persatuan dan kesatuan
serta kerukunan antar umat beragama.39 Sementara relasi
sosial dengan warga sekitarnya, keberadaan Pura
Mandira Seta dan Yayasan Sadhar Mapan dapat terjalin
dengan baik dan bahkan seringkali mengadakan kerja sama
untuk kepentingan sosial. 40
Konflik Internal dan Solusi .
Semenjak kehadirannya, Yayasan Sadhar Mapan tidak
pernah memunculkan konflik di internal umat Hindu atau
pun dengan umat lain di daerah Surakarta dan sekitarnya.
Persoalan yang pernah muncul yaitu masalah kepemilikan
rumah projopangarsan yang diklaim oleh ahli waris. Upaya
dialog telah dilakukan, dan pihak keluarga ahli waris atas
rumah itu lalu meminta uang ganti sebanyak 3 Miliyar.
Atas inisiatif umat Hindu di Pura Mandira Seta, menyanggupi
untuk mengganti namun tidak sejumlah uang ini , yakni
sebanyak Rp 300. 000. 000,- (tiga ratus juta). Penggalangan
dana sempat dilakukan, meski akhirnya persoalan ini
lalu melibatkan raja kraton Kasunanan Surakarta ikut
campur tangan.
Mengingat Pura Mandira Seta masih berada di
lingkungan Kraton, raja lalu memutuskan bahwa hak
kepemilikan lahan dan bangunan apa pun yang berada di
atasnya yaitu menjadi kewenangan kraton. Oleh pihak
kraton, pura ini lalu diberikan keluasan kepada
umat Hindu untuk melakukan aktivitas di dalamnya.41
berdasar hasil penelitian dan analisis di atas, beberapa
simpulannya yaitu :
1. Sadhar Mapan sebagai lembaga spiritual memberikan
pelayanan kepada seluruh umat manusia, bukan
berdasar pada agama atau etni tertentu. Pengajaran
meditasi yang diajarkan sebagai impelementasi ajaran
kejawen dan dipadukan dengan agama Hindu.
2. Sadhar Mapan yaitu lembaga yayasan didirikan atas
prakarsa orang Jawa dengan garis pemikirannya sebagai
pengamal ajaran kejawen. Pendiri dan para pengikut di
Sadhar Mapan memandang ajaran kejawen yaitu
agama/keyakinan para leluhur sebelum kedatangan agama-
agama dunia ke bumi nusantara. Pendirian Sadhar Mapan
juga didorong oleh keberadaan penganut Kejawen dalam
melaksanakan ajaran agama. Para penganut ini
gelisah sebab tidak dapat melaksanakan ajaran Kejawen
pada saat masih menjadi pengikut agama lama (Islam).
Namun, lalu mereka mendapat tempat dari PHDI.
Keberadaan Sadhar Mapan di tengah-tengah penganut
Hindu yang tergabung di Parisadha tidak memunculkan
persoalan. Juga dengan umat lain terjadi relasi yang relatif
baik.
3. Yayasan Sadhar Mapan berdiri sebagai lembaga spiritual
mengembangkan Raja Yoga meski dalam tata cara yang
berbeda. Kedua lembaga ini memiliki lembaga akademis
dengan tujuan agar eksistensinya dapat dipertahankan dari
generasi ke generasi. Sebagaimana dituturkan oleh pendiri
Sadhar Mapan, bahwa warisan budaya akan dapat lestari
jika dibuat wadah (akademi) sehingga dapat dimengerti
oleh generasi penerus dan tidak disalahgunakan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diajukan dalam penelitian ini
yaitu agar:
1. Jalinan hubungan antara anggota Yayasan Sadhar Mapan
dan organisasi Parisadha hendaknya terus dikuatkan dan
berjalan dengan baik sehingga akan menguatkan harmoni
dan kerukunan di antara anak bangsa.
2. Sadhar Mapan sebagai lembaga sosial keagamaan dengan
pemerintah dan umat lain juga perlu dilakukan lebih
dengan baik.
3. Pemerintah turut memberikan perhatian pada
perkembangan keduanya sebab senantiasa
mengembangkan sikap kebersamaan dan toleransi.
Brahma Kumaris dalam Lintasan Sejarah
Sejak ribuan tahun yang lalu para pendiri agama dan
para suci telah mencari Tuhan, Sang Ayah tertinggi pencipta
alam semesta. Tuhan diberi banyak nama sesuai paham ajaran
agama pada jamannya, Tuhan yaitu Titik Cahaya yang tak
dapat dilihat dengan mata biasa namun sentuhan kasih beliau
dapat dirasakan dengan lembut dan sejuk. yaitu hubungan
yang tertinggi dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang
merupakan samudera cinta kasih dan lautan kedamaian.
Kesempurnaan Raja Yoga dapat memenuhi hasrat kita akan
kebahagiaan rohaniah serta keseimbangan hidup yang diliputi
kebahagiaan, cinta kasih dan kedamaian yang permanen.
Pengetahuan spiritual hingga saat ini masih dilihat
sebagai sesuatu yang baru. Tidak banyak orang yang
langsung tertarik saat mendengar pengetahuan ini. Tetapi
‘bahasa’ spiritual memiliki keunikan tersendiri, bahkan tidak
membedakan agama dan lain-lainnya. Pengetahuan spiritual
pada Brahma Kumaris ini tidak mengajarkan suatu bentuk
ritual ataupun penggolongan yang memisahkan antar sesama
manusia. Berbagai kalangan bisa datang untuk belajar.
Adapun cara belajar yang diterapkan bersifat informal, tidak
mengikat, dan tidak memungut biaya. Semuanya diberikan
secara cuma-cuma sebagai pelayanan warga , tanpa
motivasi politik maupun agama. Banyak sekali manfaat yang
bisa diterapkan untuk sehari-hari. Inti pelajaran utamanya
yaitu memahami dan mengenal diri sendiri. Menggali
eksistensi manusia dengan kesadaran spiritual tinggi, hasilnya
tidak hanya membuat hidup bahagia, tapi juga membawa
pengaruh positif bagi lingkungan luas. Hidup menjadi
semakin bermakna dengan meningkatkan diri menjadi lebih
baik dan mengembangkan hubungan dengan Tuhan. Manusia
dengan kesadarannya bisa memiliki hubungan langsung
dengan Tuhan melalui yoga yang kuat.42
Boleh dikatakan setiap orang akan mengalami rasa
cemas, baik sedikit atau banyak, saat ia merasa takut akan
kehilangan sesuatu, atau terjadi sesuatu yang menimpa
dirinya yang tidak dikehendakinya. Jika kita mau berfikir,
merenung secara mendalam, secara jernih, dan tanpa emosi,
kita akan mendapatkan kesimpulan sebab kecemasan kita,
bahwa manusia sebagai makhluk yang sampai didera rasa
kecemasan, sebab diakibatkan ketakutannya.
Apabila ditelusuri sampai pada kenyataan bahwa rasa
cemas dan rasa ragu tidak akan bisa membantu dalam
menyelesaikan sesuatu yang mengganggu pikiran, yang justru
akan memperburuk situasi. Misalnya, jika ada seorang
mahasiswa saat akan ujian, timbul juga rasa cemas akan hasil
ujian akhirnya. Lalu bagaimana upaya untuk menghilangkan
rasa kecemasan yang sering menggangu pikiran. Pemilik
pikiran yaitu kita sendiri, tetapi kita bukanlah pemilik
pikiran itu sendiri. Bahkan dengan semakin banyak kita
mendengar dan berbicara tentang hal-hal positif, semakin
banyak kita bebas dari pengaruh-pengaruh negatif. Dengan
mengubah tema percakapan dengan cara yang lebih positif,
akan menciptakan harapan terhadap masa depan. Dan kita
bisa tetap damai apapun tantangan dan berita dan situasi
negatif yang mungkin harus dihadapi, kita mampu
mempertahankan dengan hati nurani yang damai.
Brahma Kumaris yaitu sekolah spiritual yang tidak
melihat usia. Ibarat sebuah festival film, maka Brahma
Kumaris boleh ditonton oleh semua umur. Mulai dari anak-
anak, dewasa, hingga para pensiunan sekalipun memiliki hak
sama untuk belajar di sini. Memang unik cara memberikan
pelajaran kepada anggota yang baru bergabung, sebab
dinamika kelasnya memang seperti berbagi pengetahuan dari
yang telah mempelajari, memahami dan mempraktekkan
lebih dulu. Jadi hubungannya bukan guru dengan murid,
tetapi cenderung pada rasa persaudaraan.43
Penelitian ini dilaksanakan di Surabaya pada yayasan
sosial spiritual Brahma Kumaris Meditasi Raja Yoga yang
menitikberatkan pada hal-hal spiritual dalam pengendalian
pikiran (ingatan). Oleh sebab itu penting untuk dilakukan
kajian mendalam agar Puslitbang Kehidupan Keagamaan
memiliki tambahan pustaka berkaitan dengan dengan ragam
kelompok spiritual dalam agama Hindu serta
menyumbangkan bahan kebijakan bagi Kementerian Agama
Cq Bimas Hindu atau pihak-pihak terkait yang
membutuhkannya.
Profil Lokasi
Kelurahan Menur Pumpungan terdiri dari 10 RW 48
RT dan mempunyai luas 157 ha, dengan batas wilayah:
Sebelah utara : Manyar Jaya
Sebelah Timur : Manyar Jaya
Sebelah Selatan : Manyar Jaya
Sebelah Barat : Manyar Jaya
Jumlah penduduk Kelurahan Menur Pumpungan
seluruhnya 16.774 terdiri dari 8.410 laki-laki 8.364 perempuan.
Sementara itu Menurut Sudirman ketua RW 08, pensiunan
apoteker, mengatakan penduduk warga RT 05/RW 08
berjumlah 700 KK, dan selama ini wrganya tidak pernah
melapor sebab terganggu atau gaduh dengan kegiatan
meditasi dari Brahma Kumaris, termasuk dengan tetangga
kanan dan kirinya, tidak pernah bermasalah, meskipun
banyak tamu tetap kondisinya baik-baik saja.
Sasaran penelitian pada Studi Brahma Kumaris
Meditasi Raja Yoga yang beralamat di Jl. Manyar Jaya III/C-3
Surabaya, RT 05/RW 08 Kelurahan Menur Pumpungan
Kecamatan Sukolilo. Warga RT 05/RW 08 dengan kondisi
umat yang beragama Islam 10%, sementara yang dominan
yaitu umat Buddha dari etnis China sebagai urutan pertama,
umumnya bermatapencaharian sebagai wiraswasta,
selanjutnya umat Kristen dan Katolik.
Menurut Wakil Ketua RT 05 George Hartanto yang
beragama Katolik mengatakan bahwa untuk lingkungan
kehidupan keagamaan warganya cukup bagus. Termasuk
dengan keberadaan tempat meditasi Yoga Brahma Kumaris,
yang bertepatan bersebelahan dengan tempat tinggal
temannya mengatakan tidak pernah merasa terganggu,
bahkan hubungan ketetanggan cukup baik.
Kenyamanan yang dirasakan oleh warga
kelurahan Menur Pumpungan, dirasakan pula oleh pengurus
Yayasan Brahma Kumaris, yang tinggal di wilayah ini sejak
tahun 2004, tidak pernah merasa was-was atau cemas tinggal
di Jl. Manyar Jaya III, untuk mendirikan yayasan berupa
pendidikan untuk meditasi.
Wilayah Manyar merupakan lingkungan pemukiman
elit, dan selain itu ada juga kampus Untag. Menurut
pengurus yayasan Brahma Kumaris dan ketua RW 08, bahwa
terjalin hubungan yang baik dengan pihak Kampus Untag
yang sering mengundangnya sebagai narasumber dalam acara
diskusi atau sarasehan mahasiswa. Bahkan bila Brahma
Kumaris kedatangan tamu Pembina dari India dan Australia,
memakai aula Untag sebagai tempat pertemuan,
mengingat ruangan yang dimiliki Brahma Kumaris hanya
mampu menampung sejumlah 50 anggota keluarga.
Kehidupan Keagamaan
Kehidupan keagamaan umat Islam di lingkungan RW
08, sebab belum memiliki masjid, namun dalam kegiatan
majelis taklim, bergabung dengan Masjid yang berada di RW
06. Tetapi sebab sudah tiga tahun kegiatan keagamaan di
masjid RW 06 mengalami kefakuman, maka digabung dengan
masjid yang berada di RW 04. Penggabungan kegiatan
keagamaan majelis taklim warga RW 08 dengan kegiatan yang
berada di masjid pada RW 04, mengingat di RW 08 hanya
memiliki Vihara dan Gereja. Meskipun demikian kehidupan
keagamaan antar umat beragama di lingkungan RW 08,
sangat kondusif, cukup bagus toleransi antarumat beragama,
sehingga menjadikan Kelurahan Menur Pumpungan sebagai
hunian yang aman dan nyaman bagi WNI dan WNA.
Surabaya terdiri dari 31 kecamatan dengan jumlah
umat Hindu yang ada di setiap kecamatan mencapai
9.000 jiwa termasuk mahasiswa. Umat Hindu telah memiliki
sejumlah 8 Pura di beberapa kecamatan, di antaranya Tirta
Wening di Tambaksari, Tirta Ganggga di Gubeng Kertajaya, di
Karang Pilang Babatan Wiyung bernama Tirta Mpul,
Kecamatan Semampir Desa Bulak Banteng, bernama Pura
Tunggal Jati, Kecamatan Surabaya Kupang bernama Pura
Sono Panca Giri dan di Tandes Candi Cemoro Agung,
Kecamatan Tanjung Perak dengan Pura Agung Jagad Karana,
Kenjeran dengan Pura Segara.
berdasar pengamatan dan wawancara dengan
Pengawas dan Pendidikan Agama Hindu (Ketut Sudiana),
mengatakan bahwa di Pura Agung Jagad Karana yang berada
di Jl. Lumba-Lumba Kecamatan Krembangan sebagai Pura
yang cukup besar, didirikan sejak tahun 1975. Dalam
kehidupan keagamaan warga sekitar Pura terjalin
hubungan yang baik, lingkungan warga sekitar sangat
toleransi terhadap umat yang berbeda agama, termasuk tidak
pernah ada konflik internal dalam agama Hindu.
Profil Brahma Kumaris di Surabaya
Brahma Kumaris World Spiritual University (BKWSU),
didirikan oleh Brahma Baba di Karachi, India, pada 1937 dan
telah memiliki lebih dari 8500 Pusat Meditasi Raja Yoga
(center) yang tersebar di lebih dari 137 negara. Atas
sumbangannya pada dunia dalam menciptakan perdamaian,
Brahma Kumaris diterima berafiliasi dengan PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1980. Di negara kita ,
Brahma Kumaris sudah ada sejak tahun 1982 dan terdaftar di
Departemen Pendidikan Nasional dengan nama Yayasan
Studi Spiritualitas Brahma Kumaris. Dengan cepat, Brahma
Kumaris, selanjutnya kami tulis BK, sudah tersebar di Jakarta,
Surabaya, dan Bali (dikutip dari brosur Meditasi Raja Yoga
“Kedamaian Kebahagiaan Kekuatan Kesucian Cinta Kasih
Belas Kasih”).
BKWSU atau Pusat Studi Spiritual Brahma Kumaris,
bukanlah badan keagamaan atau badan politik, sehingga tidak
bergerak dikedua bidang ini . BKWSU tidak mengubah
kepercayaan seseorang, terbuka bagi semua orang dari
berbagai kepercayaan, umur, latar belakang ekonomi dan
pendidikan.
Adapun tujuan didirikannya BK yaitu untuk
meningkatkan moral dan spiritual umat manusia, untuk
membantu membangkitkan dan menyalurkan kekuatan
mencipta yang terpendam dalam setiap pribadi menuju
kearah hal-hal positif bagi umat manusia, dengan kegiatan
yang diberi nama Meditasi Raja Yoga. Dengan melakukan
meditasi, jiwa menjadi lebih stabil, jauh dari prasangka buruk,
luwes dan damai.
-
Kumaris berarti putri yang banyak. sebab saat awal
terbentuknya meditasi yang didirikan oleh Brahma, banyak
diikuti oleh kaum wanita, meskipun ada beberapa dari kaum
pria, maka dinamakan Kumaris. Sementara yang mendirikan
ide meditasi ini yaitu Brahma Baba, sebab itu dinamakan
Brahma Kumaris.44
Awal berdirinya BK di Surabaya, menurut Sister
Sukreni, sebelumnya bertempat di Denpasar lalu
pindah ke Surabaya dan mengontrak di Jl. Sidoresmo Air Gas
(kurang lebih selama 3–4 tahun). lalu atas prakarsa para
donator dan seorang Pembina BK berasal dari India keturunan
Malaysia bernama Sister Janaki, sepakat untuk membeli
rumah yang berada di Jl. Manyar III/C-III di Perumahan
Nginden Intan Kecamatan Sukolilo, Kelurahan Menur
Pumpungan, pada akhir tahun 2004. Rumah yang telah dibeli
oleh yayasan ini, lalu di renovasi.
Sejak berdirinya BK Meditasi Raja Yoga di Surabaya
ini, tercatat hampir berjumlah 1000 orang yang menjadi
anggota keluarga, dan untuk saat ini yang aktif sebagai
keluarga BK di Jl. Manyar III ini sekitar 20 orang. Anggota
Keluarga BK ada yang beragama Islam seperti Bapak Yunardi,
berumur sekitar 50 tahun dari Ngagel, ada juga yang datang
diantaranya dari Sidoarjo dan sekitarnya, namun bukan warga
dari sekitar lingkungan tempat BK Meditasi Raja Yoga berada.
Dan anggota keluarga yang banyak mengikuti kegiatan
meditasi ini mencapai 30% dari muslim.45
Meditasi itu berasal dari kata Mederey (bahasa Latin),
yang artinya healing (penyembuhan), sembuh dari segala
sesuatu yang tidak semestinya, tetapi dalam ranah mental
(jiwa). Dalam psikologi kalau orang marah itu sebab tidak
sehat jiwanya, ternyata memang betul sebab kita ini terdiri
dari ada jiwa dan ada raga. Yang dipelajari disini yaitu
tentang Jiwa. Ada lahir ada bathin. Kita tidak belajar
mengelola lahir tetapi mengelola bathin. Dan kebetulan Tuhan
juga ada pada level bathin. Tuhan tidak bisa di lihat, tidak bisa
disentuh. Kalau kita tidak masuk pada ranah bathin, maka
tidak bisa komunikasi pada Tuhan.46
Karakteristik Meditasi di Brahma Kumaris
Menurut Sister Alit, bahwa di BK Meditasi Raja Yoga,
merupakan kelompok spiritual yang melaksanakan meditasi,
dengan pola vegetarian namun tidak terkait dengan ritual
agama Hindu. sebab itu di BK, terbuka bagi siapa pun,
sebab tidak mengubah agama yang selama ini sudah menjadi
keyakinannya.
Menurut Sister Sukreni bahwa spiritual pada BK
yaitu ilmu tentang spirit/energi. Asal kata spirit yaitu
energi/roh. Jadi spiritual yaitu ilmu tentang spirit/energi.
Maksudnya bagaimana energi itu melakukan aktifitasnya,
memakai fikiran, di mana kekuatan saya dalam
kehidupan sehari-hari bisa kembali kediri saya spirit/energi
yang positif. sebab spirit yaitu energi yang damai dan cinta
kasih. Spiritual yang dimaksudkan di BK yaitu pelajaran
bagaimana spirit melakukan aktivitasnya dengan
memakai sifat-sifat dasar nilai-nilai luhur yang ada
dalam diri dan sebagai pengontrol atas panca indra. Jadi tidak
ada hubungannya dengan ritual/upacara, atau dengan pernak-
perniknya. Tetapi bagaimana melakukan pola hidup dengan
kondisi mental yang damai. Sehingga siapa pun bisa menjadi
anggota keluarga kami, sebab disini hanya untuk belajar
meditasi. Dengan melakukan meditasi, jiwa menjadi lebih
stabil, jauh dari prasangka buruk, luwes dan damai.
Dalam melakukan meditasi pikiran tetap pada yang
satu yaitu Tuhan, meskipun nama atau sebutan kepada Tuhan
itu bisa bermacam-macam tetapi dalam bermeditasi tetap
konsentrasi kita pada yang Esa/satu, yaitu Tuhan. Dalam
meditasi membutuhkan kesadaran dalam mengolah pikiran
dan konsentrasi pada Tuhan, itu artinya mengontrol atau
menata pikiran. Mengenai konsentrasi pandangan ditujukan
pada gambar cahaya di hadapan kita, itu hanya sebagai alat
bantu untuk berkonsentrasi, bukan suatu pemujaan khusus.
Cahaya yaitu simbol sosok spiritual dalam diri kita.47
Pendapat yang sama juga disampaikan Sister Aridha
dalam memahami apa yang dimaksud dengan spiritual dalam
BK. Menurutnya, spiritual sama dengan knowledge, yaitu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa, tentang
spirit/roh, dan bagaimana sifat-sifat asli dari roh kita, sebab
itu sejati diri kita, itu yang asli. Knowledge (spiritual) yaitu
membangkitkan kecerdasan melalui meditasi. Sister Aridha
sebelum menjadi anggota keluarga di BK, membayangkan
kalau meditasinya itu duduk bersila dan membaca mantera.
Setelah bergabung di BK ternyata sangat mudah dilakukan
membutuhkan kesadaran dalam mengolah pikiran dan
konsentrasi.
Dengan meditasi, pikiran baru diciptakan setiap hari,
bukan saja bagaikan makanan segar untuk jiwa, tetapi
memberi nutrisi membuat jiwa sehat walafiat, khususnya
dalam menghadapi situasi yang tidak stabil, banyak
menyebabkan keresahan dan kekhawatiran (dikutip dari buku
Fondasi Moral, Etika dan Spiritual, Pusat Studi Spiritual
Brahma Kumaris, hal 4).
berdasar pengamatan, uniknya, meditasi di BK
dilakukan dengan mata terbuka. Dan semua Sister dalam cara
berpakain layaknya pakaian wanita India yaitu memakai
kain Sari berwarna putih, demikian juga dengan yang pria
berpakaian gamis warna putih juga. Sebelum meditasi
dilaksanakan, salah seorang pengurus yayasan bernama Sister
Sukreni membacakan murli atau pelajaran pengetahuan
spiritual yang isinya berupa nasehat pola kehidupan sehari-
hari anggota. Agar meditasi terjaga kemurniannya, maka setip
hari diberi arahan tuntunan berupa pesan murni, yang
berisikan tentang hakekat Ketuhanan dan kehidupan.
Sister Sukreni dalam membacakan Murli/pelajaran
pengetahuan spiritual dengan suara yang lemah lembut, tidak
tergesa-gesa sehingga mudah dicatat oleh anggota, mudah
diingat. Sedikit cuplikan isi dari ceramah yang disampaikan
Sister Sukreni, antara lain:
“Bekerjasamalah dalam menciptakan suasana yg sangat suci
dan kuat dalam api korban atau center suci ini. Jagalah dia
dengan cinta kasih yg besar. Jangan menyembunyikan
apapun dalam diri anda. Jika hati anda bersih semua
harapan anda akan terpenuhi. Setiap sen/rupiah dari api
korban ini tidak ternilai harganya, oleh sebab itu jangan
sia-siakan bahkan satu grampun. Semoga anda duduk di
singgasana hati Tuhan. Singgasana yang paling luhur
untuk diduduki ya hati Tuhan. Jika anda tidak mampu
duduk diatas singgasana tahapan ini, anda tidak akan
mampu duduk diatas singgasana hati Tuhan. Dengan
pikiran suci ubahlah pikiran negatif menjadi positif”.
lalu dilanjutkan dengan meditasi dengan posisi
duduk serilek mungkin, sesuai dengan keinginan diri, bisa
bersila atau duduk di kursi/bangku atau dimana saja.
lalu lampu ruangan yang semula terang, agak
diredupkan dengan diiringi lagu India sebanyak dua kali,
untuk mengiringi lamanya meditasi hampir 15 menit.
Sister Alit mengatakan bahwa, awal untuk mengikuti
meditasi dengan melalui kursus dasar terlebih dahulu selama
7 hari, yang diberikan secara cuma-cuma, dan dibimbing oleh
instruktur yang berpengalaman dan dibantu dengan slide,
video untuk memudahkan menerima pembelajaran meditasi.
Meditasi ini mudah dilakukan hanya dengan memusatkan
dan mengamati pikiran dalam keheningan meditasi. BKWSU
tidak merubah kepercayaan seseorang, terbuka bagi semua
orang dari berbagai kepercayaan, umur, latar belakang
ekonomi dan pendidikan.
Dalam pelatihan meditasi di BK tidak mengubah
agama seseorang anggota keluarga, sebagaimana halnya Sister
Aridha yang muslim, dengan pekerjaannya sebagai dosen dan
penulis/peneliti di Kampus Unisma 45 Surabaya, tetap
menjaga keyakinannya sebagai umat Islam. Demikian juga
dengan Sister Nunik yang beragama Kristen, dan pekerjaan
sehari-harinya sebagai perias pengantin dan Sister Sukreni
sebagai umat Hindu tetap melakukan sembahyang secara
Hindu dan Dr. Ani pemeluk agama Katolik, masing-masing
tetap pada keyakinannya.
Sister Alit mengatakan untuk mejadi pengurus
yayasan BK, tidak ada persyaratan khusus, yang terpenting
dapat menyatukan keluarga dari semua agama. Jadilah seperti
susu dan gula, menyatu. Kita yang ditunjuk harus bisa
menyatukan, dari berbagai keluarga. Kalau ada masalah bisa
diselesaikan sebagai satu keluarga. Kita disini semuanya
yaitu keluarga BK yang mempunyai cinta kasih satu sama
lain, yang tua menyayangi yang muda dan yang muda dapat
menghargai yang lebih tua. Dan sebagai pengurus BK, semua
sebagai tenaga sukarelawan, artinya tanpa digaji dan semua
dilakukan dengan keikhlasan. Yang menjadi ciri khas lainnya
dari BK yaitu setiap minggu ada semacam sarasehan dan
menyediakan makanan kecil bagi siapapun yang datang
untuk belajar meditasi.
Pengamatan lain berupa kata-kata mutiara yang
terpampang di papan pengumuman ukuran 10 x 20 Cm
tergantung di pintu gerbang, pada tanggal 18 Februari 2016:
“Kekuatan Kewibawaan yang sebenarnya bukan terletak pada
pengurusan orang lain, tetapi pengendalian diri sendiri”.
lalu tanggal 5 Maret 2016: “Dimana ada kemampuan
menghayati keindahan Tuhan YME, disitu ada kemampuan untuk
mensyukuri ciptaan beliau”.
Yang tertempel di dinding teras juga ada dengan
kalimat: “Semoga anda menjadi jiwa yang agung yang memberi
kebahagiaan kepada jiwa-jiwa melalui interaksi anda yang luhur.
Berfikir mengenai sesuatu setelah melakukannya yaitu tanda
penyesalan”.
lalu ada juga tulisan pada tanggal 9 Maret 2016
yang berbunyi: “Peluang untuk mengubah karakter kita menjadi
mulia, senantiasa terbuka bagi kita, tetapi adakah kita rela
menyisihkan waktu untuk itu”. Kata-kata indah ini selalu
berganti setiap hari yang digantung di pintu gerbang sehingga
dengan mudah bagi orang yang lewat untuk membacanya.
Profil Pengurus Yayasan Brahma Kumaris
Sister Alit dari Bali kelahiran tahun 1948, sebagai
seorang pemeluk agama Hindu dengan suami yang beragama
Islam yang dikaruniai beberapa orang anak yang memilih
agama Islam yang berbeda dengan Sister Alit. Sister Alit
sebelumnya bekerja sebagai perawat disebuah rumah sakit
dan pensiun tahun 1997. Setelah pensiun lalu diperkenalkan
oleh seorang temannya untuk mengenal meditasi ini sebagai
pembentukan karakter (Character Building) secara spiritual,
sebab disini bukan belajar agama. sebab anggota sudah
punya keyakinan agamanya masing-masing dan mereka
menjadi keluarga untuk belajar meditasi dalam pembentukan
karakter. Tujuannya, untuk membentuk karakter menjadi
manusia yang lebih baik, sebab sesama manusia sebagai
ciptaan Tuhan.
Sister Alit sudah 10 tahun menjadi anggota keluarga di
BK, diangkat menjadi pengurus sejak tahun 2011. Sebelumnya
bekerja sebagai perawat dan pensiun tahun 1997.
Pengalamannya menjadi anggota keluarga di BK, melalui
teman yang lebih dahulu sebagai keluarga di BK untuk
pembentukan karakter secara spiritual, sebab disini bukan
belajar agama, sudah punya keyakinan agamanya masing-
masing dan mereka menjadi keluarga untuk belajar meditasi
dalam pembentukan karakter.
Sister Aridha (47 tahun) yang beragama Islam, tinggal
di Benowo sudah tiga tahun sebagai pengurus di BK. Sister
Aridha profesinya penulis di Kompas Yana sebagai Pemerhati
-
Masalah Ketidakbahagiaan sekaligus dosen Universitas 45
Surabaya. Sebagai dosen dan penulis banyak sekali yang
konsultasi tentang berbagai masalah terkait dengan suami istri
dan lain-lain. Sebagai pengalaman pertama saya mengenal
meditasi, saya mencari dari yootube tentang happiness, dan
saya temui pada meditasi Sister Sivhani yang mengajarkan
bahwa kebahagiaan itu yaitu sifat asli kita. Kita sebetulnya
punya original yaitu happienes. Kenapa kita lalu
menjadi tidak nyaman. Itu berarti ada sesuatu yang salah.
Menjadi tidak bahagia. Kita tidak boleh meletakkan happiness
sebagai titik tujuan. Tetapi kita sendirilah happiness itu.
Intinya orang mencari kebahagiaan. Sister Aridha yang
bertugas juga sebagai salah seorang pengurus dan dalam
seminggu 3-4 kali datang ke Manyar ini, namun tidak
bermalam.
Sister Sukreni menjadi pengurus di Yayasan Studi
Spiritualitas Brahma Kumaris Cabang Surabaya, sejak tahun
2007, dan kini sebagai pengganti Sister Janaki yang bertugas
menjadi Center Wasi di Surabaya untuk sepenuhnya yang
bertanggung jawab selama 24 jam. Masa jabatan pengurus
Yayasan Brahma Kumaris selama 5 tahun sekali ada
penggantian pengurus dan baru pada bulan Januari 2016 ini
ada penggantian pengurus yayasan. Yang ditunjuk sebagai
Ketua Yayasan di Surabaya sekarang ini yaitu Sister Raka,
yang menggantikan posisi Sister Alit yang sebelumnya
menjabat sebagai ketua. Kami di sini sebagai sukarelawan
dimana masing-masing center mengelolanya. Untuk sebutan
bagi pengurusnya yang wanita dengan “Sister” dan yang pria
“Brother”.48
Sister Nunik Silalahi, beragama Katolik. Awal mula
ketertarikannya untuk mengikuti meditsi di BK, kebetulan
sedang mencarikan guru meditasi untuk ibunya. Sebagai
pemula ada kelas 7 hari di mana setiap hari dibacakan
Murly/pelajaran pengetahuan spiritual. Pada inti sari
pelajaran itu yang saya tangkap, yaitu jangan khawatirkan
orang lain tetapi diri sendiri. Sehingga saya mengambil
kesimpulan bahwa yang harus diperbaiki, ditata yaitu diri
sendiri, serta dengan kata Titik. Artinya, bila kita
mendengarkan pembicaraan, misalnya bergunjing, maka tidak
perlu ikut campur. Setelah itu saya pelajari, yang saya rasakan
damai dari pada dengan sebelumnya. Setiap hari kami
mendapatkan poin-poin itu dan sesuai dengan masing-masing
orang berbeda dalam menangkap kata-kata positif.
Adapun Struktur Organisasi Yaayassan Studi
Spiritualitas Brahma Kumaris Cabang Surabaya:
Ketua : N.G.A.A Winarti
Sekretaris : Emmy Koentariati
Bendahara : Ni Nym Ari Sukreni
sedang Susunan Pelaksana Kegiatan Centre
Brahma Kumaris Cabang Surabaya 2016-2020:
Coordinator Centre (CC) : Sister Janaki
Ketua : Sister Nuniek
Wakil Ketua : Bro Madia
Sekretaris : Sister Nyoman Juwindyawari
Bendahara : Sister Sukreni
Seksi Dapur : Sister Raka, Patmiatun, Sr.
Lilana
--
Seksi Humas dan
Pengembangan
Pelayanan : Sr. Sumiatun, Sr Nunik, Bro
sasra, Sr. Aridha, Bro. Sutama.
Seksi Keamana : Bro. Md Kartika, Bro. Madia
Seksi audio/sound
sistem/dokumentasi : Sr. Emmy, Sr. Nym, Sr. Yovita
Seksi Pemeliharaan
Bangunan : Bro. Hendro, Bro. Usman
Notice board/papan tulis : Bro Hendro, Sr. Wedha
Seksi Dekorasi & Berkah : Sr. Wedha, Sister Emmy
Seksi Pertamanan : Bro. Laurent
Seksi Absensi : Sister Alit
Seksi Transportasi : Sr. Nuniek, Bro Hendro, Sr. Alit,
Sr. Dian
Seksi Pengecekan
barang/store : Sr. Afifah, Sr. Alit
(Diketahui oleh Pembina/Coordinator Centre Sr. Janaki pada
tanggal 8 – 12 – 2015).
Aktivitas Meditasi Spiritual Brahma Kumaris
Bagi para pemula, awal untuk mengikuti meditasi
dengan melalui kursus dasar terlebih dahulu selama tujuh
hari, yang diberikan secara cuma-cuma, dan dibimbing oleh
instruktur yang berpengalaman dan dibantu dengan slide,
video untuk memudahkan menerima pembelajaran meditasi.
Meditasi ini mudah dilakukan hanya dengan memusatkan
dan mengamati pikiran dalam keheningan meditasi. Brahma
Kumaris tidak merubah kepercayaan seseorang, terbuka bagi
semua orang dari berbagai kepercayaan, umur, latar belakang
ekonomi dan pendidikan. Dengan melakukan meditasi, jiwa
menjadi lebih stabil, jauh dari prasangka buruk, luwes dan
damai.
Yang disampaikan dalam pembelajaran dasar, tidak
menyangkut soal agama tetapi mengatur pikiran, emosi,
sebab dalam tubuh kita ada jasmani dan rohani yaitu energy
yang setiap hari berfikir dan tidak mendapat perhatian sebab
yang setiap hari kita perhatikan hanya jasmani, kita kasih
makan, pakaian. Tetapi itu tidak cukup hanya pada jasmani.
sebab itu kita juga harus memperhatikan rohani kita yang
suka ada kebiasaan buruk, marah atau membenci. Dan untuk
itu perlu dilakukan meditasi. Tujuannya untuk
menghilangkan pikiran-pikiran yang negatif, menjauhkan dari
pikiran negatif, tetapi kita perlu waspada. Seperti contohnya
badan kita yang dipakai setiap hari, dikasih makan lalu
dipakai lagi, sebab itu perlu di asah, demikian juga dengan
bermeditasi itu untuk menata pikiran. Meditasi bisa dilakukan
kapan saja dan dimana saja.
Bagi Sister Alit ada istilah, bagi kita bagaimana dalam
menjalani hidup ini menjadi mati sambil hidup artinya mati dari
segala keinginan duniawi, jadi bisa mematikan, misalnya
keinginan untuk memiliki baju yang bagus, atau keinginan
untuk makanan yang enak. Jadi bagaimana kita sebagai
manusia, menyayangi dan menghormati kepada semua umat
agama, siapapun keluarga kita, apapun agamanya, jadi tidak
boleh menilai kelemahan atau kekurangan siapapun. Kepada
siapapun dia, kita menganggap dari jiwa yang damai, kembali
pada jati diri kita yaitu jiwa yang damai, suci, penuh cinta
kasih, penuh nilai-nilai luhur. Bagaimana kita belajar untuk
kembali pada jati diri kita yang asli. Dulu kita pemarah
sekarang kita belajar bagaimana menghilangkan semuanya.
Kepada siapa pun. Kita lihat kebaikannya, jangan lihat
kejelekannya.
Setiap peserta harus mengikuti kelas dasar tentang
meditasi Raja Yoga. Setelah itu, peserta baru mengikuti kelas
Meditasi Perdamaian Dunia. Meditasi dilakukan pada pukul
06.00-07.30. Sister Alit, mengatakan meditasi dilakukan
dengan bebas, tidak perlu bersila sambil memejamkan mata,
tetapi dengan mata terbuka. ”Ini membiasakan kita untuk
meditasi dalam keseharian. Dalam bekerja pun kita bisa
bermeditasi”.
Kegiatan meditasi di BK tidak ada kata libur, selalu
setiap hari terisi dengan meditasi setiap pagi dari pukul 06.00
WIB sampai 07.30 WIB. Artinya setiap pagi ada kelas, sebelum
pelajaran bila ada yang sudah datang langsung bermeditasi.
lalu dilanjutkan dengan kelas Murli/pelajaran
pengetahuan spiritual, dan ditutup dengan meditasi.
Jumlah anggota yang pernah mengikuti meditasi bisa
mencapai 50 % yang muslim. Untuk disini bisa 30% yang
muslim (bapak ibu, ramaja dan anak). Kegiatan harian selalu
ada, meskipun yang datang hanya seorang tetap akan di
bimbing bagi pemula, sedang yang sudah dari pemula
bisa dilakukannya sendiri di ruang yang khusus bagi yang
sudah biasa. Dan yang datang ada harian, mingguan atau
bulanan. Harian itu pasti, ada atau tidak ada tetap mereka
meditasi.
Di samping itu pada BK, tidak ada hari besar
keagamaan, tidak ada hari libur, tetapi bagi anggotanya yang
beragama Hindu, Kristen/Katolik misalnya tetap
melaksanakan hari-hari besar keagamaannya. Termasuk yang
beragama Islam. Dicari hari lain untuk bersama melaksanakan
meditasi setelah melaksanakan hari raya.
Dampak Kehadiran Brahma Kumaris dalam Kehidupan
Keagamaan
Menurut Sister Alit, hubungan BK dengan Pembimas
Agama Hindu Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
cukup baik, meskipun pernah ditolak saat akan mengajukan
surat permohonan izin legalitas, sebab dalam surat yang
diajukan ini tidak mengatakan sebagai lembaga
keagamaan, yang memberikan ritual sebagaimana ritual
dalam agama Hindu. Ternyata dengan ketidakpahaman kami,
maka usulan pengesahan legalitas tidak diterima sebab tidak
terkait dengan ritual keagamaan Hindu.
Hubungan BK dengan lingkungan awal kedatangan
sebagai warga baru sudah melapor/memberitahukan kepada
RT/RW bahkan mengundang warga dan Polsek sebagai
perkenalan. Pengurus BK selalu lapor dengan Satpam atau
RT/RW, apabila ada acara besar, misalnya kedatangan tamu
senior untuk memberikan pencerahan bisa di rumah ini yang
mampu menampung sekitar 50 anggota keluarga, kalau lebih
banyak bisa keluar atau bahkan sampai meminjam ruangan
aula dari Universitas Tujuh Belas Agustus.
sedang pendapat dari Pengawas Pendidikan
Sekolah Agama Hindu, bahwa sebab di BK juga
melaksanakan kegiatan pendidikan spiritual, maka sama
halnya dalam agama Hindu yang disebut dengan
Sampradaya, yaitu yang melaksanakan spiritual, meskipun
dari BK tidak mengatakan sebagai Sampradaya.49 Masing-
masing dari anggota keluarga yang datang sebab merasakan
ada manfaatnya. Meskipun sebenarnya meditasi bisa
dilakukan dirumah. Namun sebagaimana halnya sekolah
diperlukan kehadiran murid untuk mendapatkan pelajaran
selain bisa berkumpul dan berintegrasi dengan teman lain.
Masing-masing datang untuk memperbaiki dirinya dan
mereka mau belajar meditasi sebab ada manfaatnya,
terutama bagi yang manula ada yang sampai satu jam, bahkan
ada yang hanya 15 menit saja, lalu pulang.
BK terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar meditasi
dengan cuma-cuma, sekarang ini yang aktif sekitar 20 orang.
Mereka datang sebab merasakan ada manfaatnya, meskipun
sebenarnya bisa dilakukan meditasi dirumah. Mereka datang
untuk memperbaiki dirinya dan belajar sebab merasakan ada
manfaatnya. Seperti sekolah, tujuannya agar ada
perkumpulan ada teman-teman, saling berinteraksi. Demikian
pula datang ke BK untuk belajar, meskipun ada yang datang
hanya 15 menit atau sampai satu jam. Ini merupakan cara Bk
mempertahankan eksistensinya.
Menurut Wayan Suraba dari PHDI mengatakan bahwa
BK itu termasuk salah satu sekte dalam sampradaya.
Sampradaya itu yaitu lembaga Hindu yang melaksanakan
kegiatan-kegiatan spiritual. sebab dalam Hindu banyak
mengenal banyak sekte. Di mana didalamnya mengenal ajaran
weda. sebab itu sebagai Parisada akan mengayomi semua
sekte-sekte, sebab itu tidak bermasalah dengan keberadaan
BK. Dan tampaknya yang mengikuti BK kelihatannya sangat
militan yang menjadi anggotanya dalam mengikuti meditasi.
sebab kita ini ada istilah “semua yang ada di muka bumi ini
yaitu saudara”. sebab anggota yang ikut meditasi itu juga
masih menjalankan ajaran agama Hindu, sebab memang
sebagai umat Hindu. Salah satu pemangku kami (Wayan
Juwet) ikut meditasi BK. Tujuan BK itu baik dan positif.
Dalam pandangan PHDI, BK cukup baik, dan belum
melihat dampak negatifnya dalam kehidupan keagamaan di
lingkungan agama Hindu, bahkan kami di undang untuk
memberikan khutbah, diskusi hampir setiap tahun
memberikan wacana atas permintaan BK. Dan kami beberapa
kali ikut dalam meditasi. Kami berpatokan pada sebuah
tujuan dan ending. Tujuannya baik dan empatinya baik, apa
yang dilakukan BK. Tujuan akhirnya yaitu untuk
menciptakan kedamaian, baik dalam intern maupun terhadap
lingkungan sangat baik. Kami juga sering mengundang BK
dalam acara sarasehan misalnya. Dalam kegiatan keagamaan
Hindu, biasa pula mereka lakukan yang beragama Hindu
terlibat dalam acara ritual keagamaan ini, sebab memang
sebagai pemeluk agama Hindu.
Baik PHDI maupun Kementerian Agama, dalam hal ini
Pembimas Hindu, mengatakan kalau BK itu organisasi murni
agama Hindu anggotanya, kita berhak membina tetapi sebab
pengikutnya ada yang dari luar Hindu, organisasinya lintas
agama, maka kita tidak berhak membinanya. Mengingat
model belajar meditasi yang dikoordinir BK tidak menerapkan
ajaran agama Hindu, sebab itulah sebagai yayasan sosial,
Brahma Kumaris terdaftar di Dinas Sosial dan memiliki surat
ijin operasional untuk melakukan kegiatannya dengan nama.
Brahma Kumaris Yayasan Studi Spiritualitas,
berdasar Surat Tanda Pendaftar Ulang dengan Nomor:
468.3/7959/436.6.15/2014 telah diputuskan di Surabaya pada
tanggal, 29 September 2014. Selain mendapat Surat Tanda
Pendaftaran Ulang dari Dinas Sosial, BK juga mendapat Surat
Keputusan dari Departemen Hukum dan Ham tentang
Pengesahan Yayasan dengan Nomor: AHU-1723. AH.01.04
Tahun 2009, ditetapkan tanggal 20 Mei 2009. lalu dari
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
warga , tertera Surat Keterangan Terdaftar di Nomor:
220/17373/436.7.3/2011, yang ditetapkan di Surabaya tanggal, 4
November 2011. Tetapi BK di Surabaya tidak mendapat
legalitas dari Pembimas Hindu, sebab anggotanya lintas
agama.
berdasar uraian di atas dan analisis hasil
penelitian, dapat disimpulkan, antara lain:
1. Meditasi di Brahma Kumaris atau BK, bukanlah meditasi
yang diajarkan sebagaimana dalam agama Hindu,
meskipun berasal dan didirikan oleh Brahma Baba yang
memeluk agama Hindu. Meditasi BK tidak dengan
mengosongkan pikiran, melainkan mengubah cara berfikir
dengan menghilangkan pikiran-pikiran negatif, tidak
perlu menghkawatirkan orang lain, mencoba
membangkitkan sisi positif dalam jiwa yang dibangkitkan
melalui spiritual dengan menata diri sendiri. Meditasi
pada BK tidak menutup mata tetapi membuka mata
dengan posisi duduk serilek mungkin, boleh duduk diatas
bangku/kursi atau sofa, atau dimana saja dan dapat
dilaksanakan kapan saja. Sebagai pemula mengikuti
pelajaran meditasi selama 7 kali pertemuan tidak terputus,
yang dimulai pukul 06.00–07.30 WIB, dan untuk
selanjutnya bisa diteruskan kapan kesiapan waktunya.
2. Meditasi spiritual BK tidak membawa dampak buruk
dalam kehidupan keagamaan umat Hindu, sebab BK
merupakan lembaga sosial yang memberikan pelayanan
melalui meditasi spiritual lintas agama. Oleh sebab itulah
Pembimas agama Hindu di Surabaya tidak memberikan
binaan pada BK, sebab yang mengiktui meditasi pada BK
juga terdiri dari anggota yang berbeda-beda agama,
sehingga tidak ada hak untuk memberikan pembinaan
agama Hindu. Sebagai angggota keluarga BK yang
beragama Hindu tetap menjalankan ajaran agamanya,
demikian pula pada umat yang lainnya tetap menjalankan
ajaran agamanya atau merayakan hari besar
keagamaannya. Studi Spiritual BK tidak ada hari libur,
meskipun hari besar keagamaan tetap ada pelajaran
meditasi.
Selama ini hubungan BK sebagai lembaga sosial, baik
dengan Pembimas Agama Hindu dan PHDI terjalin dengan
baik, sebaiknya BK terus menerus melakukan hubungan yang
baik, meskipun tidak ada hubungan kerja secara langsung.
Hindu di Cimahi: Mengadaptasi Kehidupan
Keagamaan melalui Fleksibelitas
Memahami Hindu di Perantauan
Telah menjadi rahasia umum bahwa diaspora etnis
Bali termasuk salah satu fenomena yang paling mudah terlihat
di tanah air. Salah satu bukti eksistensi diaspora Bali yang
perlu dilihat yaitu warga Bali yang beragama Hindu
dan yang menetap di Cimahi, Jawa Barat. Sejauh ini ada
upaya elit untuk mereformulasi Hindu lebih kepada inti
ajaran, dalam pengertian berusaha mengurangi unsur budaya
dan terlebih unsur ke-Bali-annya. Dalam konteks ini, perlu
dicatat bahwa Hindu yang berakar di Bali penuh dengan
unsur ritual, ketimbang spiritual. Hindu di Bali secara turun
temurun diwarnai dengan rupa-rupa ornamen seni dan
budaya yang hadir melalui aneka rupa sesajian. Jika dikaitkan
dengan kerangka dasar Agama Hindu, praktik Hindu di
negara kita (di Bali khususnya) lebih menekankan pada aspek
upacara (ritual), ketimbang tatwa (filsafat/ajaran) maupun
susila (etika) (Widnya, 2015: 118).
Pola reformulasi sedemikian ini sebenarnya bukan hal
baru. Upaya paling terlihat, salah satunya misalnya dilakukan
oleh Ida Bagus Mantra50 yang melontarkan kritiknya melalui
sebuah surat yang dikirimkannya ke Harian Suara negara kita ,
2 Februari 1951 perihal kentalnya aspek ritual dan adat Bali,
sehingga ia lebih menamakannya Hindu Bali. Ia menilai,
50 Sosok ini pernah ditugaskan sebagai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud,
lalu menjadi Duta Besar negara kita di India, dan terakhir sebagai Gubernur Bali.
kedatangan kolonial menyebabkan terputusnya jaringan
dengan India di saat Hindu di India sedang mekarnya
penggalian aspek spiritual dalam Hindu. Iameminta agar
Hindu Bali mengacu pada induknya, India, sehingga menjadi
Agama Hindu. Selain itu perlu juga penerjemahan teks-teks
suci Hindu yang ada di India ke dalam Bahasa negara kita .
Kritikan Mantra ini disambut suka cita kalangan intelektual
Hindu Bali saat itu dan mulailah dilakukan penelusuran ke
akar agama Hindu di India (Picard, 2011: 492-493).
Namun tidak lama berselang sejak terbitnya surat
Mantra ini , muncullah komentar yaitu Narendra Dev.
Pandit Shastri orang India yang tinggal di Bali sejak tahun
1949 dan memperistri orang Bali dan akhirnya memilih
menjadi orang negara kita . Ia menyebutkan bahwa ajaran Weda
sebenarnya telah diterapkan di Hindu Bali. Agama Hindu Bali
tidak lain yaitu monotheist dan percaya pada Tuhan Yang
Maha Esa, Sang Hyang Widhi. Brahma, Wisnu dan Shiwa
yaitu manifestasi dari Sang Hyang Widhi (Picard, ibid, hlm
493). Apabila dicermati dari dua pandangan Mantra dan
Shastri ini di atas, maka menunjukkan betapa lenturnya
Ajaran Hindu. Secara kebetulan, saat itu juga sedang menguat
keinginan agar Agama Bali yang ada saat itu agar segera
diakui oleh Kementerian Agama RI (ibid, hlm 494).
Umat Hindu Cimahi dan Pura Agung Wira Loka Natha
Jumlah penganut Agama Hindu di Cimahi berkisar di
angka 1.000 orang. Umat Hindu paling banyak berdomisili di
wilayah Kecamatan Cimahi Tengah, tempat berdirinya Pura
Wira Loka Natha (BPS, 2015: 108-109). Pura Agung Wira Loka
Natha dibangun di atas tanah milik Kodam Siliwangi, dan
merupakan pura tertua yangdibangun di wilayah Bandung
Raya, bahkan Jawa Barat. Letak persisnya berada di Jalan
Sriwijaya No. D-11 Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi,
yang sebetulnya wilayah itu dulunya merupakan komplek
perumahan bagi para perwira TNI AD. Letaknya persis di
tikungan jalan anatara Jalan Sriwijaya dan Jalan Stasiun,
menuju ke arah Stasiun Cimahi.
Tidaklah berlebihan jika dikatakan lokasi pura ini
cukup strategis sebab selain terletak persisi di pinggir jalan,
posisi pura ini juga hanya sekitar 100 meter dari stasiun kereta
api Cimahi. Pura ini juga tidak jauh dari Rumah Sakit Dustira,
rumah sakit milik militer di Cimahi.Tidakmengherankan jika
pembangunan pura ini tidak lepas dari aroma kesatuan
militer. Dilihat dari susunan panitianya, semuanya berpangkat
militer. Surat Keputusan susunan panitia pembangunan pura
ini dikeluarkan oleh Kobangdiklat TNI AD yang saat itu
dijabat Mayjend Seno Hartono dengan nomor
Skep/890/X/1976 tertanggal 2 Oktober 1976. Ketua umum
pembangunan pura ini dijabat oleh Brigjend Bambang
Soepangat, sementara ketua pelaksana pembangunan pura ini
diketuai oleh Letkol Art Ida Bagus Sudjana (belakangan
menjadi Mentamben di era Soeharto tahun 1993-1998)
(Budhijaya, 2013: 13).
Konsep Ketuhanan dan Ritual
Tidak jauh berbeda dengan ciri khas umat Hindu Bali,
terutama dalam mengimani konsep ketuhanan, umat Hindu
Cimahi menyembah pada Ida Sang Hyang Widhi, sedang
sumber ajaran utama yaitu kitab suci Weda. Umat Hindu di
Cimahi juga meyakini tujuan agama Hindu “moksartham
jagadhita ya ca iti dharmah”yang artinya bahwa tujuan agama
atau dharma yaitu untuk mencapai jagadhita (kesejahteraaan
dan kebahagiaan duniawi) dan moksa.
“Agama Hindu itu mengalir seperti air. Sehingga
bentuk kegiatan ritual, jelas berbeda antara satu daerah
dengan daerah lainnya. Diibaratkan air di dalam gelas,
maka air juga menjadi gelas. Jika di dalam kendi, maka
air juga menjadi kendi. Namun pada hakekatnya tetap
saja air. Dengan demikian, tidak dapat diharapkan cara
sembahyang hindu itu sama, semua pasti mempunyai
corak yang berbeda. Demikian pula dengan
pakaiannya. Sebagai orang Jawa, cara pakaian dalam
sembahyang saya berbeda dengan kebanyakan orang
Bali. Sebagai orang Jawa, saya memakai adat jawa
seperti blankon, surjan dan sebagainya. memakai
pakaian adat, seperti orang Bali memakai pakaian
adatnya.”51
Dalam pelaksanaan ritual, ada ritual sehari-hari
dan setengah bulan serta menurut pawukon, atau mengikuti
momen tertentu. Ritual sehari-hari, secara individu masing-
masing umat melakukan persembahyangan tiga kali sehari
yang disebut tri sandya. Ketiga waktu ini yaitu pada
waktu matahari terbit, matahari tepat di ufuk dan menjelang
terbenam.52 Selain ritual harian, dilakukan pula ritual setiap
setengah bulan sekali, mengikuti alur bulan, yaitu yang
disebut ritual purnama dan ritual tilem, artinya bulan gelap dan
51 Wawancara dengan Wagio, seorang pinandita di pura ini yang turut
mendirikan pura. Latar belakangnya Jawa dari Lampung, dan berkarir di
Kobangdiklat TNI AD. Pangkat terakhirnya yaitu kolonel. Disampaikan dalam FGD
tentang penelitian ini tanggal 16 Maret 2016.
terang. Pada tanggal 1-15 disebut purnama, pada saat tidak ada
bulan disebut tilem. Pada saat purnama tilem ini banyak umat
mendatangi pura untuk sembahyang. Di luar ritual harian dan
setiap setengah bulan ini, ada pula ritual hari-hari besar
keagamaan berdasar pawukon (Galungan, Kuningan,
Saraswati, dan Pagerwesi).53
Dalam pelaksanaan ritual tidak lepas dari sesajen atau
banten yang merupakan sarana upacara. Untuk banten bagi
umat Hindu di Cimahi itu diwujudkan dengan
memperhatikan sarana setempat. Syarat yang harus ada
berupa bunga, daun, buah, api dan air.54 Barangkat dari sini
banyak lalu dikembangkan unsur seninya, terutama
apabila melihat fenomena banten atau upakara Bali. Banten ini
sebuah simbol persembahan kepada sang pencipta. Sebuah
cerminan dari kebersihan, ketulusan dan keikhlasan serta juga
bentuk ucapan terima kasih atas apa yang telah diberikan Ida
Sanghyang Widhi.
Pengaturan Umat
Dalam perjalanannya, umat Hindu Cimahi diatur oleh
beberapa lembaga dengan perannya masing-masing yang
berbeda. Pengaturan lembaga ini tidak jauh berbeda dengan
pengaturan desa adat, atau desa pakraman di Bali walaupun
bentuknya lebih sederhana. Lembaga yang pertama harus
disebut yaitu banjar. Lembaga ini didirikan untuk lebih
bergerak pada kegaitan sosial yang bersifat suka duka.
Konkritnya untuk menangani kematian dan pernikahan,
namun yang pertama lebih mengemuka ketimbang yang
kedua.
Pengukuhan banjar khusus di Bandung Raya
dikukuhkan oleh Lembaga Musyawarah Banjar (LMB).
Lembaga ini perpanjangan tangan parisada. Ditempat lain
berbeda, tidak persis seperti itu. Biasanya langsung ditunjuk
PHDI setempat. LMB ini juga berlaku mengawasi kinerja
pengurus Wasudhana sebab memegang uang umat. Lebih
jauhnya, LMB bisa memberhentikan ketua wasudhana.55
Secara konseptual, sesungguhnya lembaga banjar
mengurusi hal-hal terkait Panca Yadnya (lima pengorbanan
yang dilakukan dengan tulus iklhas). Pertama, pengorbanan
kepada Tuhan (Dewa Yadnya), apabila umat ingin menyatu
dengan Beliau (denganNya, pen.), dan bersyukur sebab telah
diberi rejeki, dalam hal itu konteksnya ke Dewayadnya.
Konsep ini juga dapat diartikan semua berdasar Tuhan
juga. Kedua, Rsi Yadnya. Hal ini terkait dengan keberadaan
pandita, dan pinandita.
Ketiga, Pitra Yadnya, pengorbanan kepada leluhur.
Contohnya, di Bandung juga ada prosesi ngaben, tidak
hanya di Bali saja ngaben dilaksanakan. Di Bandung ada
pemakaman di Gunung Bohong. Praktiknya, abunya
ditempatkan di situ, tidak perlu dilarung. Bagi keluarga yang
mampu persoalannya menjadi lain. Dalam hal ini,
ngabendimaknai sebagai pengorbanan kepada leluhur.
Keempat, Manusa Yadnya, pengorbanan antarsesama.
Secara ritual misalnya, anak dalam kandungan, lalu
upacara lahir, tiga bulan, seterusnya sampai upacara potong
55Wawancara dengan I Made Widiada Gunakaya, Ketua PHDI Jawa Barat
dalam kegiatan FGD tentang penelitian ini tanggal 16 Maret 2016.
gigi, dan pernikahan itu merupakan tanggung jawab orang
tua. Dalam kaitan ini konteksnya manusa yadnya. Berikutnya
juga kalau memberikan santunan kepada anak asuh. Saat ini
sedang dikembangkan PHDI sebuah badan dana nasional
yang mengurusi santunan ini.
Terakhir yang kelima, yaitu Buta Yadnya. Artinya,
berkorban untuk alam. Biasanya dalam rangka Nyepi
dilakukan Buta Yadnya. Manusia seringkali mengeksplorasi
ciptaan Tuhan berupa Sumber daya alam (SDA), tanpa pernah
mengembalikannya. Di sini Hindu mengajarkan untuk
berkorban kepada alam, dan momennya pada hari Raya
Nyepi. Tepat sehari sebelum Nyepi disebut Tawur Kesanga.
Hindu juga mengakui derajat di bawah manusia. Itu
disempurnakan supaya dia nanti hidup lebih sempurna,
meningkat setelah kelahirannya.56
Untuk lebih menguatkan ikatan itu, dibentuklah
lembaga yang disebut lembaga Wasudhana, singkatan dari
Warga Suka Duka Dharma Kencana Bandung Raya. Lembaga
ini mewadahi umat Hindu hanya khusus di Bandung Raya
saja. Rata-rata anggotanya masih aktif bekerja dan mencari
waktu untuk kegiatan social. Dalam lembaga ini, dihimpun
iuran bulanan, besarnya Rp. 10 ribu setiap bulan per KK.
Selain itu, tiap KK juga dikenakan iruan Rp. 3 ribu untuk pura
dan Rp. 2 ribu untuk operasional banjar. Sekarang setiap
kedukaan diberikan santunan oleh Wasudhana sebesar Rp. 4
juta.
Selain banjar, untuk urusan ritual dipegang oleh
pengurus pura. Sama seperti kepengurusan banjar, ritual
umat diurus ketua pura dan pengurus lainnya dengan
semangat kesukarelaan. Pengurus pura mengurus semua
kegiatan di pura, misalnya menyambut hari-hari besar
keagamaan. Selain itu, pura menangani ritual pada peristiwa
kedukaan. Kedukaan memakai ritual, misalnya apakah
diselesaikan di sini, artinya di krematorium Cikadut, di
Bandung atau dibawa ke Bali. Termasuk persiapan di
krematorium juga ada ritualnya. Peran Ketua Pura
ditunjukkan dari sisi pelaksanaan ritual ini sebab memang
paham tentang ritualnya.57
Untuk dewan pengurus pura dibentuk banjar.
Konsekuensinya, aset di pura termasuk aset banjar. Selain itu,
pasraman dibentuk melalui rapat banjar. Pergantian pengurus
pura juga melalui rapat banjar. Banjar berwenang menegur
kinerja pengurus pura maupun pasraman. Tetapi banjar tidak
membentuk PHDI. Keberadaan PHDI di atasnya, malah
mengayomi. Dengan demikian, PHDI sebagai lembaga
tertinggi umat Hindu, sedang kantong umatnya di banjar-
banjar.58
Di pura Wira Loka Natha Cimahi ini juga ada
pasraman yang dinamakan Widya Dharma. Pasraman ini
menjadi eksis terutama sebab siswa-siswanya tidak
mendapatkan pelajaran agama di sekolah-sekolah umum.
Siswa itu mulai dari tingkat SD-SMA. Pendidikan pasraman
itu dilakukan setiap hari Minggu. Jumlah muridnya mencapai
170an siswa. Siswa-siswa itu lebih sebab arahan orangtua
untuk sekolah agama di situ. Terbetik kabar yang
mengagetkan, bahwa sebenarnya telah ada SK pengangkatan
seorang guru Agama Hindu di sebuah sebuah sekolah di
Bogor. Namun ternyata guru ini ditolak masuk di
sekolah ini .
Mengukuhkan Fleksibilitas Hindu
Di samping umat Hindu di Cimahi telah dikondisikan
sedemikian rupa, pihak pengurus PHDI Jawa Barat juga telah
memperkuat tekat untuk mengikuti instruksi pengurus pusat
terkait dengan telah selesainya grand desain 50 tahun umat
Hindu ke depan. Dalam keagamaan, di PDHI ditetapkan
bisama, sejenis fatwa. Itulah yang menjadi acuan yang
ditetapkan parisada pusat. sebab seperti fatwa, maka bisama
tidak mempunyai kekuatan hukum secara yuridis. Salah satu
poin dalam grand desain yang penting dicatat yaitu perlu
dikembangkan umat Hindu berdasar local genius-nya.
Dalam implementasinya, kepemimpinan PHDI Jabar sekarang
ini tidak membawa Bali ke Jawa Barat. Hanya membawa
Hindu saja. Hal ini sebab tidak dapat dilakukan, sebab Bali
sangat campur dengan budaya. Di Jawa Barat terbentur
waktu, dana, SDM. Namun pengurus bukan hendak
menggugat. Apabila nanti umat semakin pandai, umat akan
mempertanyakan apakah demikian itu hakikat beragama.60
Di Jawa Barat, dengan sekitar 20 ribuan umat dan 95
persen orang para pekerja dari Bali yang Tersebar di 15 kokab
di Jabar, pengurus PHDI ingin mengembalikan pemahaman
Hindu pada back to basic, artinya kembali ke Weda. Mengambil
tatwa dari Weda. Upacara itu melaksanakan tatwa. Susila
diperlukan dalam membaca kitab suci. Langkah menyadarkan
umat akan hakikat Hindu ini juga salah satu kiat yang mereka
lakukan untuk mengarungi hidup sebagai umat Hindu di luar
Bali.
warga Hindu di Cimahi Jawa Barat sejauh ini
mencoba untuk mereformulasi Hindu lebih kepada inti ajaran,
dalam pengertian berusaha mengurangi unsur budaya dan
terlebih unsur ke-Bali-annya. Para pimpinan parisada, pura
dan banjar memahami keberadaan mereka yang diaspora dari
Bali. Namun, hal ini dapat dikatakan masih dalam proses
yang panjang sebab hampir keseluruhan umat Hindu di
Cimahi mempunyai ikatan leluhur dengan kampung halaman
mereka di Bali. Kondisi ini tentu menghadirkan pertarungan
batin tersendiri sebab sejauh ini dipahami, Hindu Bali-lah
yang membesarkan mereka. Pemikiran ini bukan hanya
didorong oleh tokoh-tokoh Hindu yang berasal dari Bali yang
tinggal di Jawa Barat, khususnya Cimahi, namun juga
disuarakan oleh tokoh Hindu yang bukan berasal dari Bali.
Untuk mengidentifikasi eksistensi umat Hindu di
Cimahi, perlu disebut keberadaan lembaga Banjar Bandung
Barat dengan tugasnya untuk mengelola kegiatan suka duka
atau sosial umat Hindu di Cimahi. Selain itu juga ada
pengurus pura yang bertanggung jawab terhadap jalannya
ritul. Lembaga tertinggi yang mewadahi umat hindu baik
secara sosial dan ritual yaitu PHDI juga eksis di Cimahi
walaupun dalam garis batas kinerja sesuai standar dalam
pengertian belum banyak terobosan dilakukan. Angin segar
dengan keberadaan pasraman, namun keberadaan pasraman
ini seperti kompensasi saja dari tidak disediakannya pelajaran
Agama Hindu di sekolah-sekolah umum yang seharusnya
sesuai UU diajarkan kepada siswa oleh guru seagama.
----------- 156
Di luar itu, mengamati dan mempelajari umat Hindu
di Cimahi ini ternyata menyajikan upaya menunjukkan
fleksibilitas Hindu, dengan Pura Agung Wira Loka Natha
sebagai pusat peribadatan dan kelembagaan agama maupun
sosial umat Hindu di Cimahi. Fleksibilitas dalam pengertian
dapat secara lentur mengembangkan local geiusnya, tanpa
harus membawa akar budayanya, yaitu Budaya Bali ke tatar
sunda. Namun di samping itu juga dikembangkan Hindu
yang berupaya kembali ke dalam back to basic-nya, yaitu
Weda.
***
Memahami Hindu di Bali
Bagi warga Hindu Bali, agama telah menjadi
suatu hal yang berbaur dengan adat istiadat. Hindu di Bali
telah mewujud dalam berbagai ritual upacara baik di tingkat
keluarga sampai di tingkat warga yang luas menjadikan
berbagai upacara itu tidak hanya sebagai ungkapan syukur
dan kecintaan kepada Tuhan, tapi juga menjadi identitas
warga Hindu Bali sebagai warga yang religius,
kreatif, “rumit” dan produktif. Identitas ini tergambar
dalam berbagai tradisi upacara dan upakhara yang dilakukan
oleh warga Hindu Bali. Tradisi yang telah dilakukan
secara turun temurun ini merupakan jalan yang diyakini
dapat mengantarkan para penganutnya menuju
kesempurnaan dan penyatuan jiwa dengan sang pencipta.
warga Hindu di Bali meyakini bahwa upacara
yang menggunaan banten (upakara/perangkat sesajen) sebagai
medium upacara, telah dan akan selalu menjadi media yang
menghubungkan mereka dengan Sang Hyang Widhi Wasa,
sekaligus menjadi identitas dan sarana pendidikan bagi
warga untuk senantiasa merepresentasikan sikap tulus
berkorban mereka dalam bentuk variasi bentuk, isi dan
keadaan dari banten yang mereka persembahkan pada saat
upacara.
Cara pandang umat Hindu di Bali yaitu produk
penafsiran ajaran Hindu yang telah menyatu dengan kondisi
dan situasi warga , alam dan nilai–nilai yang telah ada di
Bali. Ajaran Weda bagi umat Hindu di Bali yaitu ajaran yang
pelaksanaannya dapat berasimiliasi dengan situasi alam,
situasi manusia dan produk-produk budaya yang telah ada di
tempat ajaran Weda itu dikembangkan. Ajaran Weda di Bali
juga telah berkembang menjadi sistem tradisi umat Hindu di
Bali yang turun temurun terus dilakukan sampai hari ini, baik
dilakukan perseorangan maupun dalam bentuk bersama-sama
atau dalam sebuah komunitas mulai dari tingkatan
rumah/keluarga, desa, banjar, yang semuanya memakai
media untuk beribadah kepada Sang Hyang Widhi Wasa,
terutama di pura sesuai dengan tingkatannya. Tradisi atau
kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun inilah yang
kita sebut tradisional.
Salah satu fitur yang dapat digunakan untuk
memahami Hindu di Bali yaitu sistem pelapisan sosial
warga nya, selain adat dan budaya. Hal ini penting
disampaikan di awal sebab penelitian ini akan melakukan
penelusuran tentang agama Hindu melalui klan Pande.
Klan/Soroh yaitu kelompok kekerabatan yang terdiri atas
semua keturunan seorang nenek moyang yg diperhitungkan
dari garis keturunan laki-laki atau wanita. Kesatuan
geneologis yang mempunyai kesatuan tempat tinggal dan
menunjukkan adanya integrasi sosial; kelompok kekerabatan
yang besar; kelompok kekerabatan yang berdasar asas
unilineal.
Yoga Segara (2015: 77-78) menjelaskan cukup panjang
masalah struktur sosial warga Bali. Menurtutnya, jika
merujuk pada istilah keturunan (wangsa, soroh, warga), maka
sistem pelapisan sosial warga Bali juga dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa lapisan dengan
berdasar sapinda, gotra, dan prawara (Wiana, 2006:42, 45,
48). Pertama, sapinda, yaitu pengelompokan keluarga untuk
membangun suatu paguyuban wangsa atau kewargaan yang
didasarkan atas kesamaan darah dari garis keturunan yang
jelas, misalnya, apakah seseorang itu sebagai anak, misan,
mindon, cucu, kumpi, kelab. Mengurai hubungan darah sampai
ke garis keturunan yang lebih luas seperti ini sangatlah rumit.
Pelacakan garis keturunan ini paling banyak dapat diketahui
sampai pada lapis keempat, seperti dari ayah, ibu, kakek,
nenek dan kumpi, sulit untuk sampai ke lapisan kelab,
kelampung, canggah, wareng hingga keletek.
Kedua, gotra, yaitu pengelompokan keluarga
berdasar hubungan ketokohan seseorang, yang diyakini
membentuk suatu keturunan warga yang berarti ikatan atau
jalinan, terutama jalinan dalam ikatan pemujaan.
Terbentuknya gotra terjadi secara alami dan bertahap. Mereka
yang merasa memiliki hubungan kekerabatan, baik sebab
merasa ikut diperjuangkan nasibnya oleh tokoh bersangkutan
atau memang sebab ada hubungan darah meski sudah sangat
jauh, sebab ketokohan itulah mereka merasa dekat sebagai
satu warga. Sistem gotra seperti ini di Bali banyak berlaku,
misalnya, yang paling terkenal yaitu Warga Pasek Sanak Sapta
Resi, Warga Bhujangga Waisnawa, Warga Maha Semaya Pande.
Terbentuknya gotra ini tidak lagi sebatas hubungan
kasta, sebab ditemukan juga Warga Brahmana Siwa Wangsa
yang dibentuk Danghyang Dwijendra. Begitu juga Danghyang
Astapaka diyakini sebagai pembentuk Warga Brahmana
Wangsa Budha, dan Mpu Gni Jaya sebagai pembentuk Warga
Pasek. Sebagian gotra di Bali yang berbeda-beda ada juga yang
D
memiliki hubungan satu sapinda. Misalnya, Warga Brahmana
Siwa Wangsa yang tidak memiliki hubungan keluarga
berdasar gotra dengan Warga Pasek Sanak Sapta Resi, tetapi
dalam silsilahnya, mereka satu hubungan sapinda, sebab
leluhur Danghyang Dwijendra sebagai pembentuk Warga
Brahmana Siwa Wangsa yaitu Mpu Beradah yang bersaudara
dengan Mpu Gni Jaya, leluhur Warga Pasek Sanak Sapta Resi.
Dilihat dari sapindanya, Warga Brahmana Siwa Wangsa masih
satu keluarga dengan Warga Pasek Sanak Sapta Resi. Akar
konflik dan perebutan status serta kedudukan sosial di Bali
yaitu orang yang bernama Ida Bagus atau Ida Ayu merasa
sebagai satu-satunya keturunan brahmanawangsa, padahal
Warga Pasek sebagai keturunan Mpu Geni Jaya yaitu juga
keturunan brahmanawangsa. Dan ketiga, prawara artinya yang
terutama atau yang paling terkemuka. Prawara merujuk pada
pemujaan terhadap dewa utama tertentu. Jika dewa utama
yang dipuja yaitu Siwa, maka pengikutnya akan disebut
Warga Siwa atau Siwa Paksa, jika Wisnu, pengikutnya yaitu
Warga Waisnawa. Jadi prawara yaitu paguyuban ikatan
kewargaan berdasar kesamaan dewa yang dipuja. Jenis
paguyuban ini juga disebut sekte.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini memilih Kota Denpasar, dengan
alasan Bali merupakan pusat agama Hindu sekaligus paling
banyak yang memiliki penganut kelompok tradisional,
memiliki keberagaman upacara/upakara dalam tradisi dalam
agama Hindu. Dalam tradisi Hindu di Bali yang sifatnya
turun temurun dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu
kelompok Brahmana, Kelompok Pande, Kelompok Pasek, dll.
Dari berbagai kelompok ini , lebih spesifik lagi
penelitian ini memilih penelitian kelompok tradisional Pande
di Jalan Ratna, dengan pertimbangan:
1. Kelompok Pande ini merupakan pusat komunitas pande
yang ada di Bali yang satu-satunya kelompok ditugaskan
leluhur mereka untuk membuat keris dan wajib
diturunkan pada generasi berikutnya.
2. Kelompok ini merupakan pusat kelompok Pande yang
menjaga tradisi merapen (keris pusaka) yang diisi jiwa,
sementara di kelompok pande lainnya hanya membuat
keris sebagai pelengkap seni dan budaya saja.
Kota Denpasar yaitu ibu kota Provinsi Bali,
negara kita . Kota Denpasar berada pada ketinggian 0-75 meter
dari permukaan laut, terletak pada posisi 8°35’31” sampai
8°44’49” Lintang Selatan dan 115°00’23” sampai 115°16’27”
Bujur Timur. Sementara luas wilayah Kota Denpasar 127,78
km² atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Luas Kota
Denpasar yaitu 127.78 Km2. Terdiri dari Denpasar Selatan
49.99 Km2, Denpasar Timur 22.31, Denpasar Barat 24.06 Km2,
dan Denpasar Utara 31.42 Km2.
Nama Denpasar dapat bermaksud ‘Pasar Baru’,
sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kerajaan
Badung, sebuah kerajaan yang pernah berdiri sejak abad ke-
19, sebelum kerajaan ini ditundukan oleh Belanda pada
tanggal 20 September 1906, dalam sebuah peristiwa heroik
yang dikenal dengan Perang Puputan Badung. Setelah
kemerdekaan negara kita , berdasar Undang-undang Nomor
69 Tahun 1958, Denpasar menjadi ibu kota dari pemerintah
daerah Kabupaten Badung, selanjutnya berdasar
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des.52/2/36-136
tanggal 23 Juni 1960, Denpasar juga ditetapkan sebagai ibu
kota bagi Provinsi Bali yang semula berkedudukan di
Singaraja. lalu berdasar Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 1978, Denpasar resmi menjadi ‘’Kota
Administratif Denpasar’’, dan seiring dengan kemampuan
serta potensi wilayahnya dalam menyelenggarakan otonomi
daerah, pada tanggal 15 Januari 1992, berdasar Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1992, dan Kota Denpasar
ditingkatkan statusnya menjadi ‘’kotamadya’’, yang lalu
diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27
Februari 1992. Secara administratif Denpasar di bagi dalam 4
kecamatan (Denpasar Barat, Denpasar Selatan, Denpasar
Timur dan Denpasar Utara), 43 desa atau kelurahan dengan
209 dusun.
Penduduk berdasar Agama
Menurut sumber Kanwil Kementerian Agama dari
Januari s.d Desember 2015, jumlah keseluruhan penduduk
umat agama Hindu di Prov. Bali sebanyak 3.699.582 jiwa,
sedang jumlah penduduk umat Agama Hindu di Kota
Denpasar sebanyak 569.114 jiwa.
Adapun tempat Ibadah Umat Agama Hindu di Kota
Denpasar sebanyak 1 buah Pura Dang Khayangan, 3 buah
Pura Khayangan Jagad, 105 Pura Khayangan tiga, sedang
setiap keluarga mempunyai pura masing-masing di rumah
mereka.
Sejarah dan Perkembangan Klan Pande di Bali
Seorang tokoh adat di Bali, I Gusti Made Ngurah
(tokoh agama) mengatakan bahwa sebelum masuknya agama
Hindu di Bali, warga Bali sudah memeluk suatu
keyakinan sendiri seperti yang dianut agama Hindu, yaitu
keyakinan terhadap nenek moyang sebagai leluhur yang
berada ditempat yang paling tinggi yang biasa disebut
nomitis, atau banyak orang menyebutkan keyakinan Bali
Kuno atau Bali Purba. Datangnya Agama Hindu di Bali justru
menguatkan keyakinan mereka dengan konsep Hindu.
Keyakinan nenek moyang ini mirip dengan ajaran Hindu
yang dibawa oleh penganut Hindu yang masuk ke Bali. yang
saat ini disebut keyakinan Bali Age. lalu masuknya
kerajaan Majapahit yang banyak memberikan pengaruh pada
Bali Modern (Bali Upanaga).
Senada dengan yang disampaikan I Gusti Made
Ngurah, I Ketut Donder, dosen Pascasarjana IHDN
menyebutkan bahwa warga Bali pada awalnya
melakukan persembahan terhadap apa saja yang ada disekitar
mereka dengan tradisi mereka dalam rangka pemujaan
terhadap Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa. lalu
datangnya Agama Hindu yang diadopsi dari India ke pulau
Jawa dan dari Jawa ke Bali. warga Bali yang punya
sudah mempunyai keyakinan dan tradisi sendiri ini
mempertahankan tradisi Balinya dan juga
menggabungkannya dengan ajaran Agama Hindu yang
datang lalu .
Dalam sejarah umat Hindu Bali disebutkan bahwa
Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha yang datang dari
tanah Jawa yaitu orang yang dianggap berjasa dalam
mengembangkan dan menyempurnakan agama Hindu. Umat
Hindu merasa berhutang jasa kepada beliau. Untuk memuja
kebesarannya, beliau dianggap sebagai pendeta guru suci atau
dang guru bagi agama Hindu Bali. sehingga jadilah agama
Hindu Bali seperti saat ini, yang merupakan asimilasi dan
akulturasi dari ajaran tradisi Bali kuno dengan ajaran Agama
Hindu yang datang lalu . Beberapa narasumber lainnya
menyebutkan bahwa keyakinan warga Bali sudah ada
sebelum datangnya Agama Hindu ke Bali, agama ini yang
mereka sebut Agama Titra (air suci).
Ida Sira Empu Pande Aji, yang merupakan generasi
ketiga sulinggih dari Klan Pande di Pura Keluarga, Pura
Kawitan dalem Pande Majapahit Tatasan. Keturunan ketiga
itu dihitung dari orang tua dan kakeknya. Beliau
menceritakan bahwa leluhurnya terdahulu diatas kakeknya
dan seterusnya tidak begitu dia ingat persis silsilahnya ke
atas. Namun beliau menjelaskan bahwa Agama Hindu yang
datang dari India ke tanah Jawa dan datang ke Bali. Kerajaan
Majapahit yang mayoritas memeluk Agama Hindu datang ke
Bali dan menaklukan kerajaan di Bali.
Pada zaman raja-raja Majapahit yang datang dari tanah
Jawa ke Bali inilah para pande juga ikut bersama dengan raja.
Berikutnya mereka datang ke Bali, tidak berbarengan dengan
raja, mereka ada yang datang duluan, serta yang datang
lalu . Ajaran yang diikuti oleh para pande kebanyakan
belajar dari ajaran Majapahit. Adapun para pande yang
datang bersama dengan raja, yaitu para pande pilihan.
Namun demikian tidak diketahui pande yang mana yang
lebih dahulu datang ke Bali, sebab klan pande ini sudah
tersebar dimana-mana waktu itu. Pertama kali raja datang ke
Klungkung bersamaan dengan 400 orang Agama Hindu dan
termasuklah para pande. Setelah di Klungkung, mereka
----------- 165
menyebar dibeberapa daerah di Bali dan salah satunya
bertempat tinggal di Tatasan yang menjad leluhur Sire Mpu
Pande Aji yang memimpin Pure Dalam Pande Majapahit
Tatasan. Leluhur Pande Majapahit Tatasan merupakan abdi
dari Raja Puri Satria atau Raja Badung. Sri Mpu Pande Aji
tidak mengetahui secara pasti tahun berapa kedatangan
ini , diperkirakan abad ke 11.
lalu para pande yang datang bersama raja, di
daerah Tatasan membangun rumah dan beberapa bangunan
lainnya yang dibiayai oleh raja. Banyak pura yang dibangun
seadanya, sedang prapen tidak diketahui mulainya sejak
kapan, yang pasti prapen (bhs negara kita : perapian) sudah ada
sejak dulu, apakah prapen lebih dulu ada sebelum para pande
datang, ataukah berbarengan dengan para pande, atau datang
lalu , hal ini belum diketahui pastinya kapan. Namun
para pande yaitu orang-orang yang selalu bersentuhan
dengan prapen. sebab sebelum adanya pande warga
Bali kuno sudah memakai logam, besi, kampak sebagai
alat-alat keseharian mereka. Namun apakah bahan-bahan
ini dibuat di Bali atau dibuat di luar Bali kuno belum ada
penjelasan untuk itu, begitu juga dengan kata prapen (tempat
proses pembuatan keris dan alat-alat pandai besi lainnya)
belum diketahui sejak kapan istilah itu muncul di Bali. Namun
yang pasti saat para pande sebagai pemegang hak turun
temurun sebagai pemegang tradisi pande besi, prapen sudah
digunakan.
Dalam struktur pemerintahan para raja di Bali dibantu
oleh kaum pande dalam menyelenggarakan pemerintahannya.
Para pande pada masa itu yang memberikan pertimbangan
bagi raja dalam persenjataan dan bertugas membuat senjata
bagi raja. Raja membiayai kegiatan pande, membiayai
pembuatan rumah, pura dan perapen (tempat membuat
senjata besi).
Dari 400 orang yang datang bersama raja ini ,
tidak diketahui berapa orang yang dari Klan Pande.
Disebutkan bahwa datang ke Tatasan diawalnya hanya ada 9
KK pande. lalu bertambah, sehingga dilalu hari
sebanyak 40 KK menyebar ke bukit-bukit untuk membuat
kehidupan yang baru. Para pande ini menyebar dalam rangka
untuk membantu para petani yang kekurangan alat-alat jika
mereka membutuhkan. Para pande tidak hanya membuat alat-
alat dari logam dan besi, tapi mereka juga mengajarkan ajaran
para leluhur mereka kepada warga Bali dimana mereka
berada hingga sekarang.
Keberadaan kelompok tradisional Klan Pande di Pura
Keluarga dalam Agama Hindu di Kota Denpasar Bali. Klan
Pande merupakan salah satu kelompok tradisional Agama
Hindu yang ada di Bali. Klan pande, sudah ada sejak zaman
dahulu, berbarengan datangnya dengan raja-raja dari
Majapahit. Klan pande ini masih bertahan sampai hari ini
mempertahankan tradisi pande besi dilingkungan warga
Bali. Tradisi pande besi tidak hanya untuk membuat peralatan
dari besi untuk kehidupan sehari-hari tetapi lebih jauh dari itu
yaitu mempertahankan pusaka nenek moyang atau leluhur
mereka. Selain sebagai seorang pandai besi juga menjadikan
barang pusaka bernilai magis dan mempunyai kekuatan
supranatural. Kelompok tradisional pande ini hidup dalam
lingkungan keluarga dan dalam komplek keluarga yang
menyatu dengan tradisi keagamaan, menyatu dalam
lingkungan pura keluarga.
Sudah menjadi tradisi di dalam kehidupan warga
Bali ada pura di dalam komplek rumah, yang biasa mereka
sebut pura keluarga. Pura ini berfungsi sebagai tempat
sembahyang setiap hari untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan Sang Hyang Widhi Wasa dan arwah keluarga yang
sudah meninggal atau leluhur/nenek moyang mereka. Pura
keluarga ini dimiliki oleh masing-masing keluarga yang sudah
menikah dan mempunyai rumah tersendiri. Kumpulan dari
keluarga-keluarga mempunyai pura ibu atau pura kemulan.
Kumpulan dari pura ibu atau pura kemulan dinamakan Pura
Dadya.
Kumpulan dari pura Dadya dinamakan Pura Kawitan,
demikian diungkapkan Lastra, seorang Bendesa Adat di Bali
sekaligus Kepala Urusan Agama Hindu Kemenag Prov. Bali.
Rumah di Bali di bangun dalam satu komplek dengan pura,
sehingga rumahnya pun dibuat petak-petak secara terpisah.
Ruang tamu pisah dengan ruang dapur, ruang acara do’a
terpisah dengan ruang untuk upacara pernikahan atau
kematian, ruang prapen (bagi klan pande) terpisah dari ruang
lainnya, dan begitu seterusnya. Masing-masing rumah sangat
mungkin memiliki letak bagian-bagian pura yang berbeda.
Umumnya tempat suci sebagai pura keluarga yang lazim
disebut sanggah, penempatannya mempertimbangkan arah
kiblat yaitu arah Timur atau Utara pekerangan rumah tinggal.
Pura sebagai tempat sembahyang kepada Tuhan dan
memuja roh leluhur terus ditanamkan dalam kehidupan
keluarga mayarakat Bali. Tradisi turun temurun ini terus
berlangsung, dimana rumah masih terjaga dengan keberadaan
pura keluarga ini . Adanya pura keluarga menjadikan
warga Bali sangat religius dalam kesehariannya. Dengan
kebaradaan pura keluarga, sisi positifnya yaitu
keluarga/anak turunan tidak dengan mudah menjual tanah
warisan. Menjadikan warga Bali memiliki mental berani
keluar dari rumah. sebab dimanapun mereka berada, maka
setiap keluarga Hindu Bali akan membangun pura keluarga di
dalam lingkungan rumahnya, dan dimanapun mereka berada,
mereka tidak akan meninggalkan kawitan mereka (manusia
dengan leluhurnya).
Keluarga Pande Pura Kawitan dalam Pande Majapahit
Tatasan, sudah ada sejak jaman Majapahit, dan tinggal di
daerah Tatasan sekarang Jalan Ratna. Pura ini sudah
beberapa kali mengalami renovasi, terakhir direnovasi tahun
1990. Awalnya dibangun rumah, lalu dibangun prapen,
dan pura. Dulu prapen dibangun sangat manual yaitu
memakai bambu, namun sekarang sudah modern.
Keluarga pande di Denpasar terdiri dari empat (4) klan besar
(pura paibon). Setiap Klan memiliki pura paibon (sanggah
besar) masing – masing. Pura Paibon (sanggah besar) yaitu
gabungan keluarga besar dalam satu daerah. 4 pura paibon
ini bersaudara dan dari keempat paibon keluarga
disatukan dalam Pura Kawitan Pande dalam Tatasan. Adapun
4 Pura ini yaitu Pura Dalam Pande Majapahit, Pura
Maospahit, Pura Tamansari dan Pura Ibusari.
Pura Dalam Pande Majapahit Tatasan hanya membuat
keris/senjata dengan segala proses pemberian jiwanya
(pasopati). sedang tiga pura lain selain senjata, mereka juga
memproduksi alat rumah tangga,pisau. Pande di tiga pura
ini lebih berperan sebagai pengrajin besi.
Konsep Ketuhanan Kelompok Tradisional Pande
Kelompok tradisional Pande sama halnya dengan
warga Bali pada umumnya yang beragama Hindu,
meyakini bahwa konsep ketuhanan secara monotisme. Mereka
meyakini bahwa Tuhan itu ada, tidak berwujud dan tidak
berbentuk apapun. Disebab kan tidak berwujud dan meyakini
Tuhan itu ada, maka agar umat Hindu mudah memahami dan
memaknai kalau Tuhan itu ada, sehingga kelompok
tradisional pande khususnya dan umat Hindu di Bali pada
umumnya, perlu memanifestasikan Tuhan dalam bentuk
personifikasi dalam wujud yang lain seperti