Kukang (Palembang),
barulah kemudian mereka bermukim di tempat lain termasuk
wilayah kerajaan Majapahit. Pada masa peme rintahan Suhita
(14291447 M), Haji Gen Eng Cu yang diberi gelar A Lu Ya
(Arya) telah diangkat menjadi kepala pelabuhan di Tuban.
Selain itu, duta besar Tiongkok bernama Haji Ma Jhong
Fu ditempatkan di lingkungan kerajaan Majapahit. Dalam
196 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
perkembangannya, terjadi perkawinan antara orangorang
Cina dengan orangorang pribumi.
Adanya situs makam ini menarik perhatian para sarjana
untuk meneliti, antara lain P.J. Veth, Verbeek, Knebel, Krom, dan
L.C. Damais. Menurut L.C. Damais, Makam Troloyo meliputi
kurun waktu antara 1368–1611 M. berdasar hasil penelitian
yang telah dilakukan, hanya diketahui nama seorang yang
dimakamkan di kompleks Makam Troloyo, yaitu Zainudin.
Namun nisan dengan nama ini tidak lagi diketahui
tempatnya, sedangkan namanama tokoh yang disebutkan di
makam ini berasal dari kepercayaan warga .
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh adanya suatu gagasan
bahwa benda warisan budaya masa lalu tumbuh dalam
proses sakralisasi, di mana warga menempatkan warisan
budaya sebagai sesuatu yang sangat terhormat. Tetapi kini
gagasan tentang benda warisan budaya ini berada pada
suatu titik balik, yaitu semakin dipaksa terlibat dalam konflik
konflik kepentingan antar sektor, akhirnya suatu benda
budaya yang memiliki sifat langka, mudah rusak, unik dan
tidak dapat diperbaharui (non renewable) sering meninggalkan
keberadaannya dengan penuh keprihatinan. Oleh sebab itu
dalam hal pengembangan sumberdaya budaya seharusnya
dipelajari terebih dahulu tentang nilainilai dan makna kultural
yang terdapat di dalamnya. Sumberdaya budaya yang bersifat
tangible hendaknya dijunjung tinggi keberadaannya, sebab
di dalamnya terdapat nilainilai sosial dan individu yang
membentuk jalinan tradisi dan adat istiadat yang akhirnya
menghasilkan produk bendabenda budaya oleh lingkungan
warga tertentu dan pada zaman tetrtentu pula.
Karyakarya budaya yang memiliki kepastian dalam
bentuk fisik akan dapat berubah maknanya, bahkan sering
197Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
menemukan makna yang baru yang jauh dari makna penciptaan
semula. Konsep kebudayaan tradisional dan moderen pada
dasarnya menunjukkan dinamika perkembangan budaya
warga t yang sama di dalam menempuh perubahan
perubahan zaman. Oleh sebab nya kebudayaan dapat disebut
sebagai perwujudan dari kemampuan keseluruhan hidup
warga dalam menghadapi tantangan lingkungan secara
spasial dan temporal dalam upaya mewujudkan pengalaman
hidupnya.
Situs Kota Majapahit yaitu suatu kawasan yang
secara administratif bentang lahannya berada di wilayah
Kecamatan Trowulan. Situs ini kaya akan peninggalan
pening galan arkeologis. Sebaran tinggalan arkeologisnya
hampir mnencapai seratus kilometer persegi. Pada lokasi yang
begitu luas, situs ini juga diimbangi dengan bervariasinya
jenis peninggalan arkeologis, meliputi berbagai artefak yang
sebagian sudah berada di permukaan tanah. Berbagai jenis
pening galan arkeologis ini merupakan data yang sangat
penting untuk rekonstruksi kehidupan masa lalu terutama
menyangkut kehidupan warga Majapahit beserta
keadaan lingkungannya.
Di antara peninggalanpeninggalan yang secara fisik
terdapat di Trowulan antara lain yaitu bangunanbangunan
baik yang profan maupun yang sakral. Bangunan profan
ditunjukkan oleh sisasisa bangunan fondasi, genteng dan
unsurunsur bangunan lain yang selama ini belum pernah
ditemukan struktur bangunan profan yang masih utuh. Hal
ini disebabkan oleh material bangunan ytang terbuat dari
bahan yang relatif mudah rusak sebagaimana terdapat di situs
Pendopo Agung dan situs Sentonorejo. Adapun beberapa
bangunan sakral yang terdapat di wilayah Trowulan anatara
198 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
lain Candi Tikus, Candi Brahu, Candi Kedaton, Candi Gentong,
Siti Hinggil, kompleks makam Troloyo, makam Putri Cempo,
situs Makam Panjang dan situs situs lain yang masih belum
jelas keberadaannya apakah termasuk bangunan profan atau
bangunan sakral seperti Wringin Lawan dan Bajang Ratu
(Soekmono, 1993 : 6888).
Sebagian besar tinggalantinggalan arkeologis yang
terdapat di Trowulan ini dalam kondisi tidak utuh atau
rusak, namun demikian jika dilakukan analisi secara mendalam
terhadap temuantemuan tersebut, berbagai aspek kehidupan
warga Majapahit, baik aspek sosial budaya, ekopnomi
dan politiknya akan dapat terungkap. Disisi lain rusaknya
sebagian besar tinggalantinggalan arkeologis ini akan
berdampak semakin terancam keselamatannya. Adapun faktor
penyebabnya antara lain;
1. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam, misalnya
gempa bumi, Banjir. dan gunung meletus.
2. Kerusakan oleh faktor kimia, seperti adanya pengruh
oksidasi.
3. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologik, yaitu
disebabkan oleh perlakukan bendabenda hidup,
seperti tanaman, binatang dan manusia.
Faktor kerusakan yang bersumber dari perlakukan
manusia inilah merupakan salah satu faktor yang sangat sulit
untuk diatasi. Adapun permaslahannya yaitu bagaimana
langkah yang harus dilakukan agar keberadaan tinggalan
tinggalan arkeologis ini tidak semakin rusak dan dapat
diselamatkan.
Dari permasalahan ini maka tulisan ini bertujuan
untuk membantu memberikan sumbangan pemikiran dalam
199Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
hal pengelolaan sumberdaya arkeologi, khususnya tentang
keberadaan situssitus Islam yang terdapat di tengah situs
kota Majapahit terutama dalam hal pelestarian dan peman
faatannya. Secara teknis, untuk mengetahui keberadaan
komunitas muslim di tengah kota Majapahit dilakukan secara
deskripsi terhadap makammakam Islam kuna yang terdapat
di wilayah Trowulan, sehingga akan diperoleh data arkeologi
yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang
peninggalan pada masa Majapahit yang bernuansa Islam.
Bukti Peninggalan Islam di Trowulan
Pada awalnya kebanyakan warga tak mengira kalau
di tengah kota Majapahit yang sarat dengan agama Hindu,
Islam telah tumbuh dan berkembang dengan subur. Memang
pada akhir masa Majapahit Islam telah mulai berkembang di
Jawa yang ditandai dengan berdirinya suatu dinasti, yaitu
Kerajaan Demak yang dikenal sebagai Kerajaan Islam di Jawa.
Dinasti ini telah didukung oleh orangorang kharismatik yang
memiliki berbagai strategi dalam pengembangan Islam. Orang
orang ini yaitu para wali yang memiliki semangat
juang yang sangat tinggil. Berbagaai strategi telah ditempuh
demi tercapainya tujuan dakwah Islamiyah di tengahtrengah
warga yang beragama Hindu dan Budha. Akan tetapi
pada kenyataannya berbeda, bahwa di dalam suatu kerajaan
yang mayoritas warga nya beragama Hindu dan Budha
terdapat suatru komunitas muslim.
Keberadaan kompleks makam Troloyo merupakan salah
satu bukti bahwa Islam telah hadir di pusat kerajaan Majapahit.
Kehadiran warga muslim ini berkisar antara abad ke
14 hingga 17 Masehi, suatu bentang waktu yang menunjukkan
200 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
awal berdirinya Kerajaan majapahit hingga surutnya kerajaan
ini dari panggung sejarah. Kompleks makam Troloyo
juga merupakan suatu bukti bahwa dalam kehidupan
beragama ; Hindu, Budha dan Islam dapat berlangsung secara
harmonis. Hal ini dapat diketahui melalui adanya kompleks
makam Troloyo di tengahtengah sebuah kerajaan besar yang
sarat dengan agama Hindunya. Dalam kondisi yang demikian
Islam telah diberikan suatu kelonggaran untuk melakukan
syi’ar kepada warga antara lain melalui media makam,
yaitu dengan pesanpesan kutipan ayatayat alqur’an yang
mengingatkan kepada manusia bahwa setiap yang bernyawa
pasti akan mati, suatu kematian yang kebanyakan orang
menakutinya pasti akan ditemuinya. Terlepas dari boleh
atau tidaknya dalam ajaran Islam yang pasti telah terbukti
bahwa kutipan ayatayat alqur’an banyak dijumpai dalam
beberapa inskripsi berhuruf Arab, yaitu pada bagian beberapa
nisan di kompleks makamTroloyo. Pola hias sinar Majapahit
merupakan suatu lingkaran yang dibagian luar lingkaran
terdapat 6 sampai dengan 12 buah sudut serta beberapa garis
yang mengelilingi lingkaran tersebut. Pada masa kemudian
pola ini kemudian berkembangan ke beberapa daerah di
jawa Tengah dan Jawa Tmur (Ambary, 1998: 64).
Situs makam Troloyo terletak di Desa Sentonorejo,
Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Di
makam ini terdapat beberapa makam kuna yang secara
kronologis usianya tebih tua disbanding dengan makam para
wali penyebar Islam diJawa yang dikenal dengan sebutan
Walisongo. Diantara makam yang ada terdapat sepuluh buah
makam yang pada bagian nisannya terdapat inskripsi dengan
aksara Jawa kuna dan inskripsi berhuruf serta berbahasa Arab.
Dari inskripsi yang beraksara Jawa kuna menunjukkan angka
201Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
tahun tertua, yaitu 1203 Caka atau 1281 Masehi. Sementara
angka tahun termuda menunjuk pada angka tahun 1533 caka
atau 1611 Masehi. Kemudian dari inskripsi yangberhuruf dan
berbahasa Arab merupakan kutipan dari kalimah thayyibah
dan kutipan ayatayat alqur’an.(Ambary, 1998: 63).
berdasar inskripsi yang terdapat di kompleks makam
Troloyo ini dapat diprediksi bahwa kehadiran warga
muslim di tengah Kerajaan Majapahit berkisar antara abad ke
13 sampai dengan abad ke17 Masehi. Angka tahun ini
menunjukkan adanya suatu keterkaitan dengan bentang
waktu awal berdirinya kerajaan Majapahit hingga surutnya
dari panggung sejarah. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa warga muslim di tengah kerajaan Majapahit sudah
ada sejak awal berdirinya kejaan tersebut. Kompleks makam
Troloyo ini terbagi dalam beberapa kelompok:
1. Cungkup Kubur panjang
Dalam kelompok makam ini terdapat seorang tokoh
yang dimakamkan, yaitu Syekh Ngudung. Makam
ini berada pada posisi sebelah timur masjid Troloyo.
Nama Cungkup Kubur Panjang sendiri yaitu penamaan
oleh warga setempat yang sematamata untuk
memudahkan dalam identifikasi. Makam ini memiliki
ukuran paling panjang disbanding dengan makammakam
yang lain. Kemudian nama Syekh Ngudung juga tidak
terdapat pada inskripsi, sehingga secara fisik, mengenai
nama tokoh yang dimakamkan tidak disertai bukti.
Inskripsi yang ada hanyalah merupakan suatu kutipan
ayat alquranulkarim yang terdapat pada surat Ali ‘Imran
185. Surat AlAnbiya 35 dan surat Al‘Ankabut 57;
202 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Tiap yang berjiwa akan merasakan mati :
كل نفس ذا ئقة الموت
Surat arrahman ayat 2627:
كل من عليها فان ويبقى وجه ريك ذوالجلال والاكرام :
Semua yang ada di bumi akan binasa, dan akan tetap kekal
wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
2. Cungkup Kubur Tunggal
Cungkup Kubur Tunggal terletak di sebelah timur
masjid Troloyo, di dalam cungkup hanya terdapat sebuah
makam yaitu makam Syekh JumadilKubro. Tetapi
inskripsi yang terdapat pada batu nisan hanyalah kutipan
kutipan ayat alQut’an : surat Ali ‘Imran 185. Surat Al
Anbiya 35 dan surat Al‘Ankabut 57;
Tiap yang berjiwa akan merasakan mati :
ßá äÝÓ ÐÇ ÆÞÉ ÇáãæÊ
Surat arrahman ayat 26:
ßá ãä ÚáíåÇ ÝÇä:
Semua yang ada di bumi akan binasa.
3. Makam Petilasan Walisongo
Di sdebelah timur masjid troloyo juga terdapat
Sembilan buah makam dengn formasi berjajar yang berada
di dalam sati kotak. Oleh warga setempat disebut
nya dengan makam petilasan Walisongo. Inskripsi yang
terdapat pada nisan merupakan kutipan ayat alQur’an
surat Ali ‘Imran 185. Surat AlAnbiya 35 dan surat Al
‘Ankabut 57;
Tiap yang berjiwa akan merasakan mati :
ßá äÝÓ ÐÇ ÆÞÉ ÇáãæÊ
203Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
4. Cungkup Kubur Telu
Disebut dengan Cungkup kKubur Telu sebab di
dalam satu cungkup terdapat tiga buah makam, yaitu
makam Syekh Maulana Ibrahim, makam Syekh Maulana
Ishak dan makam ASyekh AbdulQadir Jaelani dengan
formasi berjajar dari arah timur ke barat. Pada bagian nisan
makam Syekh Maulana Ibrahim terdapat inskripsi dengan
gaya tulisan Naskhi, berupa kutipan ayat alQur’an Surat
arrahman ayat 2627:
ßá ãä ÚáíåÇ ÝÇä æíÈÞì æÌå Ñíß ÐæÇáÌáÇá æÇáÇßÑÇã :
Semua yang ada di bumi akan binasa, dan akan tetap kekal
wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Kemudian pada makam Maulana Ishak yang terletak
di tengah terdapat inskripsi berupa kalimah tauhid dengan
gaya tulisan Tsuluts:
áÇ Çáå ÇáÇ Çááå ãÍãÏ ÑÓæá Çááå
Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad yaitu utusan Allah
Pada makam yang berada pada posisi paling barat
(makam Syekh AbdulQadir Jaelani pada bagian nisannya
terdapat inskripsi berupa kutipan ayat alQur’an, Surat
Ali ‘Imran 185. Surat AlAnbiya 35 dan surat Al‘Ankabut
57, kalimah tauhid, asmaulhusna dan angka tahun caka
1533:
Tiap yang berjiwa akan merasakan mati :
ßá äÝÓ ÐÇ ÆÞÉ ÇáãæÊ
áÇ Çáå ÇáÇ Çááå ãÍãÏ ÑÓæá Çááå
Tidak ada Tuhan selain Allah,
Muhammad yaitu utusan Allah (Chawary 1997, 57-58)
204 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Mengingat situs ini merupakan asset budaya
yang perlu dilestarikan, meskipun di satu sisi telah diman
faatkan oleh warga banyak untuk kepentingan ziarah
(nenepi) maka untuk meminimalkan konflik yang ada perlu
adanya suatu langkah yang lebih terarah dengan tanpa
meninggalkan aktivitas yang telah berlangsung. Adapun
langkah yang dimaksud yaitu penataan ling kungan dan
penataan ruangruang yang sekiranya mendukung untuk
aktivitras peziarahan.
Penglolaan kompleks Makam Islam di Trowulan
Kultural Resourse Management (CRM) muncul sebab
banyaknya bendabenda budaya yang dialihfungsikan demi
kepentingan pribadi atau kelompok. Secara konseptual
di Indonesia, CRM sebenarnya sudah mulai muncul pada
tahun 1931 M, yaitu dengan diundangkannya Monumenten
Ordonantie yang berfungsi sebagai perangkat hukum yang
meng atur warisan budaya dari aktivitas lembagalembaga
peminat warisan budaya yang sudah ada sejak tahun 1778 M.
Perangkat hukum ini masih bersifat sepihak. Pemerintah
atau lembagalembaga peminat warisan budaya termasuk para
peneliti telah merasa dan mengaku sebagai pihak yang paling
berhak melestarikan dan memanfaatkannya. Oleh sebab nya
perangkat hukum ini perlu di perbaharui. Kemudian
pada tahun 1992 baru diberlakukan suatu perangkat hukum
yang baru daalam bentuk undangundaang, yaitu Undang
Undang No. 5 Tahun 1992, tentang Benda Cagar Budaya
(Tanudirjo, 1998: 14)
Berkenaan dengan pengelolaan sumberdaya budaya,
siapapun orangnya harus paham benar dengan bidang yang
205Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
ditekuninya sehingga diperlukan suatu proporsi yang tepat
antara penguasaan objek dan kemampuan manajerial yang
tinggi belum tentu menjamin hasil yang optimal, jika tidak
disertai pemahaman yang memadahi mengenai objek yang
ditanganinya dan demikan juga sebaliknya.
Kebudayaan yaitu suatu karya individu atau kelompok
manusia yang sekaligus merupakan sistem nilai yang dihayati
oleh sekelompok manusia. Hasil dari suatu kebudayaan dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu hasil budaya yang
secara fisik dapaat dilihat dan disentuh (tangible), misalnya,
candi, gua, masjid, gereja, benteng, rumah adat, kuil makam
dan lainlain. Sedangkan yang satu lagi yaitu hasil budaya
yang tidak dapat disentuh (intangible) seperti ilmu pengetahuan,
teknologi, adat istiadat, hukum, kesenian, gagasan dan lain
sebagainya.
Kebudayaan dengan berbagai pengertian yang ada pada
hakekatnya berkembang sebagai perwujudan tanggapan aktif
manusia terhadap lingkungannya. Dengan segala kemampuan
yang dimiliki manusia berusaha melihat, memahami dan
memilah gejala yang ada untuk kemudian merencanakan
tindakan, menentukan sikap untuk suatu perbuatan yang
meng hasilkan karya. Pada mulanya manusia menanggapi
lingkungan dan sekitarnaya dengan berbagai pengalaman
yang didasari pada suatu sikap trial and error, salahmencoba
dan seterusnya. Oleh sebab itu cepatlambatnya suatu
kebudaya an tergantung pada sedikit banyaknya umpan balik
yang dapat ditangkap oleh akal manusia dalam mengelola
lingkungannya.
Dalam hal pengembangan sumberdya budaya seharusnya
di ketahui atau dipelajari terlebih dahulu tentang nilainilai
dan makna kultural yang terdapat di dalamnya. Sumberdaya
206 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
budaya yang bersifat yang bersifat tangible sebagai karya
manusia di masa lalu yang juga dikenal sebagai warisan
budaya ini hendaknya dijunjung tinggi, sebab di dalam
nya terdapat nilainilai tinggi yang terlihat melalui nilainilai
sosial dan individu yang membentuk jalinan tradisi dan adat
istiadat yang kemudiasn menghasilka produkproduk bendas
budaya oleh lingkungan warga tertentu serta pada zaman
tertentu pula)
Mengingat faktor kerusakan yang bersumber dari perla
kukan manusia merupakan salah satu faktor yang sangat sulit
untuk diatasi. Serta yang yang menjadikasn sebab keberadaan
tinggalantinggalan arkeologis di Twowulan semakin rusak
dan semakin terancam kelestariaanya, maka dalam upaya
mengantisipasi hal tersebut, yaitu agar keberadaan tinggalan
tinggalan arkeologis ini tidak semakin rusak, sebenarnya
secara yuridis sudah ada undangundang no. 5 tahun 1992,
tentang Cagar Budaya. Akan tetapi dengan adanya beberapa
kepentingan, terutama kepentingan ekonomi bagi pemilik
lahan yang merasa masih berhak untuk menggarap lahannya
sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka perlu
upayaupaya yang lain. Adapun langkah yang paling men
desak untuk dilakukan dalam rangka upaya pelestarian dan
penyelamatan yaitu ;
A. Menekan atau mengurangi tingkat kerusakan
B. Melakukan kontrol terhadap bangunan candi melalui
petugas yang ditunjuk oleh instansi terkait (BP3).
C. Menjalin kerjasama yang erat antara Pemerintah
Daerah, BP3 dan warga , dalam rangka menum
buhkan kesadaran warga akan penting nya suatu
tinggalan budaya (bangunan candi bata Samberan).
207Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
Halhal ini di atas akan dapat terealisir jika dilaku
kan suatu upaya pengembangan sumberdaya manusia.
Pengembangan Sumberdaya manusia dapat diartikan sebagai
upaya mempersiapkan seseorang, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota warga dengan segala kedu
dukannya. Artinya upaya ini tidak hanya terbatas
pada upaya pembinaan kemampuan fisik, tetapi juga upaya
pem binaan mental sebagai pendukung suatu kebudayaan.
Sehingga pengembangan sumberdaya manusia harus dapat
mempersiapkan kemampuan atau ketrampilan jasmaniah
agar seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Disamping itu pengembangan sumberdaya manusia juga
harus dapat mempersiapkan seseorang untuk dapat berperan
dalam kehidupan sosial secara mantap. Oleh sebab itu dalam
praktek komunikasi atau interaksi sosial, secara efektif dapat
terselenggara kalau terdapat pranata, aturan, hukum, undang
undang dan lain sebagainya yang semuanya didasari oleh
nilainilai, gagasan ataupun keyakinan yang mendominasi
kehidupan warga yang bersangkutan.
Masalah yang secara umum dihadapi oleh warga
kita (Indonesia) yaitu suatu kenyataan bahwa kita hidup
dalam warga yang majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan golongan dengan latar belakang aneka ragam
kebudayaan. Disamping itu berkenaan dengan pembangunan
yang merupakan upaya peningkatan kesejahteraan yang
dalam penyelenggaraannya dilakukan secara singkat. Banyak
teknologi dan ilmu pengetahuan asing yang diadopsi untuk
mempercepat suatu proses. Akibatnya, menuntut adaptasi
(penyerapan) ke dalam sistem budaya yang ada, bahkan
tidak mungkin akan menggeser nilainilai yang tidak sesuai.
208 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Masalah yang lain yaitu adanya kontak dengan pihak asing
yang dipermudah dengan kemajuan teknologi
Untuk mengatasi permasalahan demikian yaitu sesuatu
yang tidak gampang untuk dilakukan, sebab diperlukan
suatu sistem sosial yang mampu mengendalikan pergaulan
antara sesama penduduk tanpa memandang asal kesukuan,
etnis, maupun golongan. Disamping itu dalam upaya mengem
bangkan sistem sosial yang memadai diperlukan landasan
yang diterima sebagai acuan bersama, yaitu kebu dayaan
sebagai sistem nilai, gagasan dan keyakinan.
Pelestarian
Istilah pelestarian dalam arkeologi dapat disamakan
dengan istilah konservasi, yaitu suatu kegiatan yang berhu
bungan dengan pengelolaaan dan perlindungan terhadap
peninggalan arkeologi. Pada mulanya istilah konservassi
berhubungann cara pemanfaatan sumberdaya alam, misal
nya tanah, air, tanaman, binatang dalam mineral dan lain
sebagainya. Akan tetapi dalam hal ini konservasi dapat
dimasuk kan sebagai upaya memenfaatkan tanah dan sumber
daya alam yang lain secara bijaksana sehingga tanah dan
sumber daya alam ini dapart dimanfaatkansecara lebih
lama.
Dari sudut pandang estetis inilah konservasi berkembang
menjadi suatu upaya pemeliharaan sumberdaya alam, ter
masuk situssitus arkeologi dan sejarah. Peninggalan arkeologi
beserta situssitusnya merupakan asset budaya bangsa yang
memeiliki nilai yang sangat tinggi. Oleh sebab itu agar
asset budaya bangsa ini dapat diselamatkan selama
mungkin, maka perlu dilakukaan suatu upaya konservasi
209Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
yang dapatmemelihara nilai estetis, historis, nilai sosial dan
nilai akademis.
Dari pengertian ini di atas jelaslah bahwa konservasi
bagi arkeologi bertujuan untuk mengelola dan memlihara
(memelihara peninggalan arkeologi beserta situssitusnya)
dengan berbagai cara sebagaimana ini di atas agar dapat
dimanfaatkan lebih lama dengan memperhatikan makna
kulturalnya.
Oleh sebab sumberdaya arkeologi merupakan bagian
daripada sumberdaya budaya yang memiliki sifat spesifik, maka
sumberdaya arkeologipun memerlukan suatu penanganan yang
spesifik dan professional. Artinya pelaku pengelolaan harus
melakukan pengelolaan secara bertanggungjawab. Untuk itu
diperlukan suatu perencanaan yang matang, mulai dari metode
atau teknik pelaksanaan sampai dengan penyebarluasan
informasi, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi kerja, sehingga seluruh kegiatan akan dapat berjalan
secara efektif dan efisien. Selain itu penyebarluasan informasi
mengenai hasil yang diperoleh dalam suatu kegiatan harus
dilakukan, yaitu menyampaikan informasi kepada publik
(warga luas) agar dapat memberi manfaat yang seimbang
bagi semua pihak, sebab sumberdaya budaya sebagaimana
sumberdaya lainnya yaitu warisan untuk seluruh masya
rakat, sehingga segala sesuatu yang terjadi padanya harus
sepengetahuan warga . Untuk itu informasi kepada
warga luas sangatlah penting, sebab jika warga
luas mengetahui dan memahami akan mafaat dan nilai penting
suatu sumberdaya budaya, maka warga pun akan merasa
ikut memiliki sehingga upaya untuk pelestarian terhadap suatu
sumberdaya budaya akan terpenuhi.
210 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Pemanfaatan dan Pengembangan
Dalam upaya pengembangan terhadap situs makam
Troloyo akan menambah rasa kebanggaan bangsa dan dapat
memperkuat jati diri bangsa, sehingga akan menambah dan
memperkuat rasa kebangsaannya. Dalam hal ekonomi, suatu
sumberdaya budaya akan dapat bermanfaat untuk kemajuan
ekonomi melalui sektor pariwisata yang dalam hal ini terdapat
tiga sektor yang berkepentingan, yaitu akademisi, pemerintah
dan public yang dalam pemanfaatan dan pengembangannya
harus seimbang dan harus memperhatikan kepentingan masya
rakat luas serta berorientasi ke masa depan (Triger, 1989).
Dalam pemanfaatan sumberdaya budaya haruslah ber
orientasi pada pelestarian. Hal ini disebabkan oleh jumlah
sumberdaya budaya yang terbatas (finite), tak terbaharui
(non renewable), tak dapaat dipindahkan serta mudah rapuh.
Oleh sebab itu dalam rangka pemanfaatannya hendaknya
dilakukan secara hatihati. Dalam hal pengembangan ter
hadap aset budaya harus pula melihat nilai dari berbagai
kepentingan, sehingga berbagai konflik kepentingan yang ada
dapat di tekan sejauh mungkin agar tidak ada upaya untuk
saling mengalahkan, tetpi saling menguntungkan.
Situs Troloyo merupakan salah satu sumberdaya budaya
yang ada di wilayah Trowulan yang memiliki nilai ideologik,
akademik dan ekonomik. Dalam UU RI Nomor 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya (BCB) antara lain dinyatakan
bahwa BCB dapat dimanfaatkan untuk kepen tingan
agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan
dan kebudayaan. Dalam hal ini kompleks makam Troloyo
dapat dimanfaatkan untuk kepeentingan penelitian ber
kesinambungan, pendidikan, penggalian jati diri bangsa
211Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
dan daerah (local genius) serta dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pariwisata. Adapun pariwisata yang dapat dikem
bang kan yaitu pariwisata arkeologi (Archaeology Tourism).
Bentuk wisata ini yaitu merupakan suatu kunjungan ke
situssitus arkeologi dan bentang lahan yang ditinggalkan
oleh kebudayaan masa lalu. Wisata arkeologi yaitu meru
pakan bagian akowisata (ecotourism), yaitu perjalanan ke
daerahdaerah aang bertanggungjawab terhadap pelestarian
lingkungan dan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk
setempat (Tjahjono, 2003).
Kompleks makam Troloyo merupakan situs arkeologi
yang dapat dijadikan sebagai bagian dari program pariwisata
arkeologi di Trowulan dan sekitarnya. Untuk itu perlu adanya
upaya untuk menampilkan potensipotensi sumberdaya yang
ada di sekitar objek, antara lain sumberdaya alam dan sumber
daya budaya. Sumberdaya alam meliputi bentang lahan
berupa lembah, bukit, sungai, dataran dan pemandangan alam.
Sedangkan sumberdaya budaya meliputi kesenian tradisional,
kerajinan dan tradisitradisi budaya setempat yang masih asli.
Dalam kaitannya dengan penyajian objek dan atraksi budaya,
upaya pemberdayaan warga setempat sangat diharapkan,
seperti pembuatan cinderamata serta pengadaan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan.
Dalam pariwisata arkeologi ini perlu memperhatikan
daya dukung situs arkeologi apabila dikunjungi orang, yaitu
perlu dilakukan studi teknik manajemen pengunjung ke
situssitus arkeologi. Selain itu perlu dibuat panduan untuk
wisatawan tentang apa yang boleh ataupun yang tidak boleh
dilakukan pada saat melakukan perjalanan wisata ke situs
situs arkeologi. Dengan adanya aturan ini diharapkan
situssitus arkeologi dapat terjaga kelestariannya.
212 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Situssitus Islam di daerah Trowulan pada umumnya
telah dimanfaatkan sebagai objek wisata ziarah dengan
pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Jawa.
berdasar banyaknya pengunjung yang datang ke situs
ini menunjukkan adanya suatau potensi untuk dilakukan
suatu pengembangan dalam rangka pemanfaatan sumberdaya
arkeologi sebagai objek wisata religi (weisata ziarah). Terkait
dengan wisata yang kini berkembang di beberapa daerah di
Nusantara kegiatan ini ditangani oleh Dinas Pariwisata.
Akan tetapi bukan berarti bahwa Dinas Pariwisata harus
berdiri sendiri, tanpa adanya kerjasama dengan pihakpihak
lain seperti warga dan instansiinstansi terkait yang
berwenang mengelola suatu ebjek wisata.
Dalam upaya membangun atau mengelola peluang pasar
wisata harus disadari bahwa tidak semua objek memiliki
kemam puan daya tembus pasar yang kuat secara nasional
maupun internasional baik berskala primer, yaitu suatu
objek wisata yang menjadi motivasi utama maupun berskala
sekunder yang berarti suatu objek wisata bukanlah menjadi
motivasi utama (Nuryanti, 2003).
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya
arkeologi, CRM dapat diartikan sebagai cara pengelolaan
sumber daya budaya dalam rangka pemanfaatannya termasuk
di dalamnya opelestarian.Dal hal pelestarian sumberdaya
budaya ada dua hal pokok yang tercakup di dalamnya,
yaitu pelestarian secara fisik terhadap benda budaya itu
sendiri dan pelestarian secara non fisik melalui upaya untuk
mempertahankan nilainilai yang melekat pada benda
tersebut, seperti nilai arkeologis dan nilai historis (Samidi,
1998: 9). Selaian itu CRM merupakan salah satu pendekatan
untuk menyelesaikan konflik kepentingan yang terkait dengan
213Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
bendabenda budaya. Oleh sebab nya upaya yang dilakukan
bukan hanya melestarikan, melindungi dan mempertahankan
bendabenda budaya yang terkait dengan kepentingan
arkeologi, tetapi harus juga memperhatikan kepentingan lain
terutama yang berkaitan dengan kepentingan sosial ekonomi
tanpa mengesampingkan tujuan utamanya yaitu melestarian
terhadap benda budayanya.
Dengan banyaknya peziarah yang datang ke kompleks
makam Troloyo tersebut, maka situs ini akan mempunyai
nilai positif bagi warga sekitar situs. Dampak posistif
itu dapat dilihat dari segi ekonomi, di mana pendapatan
warga sekitar menjadi bertambah. Hal ini menjadi
perhatian dari pemerintah daerah untuk membangun sarana
dan prasarana yang ditujukan untuk menarik pengunjung.
Namun demikian terdapat juga sisi negatifnya, yaitu pem
bangunan yang mengabaikan prinsipprinsip pelestarian.
Dari keadaan sekarang yang ada di situs Makam Troloyo
diketahui bahwa saranasarana bangunan yang ada menyim
pang dari penataan yang sesuai dengan prinsipprinsip
pelestarian. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1993 Pasal 27 ayat (1) dan (2) disebutkan bahwa pemugaran
sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan keaslian bentuk, bahan, pengerjaan, dan tata
letak, serta nilai sejarahnya.
Pengrusakan situs Troloyo dalam arti luas telah merubah
bentuk secara keseluruhan, antara lain denah halaman makam,
serta benda cagar budayanya itu sendiri. Denah halaman yang
dimaksud yaitu tambahan bangunan baru berbentuk lorong
beratap, serta jirat dan nisan diganti bahan keramik baru warna
putih sehingga sangat terlihat tidak asli. Perubahan ini
214 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
jelas tidak sesuai dengan prinsipprinsip pelestarian benda
cagar budaya.
Kasus pengembangan Makam Troloyo ini dapat menjadi
pelajaran bagi kita, agar di kelak kemudian hari tidak terjadi
lagi kasuskasus serupa pada situs yang lain, mengingat
dewasa ini semakin maraknya perhatian Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota terhadap situssitus kepurbakalaan yang
bersifat living monument. http://www.facebook.com/note.
php?note_id=39408192604
Dengan demikian, untuk mengantisipasi halhal yang
disebabkan oleh adanya beberapa pihak yang berkepentingan,
agar situs ini tidak semakin terancam kelestariannya,
maka diperlukan beberapa langkah, Yaitu:
1. Profesionalisasi, yaitu para pelaku pengembangan dan
pelestarian harus memikliki kemampuan yang profe
sional, tidak hanya sekedar teori yang dimiliki, tetapi
harus mampu mengaplikasikan dalam hal pengem
bangan situs Makam Troloyo
2. Menempatkan dampak manfaat ekonomi yang signifi
kan sebagai salah satu faktor dalam perencanaan
pengem bangan pariwisata yang pada akhirnya
menjadi sumber penting bagi pengembangan budaya.
3. Melakukan kontrol terhadap situs melalui petugas
yang ditunjuk oleh instansi terkait.
4. Menjalin kerjasama yang erat antara warga , BP3
Jawa Timur, beberapa instansi terkait dan pemerintah
dalam rangka menumbuhkan kesadaran warga
akan pentingnya suatu tinggalan budaya.
5. Menumbuhkan kesadaran warga agar terwujud
suatu semangat untuk merasa ikut memiliki.
215Komunitas Muslim di Tengah Kota Majapahit
Kesimpulan
Peninggalan Majapahit merupakan produk masa lalu
yang memiliki potensi pendidikan bagi bangssa. Sebagai
sumberdaya budaya, situs makam Troloyo dapat menyadarkan
bangsa akan sejarah di masa lampau. Dalam era sekarang,
suatu sumberdaya budaya harus memiliki ketahanan budaya
agar tidak mudah terombang ambing oleh persentuhan budaya
asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
Jika suatu ketahanan budaya telah dimiliki, maka perusakan
budaya tidak akan terjadi, meskipun kontak budaya bangsa
dengan budaya asing tidak dapat dihindari.
Upaya pelestarian terhadap peninggalan sejarah dan
purbakala yaitu suatu langkah untuk menjaga kelestarian
suatu objek dengan segala potensi yang ada, sehingga dapat
bermanfaat untuk kesejahteraan hidup manusia. Oleh kerna itu
suatu kegiatan pelestarian harus diawali dengan menumbuhkan
apresiasi warga tentang pentingnya warisan budaya yang
dapat difanfaatkan untuk kepentingan jati diri dan peningkatan
kesejahteraan hidup warga . Dengan demikian upaya
pelestarian terhadap suatu sumberdaya budaya dilaksanakan
dengan mempertimbangkan asas manfaat. Sedangkan dalam
hal pemanfaatan sumberdaya budaya harus selalu berwawasan
pelestarian.
ajapahit, sebagai salah satu kerajaan besar pada
masa lampau telah banyak mengilhami kehi
dupan kita pada masa kini. Usahausaha untuk
mengungkapkan kebesaran kerajaan ini telah dimulai
sejak Letnan Jenderal Raffles menguasai Pulau Jawa dan daerah
sekitarnya. Thomas Stamford Raffleslah yang menggeluti
bidang kepurbakalaan dan sejarah Indonesia kuno. Dalam
bukunya “the History of Java” tahun 1817, telah dimuat
beberapa keterangan mengenai peninggalan Majapahit yang
220 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
menarik perhatiannya, antara lain Candi Brahu dan Gapura Jati
Pasar (lihat Raffles, 1978: 54 dan 134). Setelah itu banyak pula
sarjana asing, kebanyakan Belanda ikut andil menyumbangkan
pemikirannya dalam merekonstruksi Majapahit, yang beberapa
diantaranya merupakan ahli bahasa Sansekerta, antara lain
yaitu ; J.L.A. Brandes (18571905), H. Kern (18331917), N.J.
Krom (18831945), dan W.F. Stutterheim (18921942). Pada
tahun 1896, Brandes menerbitkan edisi pertamanya tentang
Pararaton, yang kemudian diikuti oleh artikel Kern pada tahun
1905 tentang Nagarakretagama dan kebesaran Majapahit, serta
karya Krom tentang “Sejarah HinduJawa” (Hindoe-Javaansche
Geschiedenis) pada tahun 1931 (lihat Lombard, 2006b: 67).
Selain itu, karya yang cukup komprehensif menggambarkan
keadaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk berdasar
kitab Nagarakretagama yaitu terbitan lima jilid “Java in the
Fourteenth Century” karya Theodore G. Th. Pigeaud pada
tahun 1960.
Selain para peneliti asing, anak bangsa pun tidak mau
kalah dalam mengkaji kebesaran Majapahit. Pada masa awal
kemerdekaan, ketika bangsa ini sedang memerlukan jati
diri yang kuat akibat pengaruh kolonialisme yang cukup
lama, Muhammad Yamin begitu antusiasnya menyejajarkan
kebesaran Sriwijaya sebagai Indonesia jilid satu dan kejayaan
Majapahit sebagai jilid duanya. Kemudian Slamet Mulyana
seorang sejarawan, menghasilkan beberapa buku sejak
“Menuju Puncak Kemegahan” Majapahit, sampai “Runtuhnya
Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negaranegara Islam
di Nusantara”. Hassan Djafar yang juga seorang arkeolog,
dalam penelitiannya berhasil merekonstruksi klan penguasa
pada masa akhir pemerintahan Majapahit, dalam bukunya
“Girindrawarddhana”. Di tahun 1993, pada peringatan 700
221Mungkinkah Batas Kota Majapahit Ada di Jakarta ?
tahun Majapahit (12931993) beberapa peneliti yang berasal dari
lembaga penelitian dan civitas akademika, yang dikoordinir
oleh seorang sejarawan kawakan, Sartono Kartodirjo, turut
andil menuangkan pemikirannya dalam suatu bunga rampai.
Hingga kini, Majapahit masih memberikan inspirasi pada
beberapa sastrawan muda seperti Langit Kresna Hariadi yang
menghasilkan beberapa novel, kemudian diterbitkan oleh
Tiga Serangkai. Tokoh utamanya yaitu Gajah Mada dan
mengambil setting cerita penggalan sejarah Majapahit, seperti
“Gajah Mada”, “Hamukti Palapa”, “Bergelut dalam Kemelut
Takhta dan Angkara”, “Perang Bubat” serta “Madakaripura
Hamukti Moksa”.
Batas Kota
Telah banyak para ahli baik asing maupun lokal yang
berkutat pada peninggalanpeninggalan di Trowulan, yang
ditengarai sebagai isi ibu kota Majapahit. Kini, para peneliti
ini mengais reruntuhan Majapahit, berkejaran dengan
ribuan pabrik pembuat bata yang menjamur di sekitarnya. H
Maclaine Pont, yaitu seorang arsitek Belanda yang meng
awali penelitian intensif terhadap sisasisa Majapahit di
Trowulan. Terinspirasi dengan Nagarakretagama terjemahan
Brandes, beliau menggali banyak lokasi di sana. Hasil inves
tigasinya antara lain yaitu fasilitas hidrologi Majapahit
berupa wadukwaduk besar di sekitar Trowulan, yang salah
satunya berukuran kirakira 175 m x 350 m, dan kemungkinan
memiliki daya tampung air sejumlah 350.000 m³. Kondisi
serupa dijumpai di baray, Angkor namun dengan skala yang
jauh lebih besar (Lombard, 2006b:19). Begitu terinspirasinya
Maclaine Pont dengan Majapahit, ia membidani pembangunan
222 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
Gereja Poh Sarang, Kediri, Jawa Timur. Sebagai seorang arsitek
ia menggabungkan gaya arsitektur modern dengan arsitektur
tradisional Jawa, untuk melahirkan Gereja dengan gaya
Majapahit ini (Lombard, 2006a: 180).
Pada tahun 2003, tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang
dipimpin oleh Nurhadi Rangkuti melakukan survei untuk
mencari batasbatas Situs Kota Majapahit yang diperkirakan
memiliki luas 11 Km x 9 Km memanjang arah utaraselatan.
Dari penelitian sebelumnya telah ditemukan tiga lokasi batas
kota yang ditandai dengan sebuah kompleks bangunan suci
agama Hindu yang besar dengan Yoni berhias naga raja. Tiga
batas kota ini yaitu Klinterejo di timur laut, Lebak Jabung
di tenggara, dan Sedah di barat daya (Rangkuti, 2005:53).
berdasar ekskavasi arkeologis di Situs Klinterejo dan Lebak
Jabung, didapatkan gambaran mengenai bentuk bangunan
suci Hindu di penjuru sudut penanda batas kota. Secara garis
besar, pola tata ruang bangunan ini memanjang barat –
timur, yang terdiri dari tiga halaman. Pada halaman paling
barat terdapat bangunan terbuka, berumpak batu dengan
batur batu bata, mirip bangunan balai atau pendopo. Pada
halaman tengah terdapat sisasisa bangunan dari bata, dan
pada halaman bagian timur juga terdapat bangunan bata
dengan Yoni Naga Raja. Tampaknya pola tata ruang bangunan
suci ini mirip dengan kompleks bangunan Pura di Bali,
yang memiliki tiga halaman yaitu: jaba, jaba tengah dan jeroan
(lihat Rangkuti, 2006:175176).
Selain berhasil membangun hipotesis mengenai lokasi dan
penanda batas kota, sebelumnya Rangkuti juga berhasil mere
konstruksi pola pemukiman desadesa Majapahit di sekitar
Trowulan di Kabupaten Sidoarjo, Probolinggo, Pasuruan,
dan Lumajang. Ruparupanya berbeda dengan peneliti
223Mungkinkah Batas Kota Majapahit Ada di Jakarta ?
lainnya, peneliti ini memiliki kecenderungan untuk lebih suka
menelusuri tepian Majapahit yang masih menjadi misteri
dan belum banyak diungkap, daripada isi bagian dalam
kotanya yang telah diobrakabrik pembuat bata (atau bahkan
pemerintah ?).
(Hipotesis Batas Kota Majapahit dan Kepurbakalaan di
Dalamnya,
Masih Misteri
berdasar hasil penelitian tahun 2003 yang lalu, muncul
hipotesis bahwa kompleks bangunan di sudut barat laut
kemungkinan berada di Desa Tugu dan Desa Badas, Kecamatan
Sumobito, Kabupaten Jombang. Pada saat dilakukan penelitian,
di kedua lokasi ini ditemukan beberapa sebaran struktur
bata, namun belum ditindaklanjuti dengan penelitian yang
224 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
intensif. Sayangnya pula, sejauh penelusuran di lapangan tidak
ditemukan Yoni kerajaan berpahat naga raja, kecuali sebuah
Yoni kecil polos dan sederhana yang kini terletak di tepi rel
kereta api, setelah beberapa kali dipindahkan oleh penduduk
(Rangkuti, 2006: 176). berdasar kondisi di lapangan ini
maka muncul beberapa permasalahan, antara lain yaitu :
Adakah sesungguhnya batas kota Majapahit yang ditandai
dengan kompleks bangunan suci besar agama Hindu? Jika
ada, di manakah letak sesungguhnya? Apakah keberadaannya
juga ditandai dengan media pemujaan Yoni Naga Raja Segi
Delapan? Jika beberapa permasalahan ini telah terjawab,
lalu bagaimanakah cara untuk menyajikan informasi ini
kepada warga luas ?
Tulisan kecil ini tidak akan mempertanyakan ada tidaknya
kompleks bangunan suci di tiap sudut kota, namun hanya
mencoba sedikit menelusuri keberadaan salah satu Yoni Naga
Raja Segi Delapan, sebagai ikon Majapahit yang misterius
tersebut. Jika memang kompleks bangunannya telah musnah,
kirakira di mana relik ini kini berada? Perhatian kita
kemudian beralih ke “gudang” “Perkumpulan Batavia” yang
menyimpan barangbarang sejarah kebudayaan dari hampir
seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda. Perkumpulan
yang telah berdiri sejak paruh akhir abad 18 Masehi, bahkan
telah mendirikan museum yang sekarang dinamai Museum
Nasional, di Jakarta.
Museum Nasional
Cikal bakal Museum Nasional dimulai ketika J.C.M
Rademacher salah seorang anggota Raad van Indie mendirikan
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
225Mungkinkah Batas Kota Majapahit Ada di Jakarta ?
(Perkumpulan Batavia untuk Ilmu dan Seni) pada tanggal 24
April 1778. Beliau menghibahkan kepada organisasi ini
patungpatung batu, perunggu, dan bendabenda etnografi
yang kemudian menjadi koleksi Museum Nasional dan enam
lemari bukubuku ilmu alam, ilmu hayat, dan hukum yang
menjadi koleksi Perpustakaan Museum Nasional. Museum
tertua di Asia Tenggara ini pada mulanya menempati sebuah
rumah di Kali Baru yang juga dihibahkan oleh Rademacher.
sebab koleksinya bertambah kemudian Raffles memindahkan
museum ini ke Jl. Majapahit No. 3 pada awal abad ke
19, dan memberinya nama “the Literary Society”. Pada tahun
1862 pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah gedung
museum baru yang tidak hanya berfungsi sebagai perkantoran,
namun juga berfungsi untuk menyimpan, mengawetkan,
dan menampilkan koleksi. Pada tahun 1868 secara resmi
museum ini pindah ke lokasi saat ini di Jl. Merdeka Barat
No. 12 dan dikenal dengan nama Gedung Arca (lihat www.
museumnasional.org dan Martowikrido, 2006:12).
Baru tiga tahun berselang, pada bulan Maret 1871, Raja
Siam Somdetch Phra Paramindr Maha Chulalonkorn mengun
jungi museum ini. Kehadirannya sangat dipuja banyak orang
dan diabadikan dengan “Sair Kedatangan Sri Maharaja Siam
di Betawi” yang bahkan sampai saat ini siapa pengarangnya
belum diketahui (lihat Marcus A.S, 2000). Dalam kunjungannya
beliau menghadiahkan sebuah arca gajah perunggu yang
sekarang masih nangkring di depan museum, dan ditukar
dengan enam kontainer koleksi arca dan relief dari Borobudur.
Suatu tragedi dalam sejarah pengelolaan warisan sejarah
budaya di Indonesia. Sejak kedatangan arca gajah tersebut,
Gedung Arca atau Gedung Perabot (disebut demikian sebab
226 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
banyak menyimpan perkakas etnografis) juga dikenal dengan
sebutan Gedung Gajah atau Museum Gajah.
Kebanyakan orang awam yang belum pernah berkunjung
ke museum ini akan mengira dari namanya, bahwa Museum
Gajah menyimpan halhal yang berkaitan dengan binatang
gajah, barangkali mirip dengan kebun binatang. Padahal,
sejatinya museum ini menyimpan bendabenda peninggalan
sejarah dan kebudayaan Indonesia. berdasar informasi
yang dipublikasikan di website www.museumnasional.org,
diketahui bahwa institusi ini menyimpan 109.342 koleksi
yang dipamerkan di sembilan ruang display dengan kategori
prehistori, ruang harta karun, koleksi perunggu, arca batu,
keramik, numismatik, relik sejarah, etnografi, tekstil, dan
koleksi geografi. Museum ini juga dilengkapi dengan toko
cinderamata yang menyediakan beberapa terbitan pilihan, kartu
pos dan reproduksi bendabenda koleksi museum. Museum
Nasional melayani pengunjung pada hari SeninKamis dan
Minggu pukul 8.3014.30, Jumat pukul 8.3011.30 serta Sabtu
pukul 8.3013.30. Museum ini juga menyediakan guide dalam
bahasa asing, seperti Inggis, Jepang, dan Jerman serta melayani
tour privat bagi siswasiswa sekolah dan kelompok minat
khusus lainnya. Gudangnya ilmu pengetahuan, sejarah dan
kebudayaan Indonesia ini dapat kita kunjungi hanya dengan
membayar tiket Rp. 750 bagi dewasa dan Rp. 250 bagi pelajar
dan anakanak. Harga yang untuk saat ini sangatsangat luar
biasa terjangkau.
Memasuki halaman museum ini, kita akan disapa oleh arca
gajah berlapik prasasti dari Kerajaan Siam, meriammeriam
perunggu yang sudah tidak dapat menyalak, dan beberapa
jambangan batu berinskripsi dari zaman Kadiri. Memasuki
bangunan utama, duduk berderet dengan syahdunya arcaarca
227Mungkinkah Batas Kota Majapahit Ada di Jakarta ?
Dhyani Buddha Borobudur bergaya Gupta. Kemudian kita
akan sedikit bingung, dari mana harus memulai menikmati
koleksi di museum ini, ke sayap selatan tempat koleksi keramik
dan barang pecah belah lainnya, ke sayap utara dengan koleksi
artefak etnografisnya, atau naik ke lantai atas menuju ruang
harta karun dengan koleksi logam mulianya. Kita tentunya
tetap pada tujuan semula mencari relik Yoni Naga Raja Segi
Delapan. Kebetulan, seluruh koleksi batu dari masa Hindu
Budha dipamerkan di sepanjang selasar gedung bagian depan,
belakang, sayap selatan, dan sayap utara museum. Namun
nampaknya koleksikoleksi batu dari zaman Klasik Indonesia
yang sangat berlimpah ini dijajar berjubel, seandainya mereka
hidup tentunya akan sesak nafas. Ratusan koleksi ini
ditempatkan tanpa suatu konsep kronologis, lokasional atau
(Museum Nasional, Jakarta dan Prasasti Raja Chulalonkorn pada lapik
Arca Gajah. Dok: Pribadi)
228 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
tema yang jelas sehingga bercampur antara satu dan lainnya,
dan menyulitkan aksesibilitas pengunjung.
Di bagian depan, koleksi dari Sumatera bercampur dengan
arca dari Mataram Kuna dan Majapahit. Di ujung selasar,
sebelum memasuki ruang koleksi prehistori, dipamerkan
Yupa inskripsi tertua di Indonesia sekitar abad V dari Kutai
yang berhadapan dengan arcaarca Candi Gurah, dari masa
peralihan klasik awal dan klasik muda. Arcaarca Singasari
yang anggun tersebar di selasar sudut timur laut (dari Candi
Jago) dan barat daya (replika dari Candi Singasari). Perlakuan
yang sangat kontras terlihat dengan ditempatkannya arca
Prajñaparamita (dikenal dengan sebutan Ken Dedes) di
dalam kotak berkaca di ruang harta karun. Sedangkan
(Yang terawat dan kurang terawat, Arca Ganesha dari Singasari
koleksi Museum Leiden dan Arca Nandi dari candi yang sama koleksi
Museum Nasional. Dok: Pribadi)
229Mungkinkah Batas Kota Majapahit Ada di Jakarta ?
arca Nandi yang sejaman berada di taman tengah yang tak
beratap, kepanasan dan kehujanan. Dengan demikian pada
saat pameran bersama koleksi Singasari antara Leiden dan
Museum Nasional beberapa waktu yang lalu, tampak jelas
perbedaan kondisi arcaarca di kedua museum. Tampaknya
memang Museum Nasional cukup kesulitan memadukan tema
pameran dengan ruang yang terbatas, dan isinya yang sangat
berlimpah. Lalu, dimanakah relik Majapahit yang kita caricari
ini teronggok?
Yoni Naga Raja
Di gedung lama Museum Nasional (pada tahun 1994
pemerintah membangun gedung baru dengan style yang
sama dengan gedung asli di sebelah utaranya), tepatnya di
depan arca raksasa Bhairawa Budha dari Padang Roco, pada
bagian tengah selasar yang tak beratap, teronggok sebuah
Yoni dengan nomor inventaris 366a. Yoni ini dihias
dengan pahatan sulursuluran yang cukup raya, berhiaskan
relief Naga Raja pada bagian bawah ceratnya dan berbentuk
segi delapan. Sayangnya, selain nomor inventaris di bagian
badan Yoni, tidak terdapat keterangan apapun mengenai
keberadaan benda unik tersebut. Wawancara sepintas dengan
staf museum yang dijumpai di sekitar Yoni, tidak diketahui
halihwal mengenai benda tersebut, sekilas yang mereka
ketahui bahwa Yoni ini telah ada (disimpan di Museum
Nasional) sejak zaman kolonial Belanda. Walaupun penulis
belum pernah mendeskripsikan secara detil morfologi dan
morfometri benda tersebut, namun sepintas bentuk, ukuran
dan motif hiasnya mirip benar dengan Yoni Naga Raja Segi
Delapan dari sebuah pekuburan di Situs Lebak Jabung,
230 Majapahit : Batas Kota dan Jejak-Jejak Kejayaannya
yang saat ini telah dipindahkan ke Balai Penyelamatan Arca,
Trowulan. Nampaknya perlu ditelusuri arsip dan catatan
sejarah di perpustakaan museum mengenai penemuan Yoni
ini dan perihal pemindahannya ke Gedung Arca dari
lokasi asalnya. Jika nomor inventarisnya (366a) dilengkapi
dengan alphabet di bagian belakangnya, tentunya ada koleksi
bernomor sama dengan alphabet yang berbeda di museum ini.
Biasanya koleksikoleksi dengan nomor inventaris yang sama
namun akhiran alphabet berbeda, berasal dari satu konteks
temuan. Mudahmudahan ketika benda ini diangkut ke
museum masih dilengkapi dengan konteks temuan penting
lainnya (seperti Lingga misalnya). Dan janganjangan benda
inilah yang menjadi target Nurhadi Rangkuti beserta tim dari
Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2003 dalam suvei
pencarian batas kota Majapahit sekitar Kecamatan Sumobito,
Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
(Mungkin, Yoni Naga Raja Segi Delapan inilah yang dicaricari.
Dok: Pribadi)
231Mungkinkah Batas Kota Majapahit Ada di Jakarta ?
Yoni berhias naga raja lainnya yang menjadi koleksi
Museum Nasional yaitu Yoni Naga Raja yang ditempatkan
di selasar sayap utara sudut timur laut gedung tersebut.
Sayangnya, pada saat berkunjung ke Museum Nasional
penulis kurang memperhatikan nomer identitas inventaris
koleksi tersebut. Berbeda dengan Yoni Naga Raja Segi Delapan
366a, walaupun juga berhias naga raja, Yoni ini berbentuk segi
empat dengan motif hias florafauna yang sangat raya pada
bagian tepiantepiannya. Nampaknya Yoni yang berfungsi
sebagai lapik arca ini lebih mirip dengan Yoni Naga Raja dari
bangunan Candi Tigawangi di Kediri. Dalam kenyataannya di
lapangan, Yoni Naga Raja yang menjadi hipotesis batas kota
sudut timur laut di Klinterejo merupakan Yoni Naga Raja Segi
Empat yang bentuk dan motif hiasnya berbeda dengan dua
yoni lainnya dari Sedah dan Lebak Jabung. Kelihatannya Yoni
Naga Raja Segi Delapan 366a lebih memenuhi syarat untuk
ditempatkan pada salah satu penjuru batas kota yang hilang.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 1914 Belanda menggali
sudetan Kali Konto, sehingga memisahkan Situs TuguBadas
dan Situs Mentoro (Rangkuti, 2005:62). Perlu dise