Tampilkan postingan dengan label Teori muslim 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teori muslim 4. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Oktober 2025

Teori muslim 4

 


n di laut atau air lepas 

darinya, 12x putus dengan matahari-bulan, 13x dengan bintang-bintang, 14x putus 

dengan makhluk seluruhnya, 15x pintu pintu surga mengharamkannya, 16x pintu-

pintu neraka siap menunggu kedatangannya, 17x putus dengan penanggungjawab 

'Arasy, 18x putus dengan Kursy, 19x dengan putus dengan 'Arasy, 20x putus dengan 

rahmat Allah 46. Demikian Hasan Bashry.  

 

Al Faqih", dari Asmak binti Yazid, katanya: Aku mendengar Rasulullah  bersabda: 

"Barang siapa coba-coba minum arak (hanya sekedarnya tanpa mabuk), maka 

selama 1 minggu salatnya tertolak, jika sampai mabuk, maka 40 hari salatnya tertolak, 

dan jika mati sebelum bertaubat, matinya kafir, namun  jika bertaubat, Allah menerima 

taubatnya, kemudian sesudah taubat minum lagi, maka sepantasnya Allah 

meminumkan padanya darah campur nanah penghuni neraka.  

 

Riwayat lain menyebutkan: 1x minum arak, tertolak salat, puasa dan amal-amal 

lainnya selama 40 hari, 2x minum, tertolak semua itu selama 80 hari, 3x tertolak, 120 

hari, 4x minum arak, maka darahnya halal dibunuh sebab  ia telah kafir, dan pantaslah 

Allah memberinya minuman darah campur nanah penghuni neraka”. (Al Hadis)  

 

Jika dosa-dosa itu diibaratkan rumah, maka minum arak yaitu  kuncinya, barang 

siapa minum arak berarti telah masuk pintu segala dosa. (Al Hadis)  

 

Orang tua yang merestui anak atau putrinya kawin dengan peminum, berarti 

mendorongnya pada berzina, sebab  saat ia mabuk istrinya ditalqg atau dicerai tidak 

terasa, lalu tetap bersetubuh dengannya, yang berarti berbuat zina. Demikian menurut 

seorang sahabat Nabi. 

 

Peminum arak tingkatannya sama dengan penyembah berhala (Jahiliyyah), hal ini 

berpijak dua ayat dibawah ini (Allah menyebutkan rijsun pada keduanya, yang artinya 

najis):  

 

Artinya:  

 

128 Tanbih al-Ghafiln 

”Bahwasannya arak, judi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan 

punah yaitu  najis, termasuk perbuatan setan, sebab  itu hindarilah ia agar engkau 

memperoleh keberuntungan.” (Al Maidah 90)  

 

Kedua, ayat sebagai berikut:  

 

Artinya:  

”.. Lalu hindarilah berhala-berhala najis itu, dan hindari pula kata-kata dusta”. (Al Hajj 

30)  

 

Minum arak siang berarti ia syirik hingga sore, dan minum arak sore berarti ia syirik 

hingga pagi hari, (demikian Ibnu Mas'ud) lebih lanjut ia mengatakan: "saat  peminum 

arak mati kuburlah ia, dan tahanlah aku, lalu coba gali kembali kuburnya, pasti ia 

berpaling dari kiblat, jika tidak (berpaling) bunuhlah aku”.  

 

Rasulullah  bersabda: "Aku diutus sebagai Hudan (petunjuk) dan rahmat bagi alam 

seluruhnya, untuk mengikis habis kebudayaan (tradisi) jahiliyah, segala alat musik dan 

berhala. Dan Allah bersumpah: "Demi KemenanganKu, tiada seseorang minum arak 

dunia, kecuali Aku haramkan atasnya di hari Kiamat, dan yang meninggalkannya, 

pasti Aku berinya minum dari HadIratil Qudsy. (HR. Anas)  

 

Abu Wa-il dari Syaqiq bin Salman. saat  diundang walimahan ia melihat orang-orang 

pemain, penari dan penyanyi lalu cepat-cepat pulang, katanya: "Aku dengar Ibnu 

Mas'ud berkata: ”Bahwasannya nyanyian itu menumbuhkan nifak di hati, bagai air 

menyuburkan biji-biji tanaman”.  

 

'Athak bin Sa-ib dari Abdurrahman Sulamy, katanya: Beberapa orang peminum arak, 

di zaman Mu'awiyah menjadi Gubernur Syam, mengatakan: ”Ini halal, dasarnya 

Firman Allah (sampai akhir ayat).  

 

Artinya:  

"Tiada dosa bagi orang yang beriman dan beramal shalih di dalam apa yang mereka 

makan ..... " (Al Maidah 93)  

 

 

129 Tanbih al-Ghafiln 

Lalu secepatnya Mw'awiyah memberitahu Umar bin Khattab (Amirul mukminin di 

Madinah), Jawab Umar: "Segera dibawa ke Madinah untuk diadili, sebelum 

mempengaruhi Islam lainnya. Kemudian para sahabat dikumpulkan dan diajak 

musyawarah dalam masalah mereka (peminum arak tersebut). Jawab para sahabat: 

”Hai Umar, mereka telah menyalah gunakan Firman Allah dan membuat hukum yang 

tidak seizin Allah maka potong saja leher mereka”. Lalu Umar minta pendapat S. Ali, 

jawabnya: ”Suruhlah bertaubat, jika membangkang potong lehernya, dan jika 

mematuhi kami (bertaubat), maka lakukan hukum dera pada mereka 80x pukulan, 

Kemudian mereka memilih taubat, dan sesudahnya dihukum dera 80x pukulan.  

 

Saat turunnya ayat (Al Maidah 90) yang melarang arak para sahabat bertanya: 

Bagaimana nasib saudara-saudara kami yang mati, sedang mereka gemar arak? Lalu 

dijawab dengan ayat 93 Surat Al Maidah sebagai berikut:  

 

Artinya:  

”Tiada dosa bagi orang-orang beriman dan beramal shalih sebab  mukan (makanan) 

mereka terdahulu, saat  mereka bertakwa dan beriman serta beramal shalih, 

kemudian tetap bertakwa dan beriman, kemudian tetap bertakwa dan beramal shalih, 

Allah senang orang-orang yang beramal shalih”.  

 

 

 

 

  

 

130 Tanbih al-Ghafiln 

BAB 15  

Tentang Larangan Berdusta  

 

Al Faqih , dari Ibnu Mas'ud  katanya: Beliau  bersabda:  

 

Artinya:  

"Hendaklah kalian berbicara jujur, sebab  benar menuntun kebaikan, dan 

mengantarkan ke surga, seseorang selalu berkata benar hingga akhirnya dicatat 

sebugai orang yang sidig di sisi Allah, dan jauhilah kamu berkata dusta, sebab  dusta 

akan menyeret kepada perbuatan keji (kejahatan), dan perbuatan keji itu 

menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka, seseorang yang selalu berkata dusta 

maka akhirnya ia akan dicatat pendusta di sisi Allah sebagai seorang pendusta”. (Al 

Hadis)  

 

Al Faqih dari Ibnu Mas'ud  katanya pula:  

 

Artinya:  

“Ada tiga perkara yang membuktikan seseorang itu munafik. yaitu: 1. saat  berkata, 

pasti dusta, 2. saat  berjanji, pasti mengingkarinya, 3. saat  bersumpah curang atau 

cidera”.  

 

Hal ini didukung ayat 75, 76, 77 surat At-Taubah.  

 

Al Faqih , dari Malik katanya: Lukman Hakim ditanya, Prestasi apakah yang 

mengantarkan anda pada tingkat tertinggi? Jawabnya: 1. Berkata benar, 2. 

Melaksanakan (kewajiban) amanat, 3. Tidak mencampuri urusan siapapun, kecuali 

berhubungan denganku.  

 

Rasulullah   ditanya: "Mungkinkah seorang mukmin menjadi penakut?” Jawabnya: 

”Ya”, lalu mungkinkah menjadi kikir?”, Jawabnya: ”Ya”, "mungkinkah menjadi 

pendusta?” Jawabnya: "Tidak mungkin". (Al Hadis).  

 

Rasulullah  bersabda: "Peganglah 6 perkara bagimu, yaitu 1. Benar kata-katanya, 2. 

Tepat janjinya, 3. Sampai amanatnya, 4. Terpelihara kemaluannya, 5. Terjaga 

 

131 Tanbih al-Ghafiln 

matanya (dari segala maksiat), 6. Selamat tangannya (dari penganiayaan, mencuri 

dan maksiat lainnya), pasti kujamin surga bagimu”. (Al Hadis) Ulasan Al Faqih tentang 

hadis tersebut, di atas: Enam perkara yang disebut Nabi   yaitu  mencakup semua 

kebaikan, diantaranya: 1. Benar kata-katanya, meliputi kalimah tauhid, yaitu benar-

benar sesudah membaca kalimat: "LAAILAAHA ILLALLAAH, benar kepada Allah dan 

juga kepada sesama manusia, 2. Tepat janjinya, baik kepada Allah atau kepada 

sesama manusia berbuat baik atau ihsan kepada sesama manusia, 3. Sampai 

amanatnya, baik melakukan amanat Allah (kewajiban bagi semua hamba-Nya), atau 

amanat dari sesama manusia (berupa perkataan, anak, harta dan kehormatan), 4. 

Terpelihara kemaluannya, dari hal-hal yang syubhat dan haram serta tidak dilihat lain 

orang. sebab  Nabi   melaknat orang yang melihat (kemaluan) dan yang dilihat, 5. 

Terjaga matanya, dari melihat aurat sesamanya, wanita cantik bukan muhrim, dan 

rakus harta, Firman Allah:  

 

Artinya:  

"Jangan kau belalakkan matamu pada apa yang Kami berikan perlengkapan mereka 

(harta) dunia, untuk Kami coba mereka dengan kemewahan itu”.  

 

6. Selamat tangannya, dari segala yang haram (apakah itu harta, wanita dan lain-lain).  

 

Di masa Rasulullah dulu, terkadang orang terlanjur berkata sepatah kata bisa 

terjerumus munafik, namun  kata-kata serupa di zaman sekarang aku mendengar dari 

kalian setiap harinya (lebih dari) 10x dan anehnya hal semacam itu dianggap ringan 

(seakan tidak berbahaya) seperti berdusta yang membuktikan bahwa seseorang jadi 

munafik. (Demikian Hudzaifah bin Yaman).  

 

Bagi orang Islam seyogyanya pandai menahan diri dari dusta, jangan 

membiasakannya, agar tidak terjerumus menjadi orang munafik, dan perintis laku 

dosa, yang akhirnya menanggung dosa orang-orang yang mengikutinya disamping 

dosa akibat perbuatannya sendiri.  

 

Al Faqih, dari Samudra  katanya: ”Sehabis salat Subuh kebiasaan beliau    menghadap 

kami dan katanya: "Dari antara kalian semalam ada yang mimpi? Jawab kami tidak 

ada, kata beliau: "Semalam aku mimpi kedatangan dua orang, mereka menggandeng 

 

132 Tanbih al-Ghafiln 

tanganku, pergi sampai ke lapangan datar, lalu terlihat dua orang, satu berbaring dan 

satunya lagi berdiri pegang batu besar, dihantamkan pada kepala orang yang 

berbaring, sampai hancur-luluh dan batunya mengelundung. Batu diambil lagi menuju 

tempat semula, ternyata orang pertama itu kepalanya Sudah pulih seperti asalnya 

(utuh), lalu dihantamkan lagi pada kepalanya Aku heran: "SUBHAANALLAAH apa-

apaan ini?” namun  kata dua orang itu: "Terus jalan, marilah!” Kemudian bertemu dua 

orang lain, satu, terlentang dan satu berdiri pegang bantolan besi untuk merobek 

pipinya ditarik hingga mundur, yang kiri dapat giliran, lalu kembali ke kanan dan 

dirobek lagi, demikian seterusnya. Aku heran: "SUBHAANALLAAH apa-apan itu?” 

Tapi keduanya meneruskan perjalanan hingga terlihat bangunan, atas seperti dapur, 

bawahnya luas, di dalamnya campur pria. wanita, maka jika teras uap api dari bawah, 

naiklah mereka, dan jika terasa berkurang turunlah mereka, jika api datang mereka 

menjerit dan naik, hingga hampir keluar, dan jika padam turun lagi ke bawah. Kataku: 

"SUBHAANALLAAH” apa-apan itu?" Tapi kedua orang itu mengajak terus, hingga 

terlihat sungai dan orang berenang, yang satu di tepi atau dipinggirannya 

menghimpun batu-batu, saat  yangg berenang ke pinggir mulutnya terbuka dimasuki 

batu, lalu berenang lagi ke tengah, lalu kembali ke pinggir dan mulutnya disuapi batu 

lagi, demikian seterusnya tiada hentinya, Aku heran, "SUBHAANALLAAHH" apa-

apaan itu?" Kedua orang itu, mengajak terus, hingga sampai pada orang yang di 

sebelahnya api besar dan ia kobar-kobarkan api itu, Aku heran: "SUBHAANALLAAH 

apa itu?” Keduanya mengajak terus, hingga sampai ke kebun bunga-bungaan, terlihat 

orang sedikit tinggi dikelilingi oleh anak-anak, kataku: “SUBHAANALLAAH apa itu? 

Kedua orang itu mengajakku terus, hingga sampai ke pohon rindang baik sekali lalu 

kami memanjatnya, terlihat kota bangunannya batu emas-perak, kami mengetuknya 

dan pintunya terbuka, kami masuk, tapi ditarik dua orang itu, dan dimasukkan ke 

gedung yang lebih baik dan indah, di atas terlihat gedung putih bagaikan kaca, 

diberitahukan bahwa: Itulah rumahmu, tanyaku "Boleh aku masuk?” Jawab mereka: 

“Kini belum saatnya, kelak pasti kau memasukinya”, Lalu kataku, “Hal hal yang 

menakjubkan yang kulihat malam ini, apa maksudnya semua itu?” Mereka menjawab: 

Pertama, Orang yang bisa membaca Alquran (mengerti), namun  tidak mengamalkan 

isinya dan melupakan salat fardu 5 waktu, sebagai balasannya batu menghantam 

kepalanya terus-menerus tiada henti-hentinya, 2. Pembawa berita bohong, disebar 

luaskan ke seluruh masyarakat, sebagai balasannya pipinya dirobek-robek hingga 

mundur ke belakang, 3. Pelacur pria-wanita, sebagai balasannya dikurung dalam 

 

133 Tanbih al-Ghafiln 

dapur penuh api dan asapnya, 4. Tukang mengisap darah (lintah darat), memakan 

riba, sebagai balasannya berenang di dalam sungai darah dari disuapi batu-batu 

terus-menerus, 5. Malaikat Malik, penjaga neraka, 6. Nabi Ibrahim orang sedikit tinggi 

di taman dan dikelilingi anak banyak, mereka yaitu  anak-anak yang mati masih suci 

(fitrah), 7. Rumah pertama, yaitu  persediaan orang-orang mukmin (pada umumnya) 

yang satunya untuk orang-orang mati syahid, Kemudian kedua orang yang mengajak 

Nabi, Jibril dan Mikail. (Masalah), Dimana anak-anak orang musyrik yang mati sejak 

fitrah atau kecil? Jawabnya: Banyak pendapat, ada yang mengatakan di sekeliling 

Nabi Ibrahim, dan ada yang mengatakan menjadi sahaya penghuni surga, dan ada 

pula yang masuk neraka. Allah-lah Yang Mengetahui.  

 

Al Faqih, dari Ibnu Mas'ud  katanya: "Keterangan yang paling benar yaitu  Kitab Allah 

(Alquran), dan ucapan temulia yaitu  zikrullah (kalimat thayyibah), dan separah-

parah buta yaitu  buta hati, sedikit tapi mencukupi yaitu  lebih berharga daripada 

banyak melupakan, dan penyesalan tiada terhingga, yaitu  kelak di hari Kiamat, 

sebaik-baik kekayaan yaitu  kaya hati, dan sebaik-baik bekal yaitu  takwa. Arak 

(khamar) yaitu  gudang segala dosa, dan wanita yaitu  perangkap setan, dan 

kepemudaan yaitu  setengah (bagian) dari gila, seburuk-buruk penghasilan yaitu  

riba, dan sebesar-besar dosa yaitu  pendusta.  

 

Nabi  bersabda: "Dusta yaitu  tidak patut, kecuali di 3 tempat: 1. saat  perang, 2. 

saat  mendamaikan dua orang yang berselisih atau bertengkar, 3. Demi 

kemaslahatan atau memperbaiki akhlak istrinya”. (Al Hadis) .  

 

Pernyataan seorang Tabi'in: "Camkan, benar yaitu  perhiasan para waliyullah, 

sedang dusta alamat celaka, Firman Allah:  

 

Artinya: "Di saat ini, yang bermanfaat (hanyalah) kebenaran orang-orang sidiq”.  

 

Artinya:  

"Hai orang-orang yang beriman, bertukwaluh kepuda Allah dun bergaullah dengun 

orang-orang yang jujur”. (At Taubah 119)  

 

Artinya:  

 

134 Tanbih al-Ghafiln 

"Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukan (kebenaran 

itu), mereka itulah orang-orang yang takwa".  

 

Artinya:  

"... Bagi mereka tersedialah segala apa yang mereka inginkan .....”  

 

Sedangkan para pendusta dicela dan dikutuk Allah, dalam FirmanNya:  

 

Artinya:  

”Sungguh celuka orang-orang yang suka berdusta .....”  

 

Artinya:  

"Tiada orang kejam melebihi (kejamnya) orang yang berdusta kepada Allah, mereka 

diseru masuk Islam (tapi berpaling darinya), Allah tidak akan menunjuki orang-orang 

kejam”.  

 

  

 

135 Tanbih al-Ghafiln 

BAB 16 

Tentang Ghibah (Membicarakan Keburukan Orang)  

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah , Nabi bersabda:  

 

"Kalian mengerti ghibah?” Para sahabat menjawab: "Allah dan RasulullahNya-lah 

lebih mengetahui, Jalu beliau   bersabda:  

 

Artinya:  

"saat  kau ungkap hul-hal utuu keuladaan kawanmu (sedungkan) ia benci tentang 

pengungkapan hal itu kepada orang lain, maka itulah yang disebut ghibuh”.  

 

Lalu ditanyakan:”Bagaimana kalau sesuai dengan kenyataan?” Jawab beliau  :  

 

Artinya:  

"Jika hal (yang kau ungkap) itu sesuai dengan kenyataan orang itu, berarti itu ghibah, 

namun  jika tidak sesuai, malahan itu disebut "buhtun””,  

 

Al Faqih, sekalipun hanya mengatakan: "Baju dia terlalu pendek atau panjang dan 

lain-lain,” itu sudah termasuk ghibah”.  

 

Dari Ibnu Abi Najh, katanya: "Seorang wanita pendek seusai menghadap Nabi   

dikatakan oleh 'Aisyah: "Pendek nian orang itu”. Jawab Beliau (menegurnya), berdosa 

kamu (ghibah), kata “Aisyah: Aku sekedar mengatakan apa adanya, sesuai dengan 

kenyataan yang ada padanya, Sabda beliau  : “Kamu telah mengungkap 

kejelekannya”. (Al Hadis)  

 

Al Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa'id Hudry, Nabi  bersabda: "Di malam 

Isra diperlihatkan suatu kelompok tengah disayatsayat daging pinggangnya, lalu 

disuapkan ke mulutnya dengan seruan: Santaplah daging saudaramu yang dulu kau 

menyantapnya, lalu tanyaku: Siapa mereka itu Jibril? Mereka itu yaitu  umatmu yang 

mengejek atau menghina orang lain, baik dengan isyarah ataupun tindakan nyata”.  

 

 

136 Tanbih al-Ghafiln 

Kata Al Faqih mendengarkan cerita ayahnya: Nabi   berada di rumah, sedang para 

sahabat (Ahlish-shuffah) berada di masjid, dan Zaid bin Tsabit tengah menyampaikan 

atau mengulang hadis-hadis Nabi   Secara kebetulan ada orang mengantar daging 

kepada Nabi    dilihat oleh para sahabat tersebut, lalu mereka menyuruh Zaid supaya 

minta, sebab  telah lama tidak memakan daging. sesudah  berangkat, mereka sibuk 

membicarakan Zaid (ia begini dan begitu dan lain-lain). Kemudian sesudah  Zaid 

menyampaikan pesan mereka, beliau bersabda: "Zaid, sampaikan kepada mereka: 

"Sebenarnya kalian telah makan daging, "Jawab mereka: "Demi Allah, kami lama tidak 

makan daging”. Zaid kembali kepada Nabi, beliau tetap bersabda: "Sebenarnya kalian 

telah makan”. sebab  mereka tidak merasa memakannya, maka menghadaplah 

kepada beliau   . Dan sabdanya: ” Kalian telah makan saudaramu, hingga saat ini 

masih berbekas di gigimu, coba meludah agar terbukti merahnya daging itu. sesudah  

mereka meludah, nyatalah kepada mereka "Ludahan darah”. Kemudian mereka 

bertaubat dan mohon maaf kepada Zaid yang telah dibuat pesta pora (dagingnya) 

oleh mereka”.  

 

Kata Jabir bin Abdullah   : Terasa angin bau busuk di sekitar Rasulullah  , lalu 

sabdanya: Bau busuk ini yaitu  suatu bukti adanya orang-orang munafik tengah 

menjelek-jelekkan orang Islam, (yakni) Allah memperlihatkan kepada umat Islam yang 

taat, kebusukan nyata dari apa yang telah dilarang oleh Allah kepada hambaNya.  

 

Ditanyakan kepada setengah Ulama hikmah: Apa hikmah yang terkandung di dalam 

bau busuk itu? Jawabnya: ”Suatu bukti yang diperlihatkan kepada Nabi  berikut para 

sahabatnya (di waktu itu), namun  saat sekarang sebab  terlalu banyak (ghibah), sampai 

hidung kita berbau semacam itu, maka seakan tidak terasa bau busuk itu (sudah 

tawar, menter - Jawa), tidak berbeda dengan orang masuk ke tempat samak tulang, 

untuk pertamanya tidak tahan hidungnya, namun  lama-kelamaan (para pekerja samak 

di situ) makan-minum tidak merasakan bau apa-apa, sebab hidung mereka sudah 

tawar penuh bau tersebut.  

 

Salman Al Farisy di tengah perjalanan bersama para sahabat (diantaranya Umar ) 

berhenti di suatu tempat membuat kemah, ia tidur dan lainnya masak, setengahnya 

berkata: Apa tujuan orang ini, enakenak datang kemah sudah berdiri dan makanan 

tersedia. Lalu mereka bangunkan Salman, disuruh minta lauk kepada Nabi . namun  

 

137 Tanbih al-Ghafiln 

sabda beliau kepada Salman, "Sampaikan bahwa mereka sudah terlebih dahulu 

makan lauk-pauk”, lalu ia kembali menemui mereka dan menyampaikan sabda beliau 

. Jawab mereka, "Kami belum makan sedikitpun", kata Salman: "Beliau tidak mungkin 

berdusta, maka sebaiknya kalian datanglah menemuinya”. sesudah  mereka 

menghadap, beliau  bersabda: "Kalian telah makan daging saudaramu (Salman), ia 

tengah tidur kalian mengatakan (anu dan itu) kepadanya, kemudian beliau  membaca 

ayat sebagai berikut:  

 

Artinya:  

"Hai orang:orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), sebab  

setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan lain, dan jangan pula 

setengah kamu menggunjing (ghibah) setengan lainnya, Maukah seseorang darimu 

makan daging saudaranya yang mati Pasti kamu jijik (tidak mau). Bertakwalah kepada 

Allah, buhwasannya Allah menerima taubat lagi Penyayang.” (Hujurat 12). (HR. 

Asbath dari As-Sudy)  

 

Kata Ibnu Abbas   ayat 12 Al-Hujurat tersebut di atas, asbabun nuzulnya” sebagai 

berikut: Di tengah perjalanan para sahabat diatur, agar setiap dua orang mampu 

membantu seorang yang tak mampu (tentang makan-minum). Kebetulan Salman 

diikutkan pada dua orang, namun  saat  ia lupa tidak melayani keperluan keduanya, ia 

disuruh minta lauk-pauk kepada Nabi  . Dan sesudah  ia berangkat, keduanya berkata: 

"Seandainya ia pergi ke sumur, pasti surutlah sumurnya”. Sewaktu Salman 

menghadap, beliau  bersabda: "Sampaikan kepada keduanya, bahwa kalian sudah 

makan lauk-pauknya”. sesudah  ia menyampaikan kepada mereka berdua, lalu 

keduanya menghadap Nabi  dan katanya: ”Kami tidak makan lauk-pauk”. Sabda 

beliau: Aku lihat merahnya daging pada mulut kalian berdua,” jawabnya, ” Kami tidak 

makan lauk-pauk, dan seharian kami tidak makan daging”. Kemudian bersabdalah 

beliau : "Kalian telah mengatakan saudaramu (Salman) maukah kalian daging orang 

mati?” Jawab mereka: Tidak”. ”Nah, jika kalian tidak mau makan daging orang mati, 

maka janganlah kalian mengatakan kejelekan orang lain (ghibah), sebab yang 

demikian itu, berarti makan daging saudaranya, maka turunlah ayat 12 Al Hujurat 

tersebut diatas.  

 

 

138 Tanbih al-Ghafiln 

Tabiat manusia umumnya, jika dijelek-jelekkan lain (orang) pasti emosi, marah-marah, 

minimum timbul rasa benci kepadanya (yang menjelekkan), namun  lain halnya dengan 

Ulama 'Arif Bijaksana seperti Hasan Bashry, ia diberitahu oleh seseorang bahwa 

dirinya dijelekjelekkan (si Fulan), lalu ia membalasnya dengan menghadiahkan 

makanan lezat-lezat (yakni) kurma istimewa (ruthab), seraya mengatakan: "Aku 

dengar kau telah memberikan amal baikmu kepadaku, lalu akupun ingin membalas 

pemberianmu itu, sekalipun mungkin tidak sesuai dengan apa yang kau 

berikanpadaku”.  

 

saat  Ibrahim bin Ad-hham menjamu makan para undangannya, setengahnya ada 

yang menjelek-jelekkan seSeorang, langsung ia mengingatkan, Kebiasaan yang 

berlaku, roti didulukan, baru makan daging, namun  kalian tidak, makan daging dulu 

sebelum roti”.  

 

Di hari Kiamat seseorang menerima kitab atau catatan amalnya, laly ada amal baik 

yang dia tidak merasa melakukannya, katanya: "Ya Tuhan, amal apa dan dari mana 

itu? JawabNya, "Itulah amal baik seseorang yang ghibah (mengungkap kejelekanmu), 

dan engkau tidak terasa”. (demikian Abu Umamah Bahily ).  

 

Hai sekalian manusia dusta, kalian kikir harta kepada kawankawanmu, di akhirat 

kalian murah terhadap lawanmu, maka kikir kalian tidak menguntungkan diri, dan 

kemurahan kalian tidak terpuji, (demikian kata Ibrahim bin Ad-hham).  

 

Ghibah bagi para gariik dijadikan buah-buahan, bagi fasik merupakan jamuan, bagi 

wanita dibuat hiburan, dan Jauk-pauk bagi anjing-anjing manusia, namun  bagi manusia 

bertakwa merupakan pembuangan kotoran. (ungkapan seorang hakim).  

 

Empat perkara dapat membatalkan puasa, wudu dan menyia-nyiakan amal baik, yaitu: 

1. Ghibah, 2. Bohong, 3. Namimah (adu domba), 4. Memandang wanita (cantik) yang 

diharamkan melihatnya. Keempat perkara itu merupakan pupuk keburukan, sepereti 

air menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan minum arak pimpinan segala dosa 

(dosa paling besar). Demikian sabda Rasulullah . (Riwayat Anas bin Malik ) |  

 

 

139 Tanbih al-Ghafiln 

Barang siapa menjelang matinya baru taubat dari ghibah, maka is paling akhir masuk 

surga, sedangkan yang tidak bertaubat (dari ghibah) sampai mati, maka ia paling dulu 

masuk neraka” (Ka'bul Akhbar dari kitab para Nabi terdahulu).  

 

Nabi Isa bertanya pada sahabatnya: "Apa yang kau lakukan saat  ada orang tidur 

kemaluannya terbuka? Kau pasti menutupnya!  

 

Jawabnya: "Ya, pasti”. Kata Isa: "Malahan kau membukanya lebih lebar”, Jawab 

mercka: "SUBHAANALLAAH, kenapa kami harus membukanya lebih lebar?” Kata 

Nabi Isa: "Bukankah saat  seseorang mengungkap kejelekan (orang) lain, lalu kau 

melebarkannya (dengan menambahnambahi) kejelekan yang tidak diungkap dia, 

yang berarti kau membuka auratnya lebih lebar lagi”.  

 

Sewaktu masuk masjid Jami' aku mendengar orang bicara tentang kejelekan orang 

(lain), aku mencegahnya, lalu ia berhenti. Kemudian ia bicarakan lainnya, dan 

berputar pada orang pertama lagi, anehnya aku terpengaruh hingga masuk kedalam 

pembicaraan tersebut. Sewaktu malam aku mimpi dipaksa makan daging babi oleh 

orang hitam tinggi, pertamanya aku menolak. Lalu ia membentak keras, Kamu telah 

makan aku terkejut bangun. Demi Allah, sesudah itu selama 3 atau 4 (tigaempat) hari, 

bau busuk babi masih terasa dalam mulutku setiap aku makan. (Demikian Khalid Ar-

Rib'i)  

 

Ghibah lebih kejam dari pada perang, sebagaimana pernyataan Iyaas bin Mw'awiyah 

(lengkapnya sbb.): Sufyan bin Husbain saat  duduk bersamanya, menceritakan 

kejelekan orang yang barusan lewat, Jalu kata Iyaas, Diam, hai Sufyan: "Kau pernah 

memerangi Roma? Jawabnya: tidak. Turki? Juga tidak, Kemudian katanya: Roma dan 

Turki selamat dari kekejamanmu, namun  saudaramu (sesama muslim) tidak selamat 

dari kekejamanmu. Lalu Sufyan menyadari perbuatannya, dan sesudah itu ia tidak 

pernah lagi ghibah.  

 

Ada 3 majelis yang dijauhkan dari rahmat Allah, yaitu:  

1. Yang semata hanya menceriterakan kekayaan atau harta dunia, 2. Yang penuh 

gelak-tawa, 3. Ghibah. (demikian Hatim Zahid).  

 

 

140 Tanbih al-Ghafiln 

Ambillah 3 perkara darimu (bagi mukmin) agar menjadi orang yang baik, yaitu:  

1. Jika kamu tidak mampu memberi keuntungan padanya, sekali-kali janganlah kau 

merugikannya, 2. Jika kamu tidak mampu membuat ia gembira, maka janganlah 

menyusahkan atau mempersulitnya, 3. Jika tidak mampu memujinya, maka janganlah 

mencelanya. (Demikian Yahya bin Mw'adz Razy).  

 

Kata Mujahid: Setiap manusia didampingi malaikat, jika menyebur kebaikan 

saudaranya, maka ia mendukungnya, "baginya dan bagimu”. namun  jika mengatakan 

kejelekan saudaranya, maka ia berkata, "Kamu membuka aurat orang, periksalah 

dirimu dan bersyukurlah kepada Allah yang menyimpan rahasia (kejelekan)mu”.  

 

Ibrahim bin Ad-ham saat  duduk memenuhi undangan makan, mendengar kata 

orang: Fulan kenapa tidak kelihatan? Sahut mereka: Dia tidak pandai bergaul. Lalu 

Ibrahim berkata: "Hal inilah yang memuakkan aku, memenuhi undangan makan, 

kalian menjelek-jelekkan seorang muslim, terus ia keluar, hingga 3 hari ia tidak makan.  

 

Jika 3 perkara tidak kau lakukan, maka jangan berbuat 3 perkara, yaitu:  

 

1. Jika tidak mampu melakukan kebaikan, maka jangan kau berbuat jahat,  

2. Jika dirimu tidak mampu berperan aktif (berguna) pada masyarakat, maka 

janganlah berlaku kejam terhadap mereka,  

3. Jika kamu tidak kuat puasa, maka daging saudaramu (manusia) jangan kau santap. 

(Setengah Ulama Hikmah).  

 

Jika aku mampu memberhentikan diri berghibah, maka bagiku lebih eruntung 

dibandingkan memperoleh dunia berikut isinya, sekalipun Ibelanjakan fi sabilillah, dan 

jika mataku terpelihara dari hal yang haram, aka bagiku sangat berharga, dibanding 

dunia seisinya dibuat sedekah fi ilillah, (demikian Wahb Makky) selanjutnya ia mensitir 

ayat:  

 

Artinya:  

"Katakanlah kepada orang mukmin, agar ia memejamkan muta (dari hal-hal yang 

haram)”.  

 

 

141 Tanbih al-Ghafiln 

(Masalah) Sah-kah taubatnya ghibah tanpa minta maaf (memberitahu) orang yang 

dibicarakan? Dalam hal ini banyak pendapat. Setengah ulama membolehkan (sah) 

dan setengah yang lain tidak (tidak sah). Dan ada lagi (Al-Faqih) yang berpendapat 

sebagai berikut, pertama: Jika ghibah itu telah didengar orang yang dikatakan 

jeleknya, maka harus minta maaf (minta halal) kepadanya. Kedua: Jika belum 

didengar ghibahnya itu, maka dicukupkan dengan Istighfar dan berjanji kepada Allah 

untuk tidak mengulangi kembali.  

 

Ibnu Sirin, saat  ada seseorang minta maaf dan minta dihalalkan, akibat menjelek-

jelekkan tempo dulu, Jawab Ibnu Sirin: "Kenapa aku menghalalkan apa yang telah 

diharamkan oleh Allah”. Maksudnya ia memberi isyarah agar minta ampun kepada 

Allah . Oleh sebab nya, jika ghibah itu belum didengar orangnya, sebaiknya tidak perlu 

memberitahu kepadanya, cukup bertaubat kepada Allah dan menggantinya dengan 

mendoakannya baik kepadanya, dan dia tetap tenang adanya.  

 

Adapun buhtan (memfitnah) cara taubatnya sbb:  

1. Menarik kembali khabar bohong yang dia sampaikan dahulu,  

2. Minta maaf atau dihalalkan kepada yang difitnah,  

3. Minta ampun kepada Allah atas perbuatan fitnahnya itu.  

 

sebab  buhtan yaitu  dosa besar sejajar dengan menyembah berhala, FirmanNya:  

 

Artinya:  

"Tinggalkan semua yang najis (berhala-berhala itu) dan jauhkan pula kata-kata dusta, 

tuduhan palsu dan bohong”.  

 

Seorang ahli zuhud membelikan kapuk istrinya, lalu istrinya berkata: Para pedagang 

kapuk telah berbuat curang kepadamu, cara menjualnya.  

 

Kemudian ia dicerai, dan orang bertanya: Kenapa ia dicerai, Jawabnya,  

 

Aku khawatir tuntutan para pedagang kapuk di hari Kiamat, lalu diriku sertakan 

namaku (istri Fulan ... dan... ), oleh sebab  itu dia Segera dicerai.  

 

 

142 Tanbih al-Ghafiln 

Ada tiga laku ghibah yang tak berdosa, yaitu:  

1. Membicarakan penganiayaan raja kejam,  

2. Membicarakan kebejatan moral, ahklak manusia brutal (yang sengaja 

memperlihatkan laku) maksiatnya di muka umum.  

3. Membicarakan kesalahan tukang mengada-adakan acara keagamaan yang tidak 

punya dasar (bid'ah).  

 

namun  jika yang disebut-sebut itu pribadinya, maka tetap ghibah yang berdosa. Nabi  

bersabda: Sebutlah keburukan dan bahayanya pelacur, agar orang lain berhati-hati.  

 

Ada tiga efek negatif, akibat ghibah, yaitu:  

 

1. Kufur, mengungkap kejelekan seorang muslim, lalu saat  diingatkan, Jawabnya: 

Ini kan bukan ghibah, mengungkap kenyataan yang ada padanya, maka dengan 

demikian dia berani menghalalkan sesuaru yang telah diharamkan olah Allah dan 

hukumnya kafir.  

2. Munafik, mengungkap kejelekan seseorang dengan tidak menyebutkan namanya 

di muka umum, tapi masyarakat telah mengerti siapa yang dituju oleh pembicara itu, 

bahkan dia menganggap dirinya wira'i (menjauhi larangan Allah).  

3. Berdosa (maksiat), mengungkap kejelekan seseorang, namun  ia merasa bahwa dia 

melanggar larangan Allah, telah maksiat kepadaNya. Adapun ghibah yang positif 

yaitu: mengungkap kefasikan yang sengaja dilakukan di muka umum (terbuka) atau 

tukang bid'ah, maka yang demikian ini tidak berdosa, bahkan berpahala, sebab  

bertujuan memberantasnya, dengan harapan masyarakat dapat menjauhkan diri dan 

menyelamatkan diri dari perbuatan fasik tersebut. Nabi  bersabda:  

 

"Ungkaplah keburukan para pelacur, agar masyarakat berhati-hati dari padanya”.  

 

Cerita ayahku: Para Nabi (tidak merangkap Rasulullah) cara menerima wahyu 

bermacam-macam, ada yang mendengar suara, dan ada yang bermimpi. Ada 

seorang dari antara mereka bermimpi (mendapat seruan demikian). Jika kau keluar 

pagi-pagi, maka pertama yang kau lihat makanlah, yang kedua simpanlah, yang ketiga 

terimalah (baik-baik), yang keempat janganlah putus asa, dan yang kelima larilah 

daripadanya. Lalu pada pagi harinya yang dilihat yaitu  gunung hitam besar, lalu ia 

 

143 Tanbih al-Ghafiln 

berhenti bengong, katanya: seruan makan apa yang kulihat, dan seruan Tuhan pasti 

benar (membawa manfaat pada manusia), saat  dilakukan, Lalu ia mendekati gunung 

tersebut dan sesudah  dekat gunung menjadi beku (mengecil) satu suap, langsung 

dimakan terasa manis madu, dan membaca: ALHAMDULILLAAH. Dan terus berjalan 

menemukan bokor emas, seruan (diingat-ingat) simpanlah, lalu ia menggali tanah dan 

disimpanlah emas itu di dalamnya, tapi saat  ditinggalkan emas itu muncul keluar, 

terus ditanam lagi hingga berulang 3x, katanya: Seruan Tuhan sudah aku lakukan, 

dan ia meneruskan perjalanannya hingga sampai di suatu tempat, ia melihat burung 

dikejar elang, sesudah  burung tahu manusia, burung itu berkata: Hai Nabi Allah 

tolonglah aku, lalu diterimanya dengan baik dan dimasukkan kantongnya, Elang pun 

berkata: Hai Nabi Allah laparku tiada tertahan sejak pagi, aku memburu mangsaku, 

dan jangan kau putuskan harapanku dari rezekiku. Ia teringat seruan keempat: 

Jangan putus asa, lalu berupaya mengatasi masalah tersebut dengan memotong 

sedikit daging pahanya diberikan elang tadi, hingga terbang. Dan dilepaskanlah 

burung tadi. Yang kelima ia melihat bangkai busuk baunya, dan larilah ia daripadanya. 

Kemudian di malamnya ia berdoa: Ya Tuhan, seruanMu sudah kulakukan dan 

terangkan maksudnya. Jawaban Tuhan lewat mimpinya:  

 

Pertama yang kau makan, yaitu  "marah” yang semula kelihatan sebesar gunung, 

namun bisa menjadi kecil manis madu rasanya, jika bersabar dan tabah atau 

menahannya.  

 

Kedua, amal baik sekalipun disimpan, tetap terlihat (masyarakat).  

 

Ketiga, menerima amanat atau melakukannya dengan sebaikbaiknya, jangan curang 

atau mengkhianatinya,  

 

Keempat, berupayalah dalam membantu orang yang datang (minta pertolongan) 

padamu, sekalipun kamu ada urusan pribadi.  

 

Kelima, ghibah, maka hindarilah bergaul dengan manusia yang senang mengungkap 

kejelekan, kesalahan, atau kelemahan lain.  

  

 

144 Tanbih al-Ghafiln 

BAB 17  

Tentang Namimah (Adu Domba)  

 

Al Faqih , dari Hudzaifah   katanya: Aku dengar Rasulullah  bersabda: "Tidak akan 

masuk surga, tukang adu domba”  

 

Al Faqih, dari Abu Hurairah  katanya, Rasulullah  bersabda: ”Tahukah orang paling 

jahat di antaramu? Mereka menjawab: Allah dan RasulullahNya lebih mengetahui, 

beliau menjelaskan: yaitu orang bermuka dua, menghadap ke sini dengan muka dan 

kesana dengan muka yang lain”.  

 

Al-Faqih, dari Ibnu Abbas  katanya: Nabi  melewati dua kubur baru, sabdanya: (Orang 

di) kedua kubur ini tengah disiksa, bukan akibat dosa besar, melainkan yang satu 

akibat air kencing tidak bersih (ceboknya), sedang yang satunya lagi tukang adu-

domba, Lalu beliau mengambil ranting pohon hijau dibelah dua dan ditancapkan pada 

keduanya. Mereka (sahabat) bertanya: Ya Rasulullah, apa maksudnya engkau 

lakukan itu? Beliau menjawab: Semoga Allah meringankan siksa keduanya, selama 

ranting ini belum kering.  

 

Maksudnya bukan akibat dosa besar (yang disebut hadis tersebut) menurut 

pandangan umumnya manusia, padahal efek sampingannya sangat berbahaya, 

sebab  sisa air kencing merembes atau menetes, pakaian jadi najis dan tidak sah 

dibuat salat dan lain-lain, ibadat, dan ingatlah di akhirat hanya ada dua tempat, jika 

tidak masuk surga berarti dibakar api neraka.  

 

Dan bagi orang yang suka adu-domba, hendaklah bertaubat, sebab  hal itu sangat 

terhina di dunia, dan siksa di kubur, dan di neraka kelak di hari Kiamat, namun  jika 

bertaubat, insya Allah diterima selama belum mati.  

 

Rasulullah  bersabda:  

 

Artinya:  

 

145 Tanbih al-Ghafiln 

"Manusia paling jahat yaitu yang bermuka dua, datung ke tempaat dengan mukanya 

dan ke tempat lam dengan muka lain pula, Barang siapa bermulut dua di dunia. maka 

di hari Kiamat Allah membuatkan mulut dua dan api” (HR. Hasan)  

 

Tukang mengejek, memaki dan mengadu domba yaitu  disebutkan. Ada 3 perkara 

yang mengakibatkan beratnya siksa kubur, yaitu:  

 

1. Ghibah: 2. Kurang bersihnya air kencing, 3. Adu domba.  

 

Penjual hamba sahaya memperingatkan pembelinya "Hamba sahaya” ini punya ciri 

adu-domba, maka sebab  ciri itu dianggap enteng, pembeli itu tidak 

mengurungkannya. sesudah  beberapa hari di tempat majikannya yang baru, ia berkata 

kepada istri majikan, "Suami nyonya rupanya sudah tidak cinta lagi buktinya ia akan 

kawin lagi, maukah nyonya berusaha agar ia tetap mencinta? Istri majikan, jawabnya: 

Ya. Cobalah nanti jika suami nyonya tidur, cukurlah jenggot di lehernya. Lalu hamba 

itu beralih membujuk majikan (pria)nya, katanya: ”Istri tuan, kini mencintai pris Jain 

bermain dengannya, dan rencananya akan membunuh tuan, jika ingin tahu buktinya, 

cobalah tuan berpura-pura tidur. Kemudian majikan itu pura-pura tidur, tidak lama 

kemudian istrinya datang dengan pisau Cukur di tangannya. Maka suami 

(majikan)nya, mengira bahwa istrinya benar-benar akan membunuhnya, ia segera 

bangun merebut pisau di tangan istrinya, dan dibunuhlah istrinya sendiri itu. Berita ini 

dicium oleh orang tua istrinya, mereka datang langsung membunuh menantu (suami) 

tersebut. Dan peristiwa ini berkesinambungan sampai orang tua suami (majikan) itu, 

tidak menerimanya, yang akhirnya terjadilah pertumpahan darah (pertempuran) di 

antara kedua belah fihak, yaitu fihak keluarga suami dengan keluarga istrinya.  

 

Kata Yahya bin Aktsam, Fitnah (adu-domba) lebih berbahaya dan lebih buruk 

daripada sihir, sebab  fitnah lebih cepat proses kejahatannya, juga lebih berbahaya 

daripada setan, sebab  setan hanya dapat berupa bisikan dan khayal-bayangan, 

namun  fitnah langsung. berhadapan dan praktek nyata. Firman Allah:  

 

Artinya: "Pembawa kayu bakar”. (Lahab 4).  

 

 

146 Tanbih al-Ghafiln 

Para Mufassirin, sepakat mengartikannya, pembawa fitnah (adudomba), yang 

diserupakan dengan kayu-penyulut api permusuhan dan peperangan.  

 

Derajat paling rendah diakibatkan 4 perkara, yaitu,  

 

1. Fitnah,  

2. Dusta,  

3. Hutang,  

4. Yatim (Kata Aktsam bin Shaifi).  

 

Seseorang menempuh perjalanan 700 Km., tujuannya hanya akan belajar kalimat 

tujuh, yaitu :  

 

1. Sesuatu yang berat melebihi langit,  

2. Yang luas melebihi bumi.  

3. Yang keras melebihi batu,  

4. Yang panas melebihi api,  

5. Yang dingin melebihi zamharir,  

6. Yang dalam melebihi lautan,  

7. Yang buruk melebihi racun  

 

Kemudian menemukan jawabannya sbb:  

 

1. Menuduh orang yang tidak berbuat, yaitu  lebih berat melebihi langit,  

2. Kebenaran, yaitu  sangat luas melebihi bumi,  

3. Orang kafir bersikeras melebihi batu,  

4. Rakus sangat panas melebihi api,  

5. Hajat terhadap famili terdekat jika tidak terpenuhi, yaitu  dingin melebihi zamharir,  

6. Hati menerima apa adanya (gana'ah) yaitu  sangat dalam melebihi lautan.  

7. Adu-domba (Fitnah) sangat buruk dan jahat melebihi racun. (demikian 'Utbah bin 

Abi Lubabah).  

 

 

147 Tanbih al-Ghafiln 

Rasulullah  bersabda: saat  surga diciptakan, ia mendapat seruan, Bicaralah, Lalu 

katanya, Sangat beruntung manusia yang masuk padaku, Firman Allah: Demi 

Kemenangan dan KeagunganKu, 8 macam manusia haram menetap padamu, yaitu:  

 

1. Peminum arak (khamar),  

2. Pelacur,  

3. Tukang adu domba (pemfitnah),  

4. Germo, penampung pelacur (dayuts yang membiarkan istrinya berzina),  

5. Polisi,  

6. Wadam (pria yang berlagak wanita),  

7. Yang memutus (tali persaudaraan) famili,  

8. Sumpah dengan Asma Allah, akan melakukan kebaikan, namun  tidak diwujudkan 

dalam kenyataan. (Demikian Nafi dari Ibnu Umar). Barang siapa menerangkan 

keadaan orang lain kepadamu, pasti akan menyampaikan tentang keadaanmu pula 

kepada lain orang (Hasan Bashry).  

 

Umar sewaktu jadi Khalifah, kedatangan seseorang yang melaporkan tentang 

keadaan orang lain, lalu kata Umar:  

1. Jika kau mau, akan dicek kebenaran laporanmu itu,  

2. namun  jika dusta, berarti kau diancam ayat: .  

 

Artinya:  

"Jika seorang fasik datang dengan laporan atau keterangan, maka dicek (selidikilah) 

lebih dahulu .....” (Al Hujurat 6)  

3. Jika laporanmu benar, berarti kau diancam pula ayat:  

HAMMAAZIM MASSYAAIMBINAMIIM  

 

Artinya:  

"Pengejek yang suka mengadu domba”.  

4. Jika kau mau, maka aku memaafkanmu.  

 

Lalu ia memilih dimaafkan oleh Umar bin Abdul Aziz, katanya: Maafkan aku, ya Amir 

dan aku tidak akan mengulanginya.  

 

 

148 Tanbih al-Ghafiln 

Anak zina (maksudnya manusia berwatak anak zina yaitu suka memfitnah dan 

mengadu domba) tidak mampu menyimpan amanat pembicaraan, sedang 

bangsawan yaitu yang tidak mengganggu tetangganya.  

 

Firman Allah:  

 

Artinya:  

”Pengejek yang suka mengadu domba, kikir tiada budi, pendurhaka yang keterlaluan, 

sombong selain dari semua itu ia anak gina”. (Demikian Abdullah bin Mubarak)  

 

Seorang Ulama hikmah dikunjungi kawannya, sudah menjadi kebiasaan orang yang 

lama tidak jumpa, menceriterakan keadaan kawannya yang lain, namun  Ulama itu tidak 

suka dan menegumya, Ha kawan, lama kau tiada berkunjung, kini kau datang dengan 

3 dosa, yaitu: 1. Mengundang kebencianku kepada sesama kawan, 2. Kau membuat 

kacau pikiranku, 3. Aku menuduh kau dusta.  

 

Kemarau panjang melanda Bani Israil, lalu Nabi Musa berdoa bersama-sama 

kaumnya, namun  hujan tiada kunjung datang, sekalipun telah 3x berdoa, sampai Nabi 

Musa berdoa: Ya Allah, 3x hambamu memohon, namun  belum Kau terima juga. 

JawabNya, Doamu tidak Kuterima, sebab  di antara kaummu ada orang suka 

memfitnah (adudomba), Lalu: Siapa dia? JawabNya: Hai Musa Aku mengharamkan 

adudomba, kenapa hal itu harus Ku-perbuat? Taubatlah kalian semua, Maka turunlah 

hujan, sesudah mereka bertaubat. (Ka'bul Akhbar).  

 

Seseorang datang kepada Sulaiman bin Abdul Malik yang tengah duduk bersama 

Zuhry, kata Sulaiman, Informasi yang datang padaku, bahwa engkau menjelek-

jelekkan aku, benarkah itu? Jawabnya: Tidak, aku tidak merasa berbuat itu semua. 

Lalu katanya: Pembawa informasi itu benar-jujur, Zuhry menyahut: Orang yang suka 

mengadu-domba itu tidak benar dan tidak jujur. kemudian kata Sulaiman kepada 

Zuhry: Engkau benar, dan katanya pula kepada orang tadi: Selamat Jalan.  

 

Jika ada orang melaporkan, tentang caci-maki kawanmu, maka berarti orang itu (yang 

melapor) yaitu  telah mencaci-maki kamu. (Seorang Ulama Hikmah)  

 

 

149 Tanbih al-Ghafiln 

Seseorang yang mengada-ada pujian kepadamu, pasti di lain saat dia akan mengada-

ada caci-makian kepadamu (Wahb bin Munabbih).  

 

Jika seseorang melapor kepadamu bahwa Fulan menjelek-jelekkan namamu, maka 

hadapilah dengan 6 perkara:  

1. Jangan mudah percaya, sebab persaksian orang yang suka adu-domba tidak sah.  

Firman Allah : 

 

Artinya:  

"Hai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu dengan berita, 

sebaiknya kau selidiki terlebih dahulu, agar tidak sampai terjadi suatu kaum kau balas 

dengan kebodohan (jika demikian), maka kelak kau menyesal”. (M Hujurat 6)  

 

2. Engkau wajib melarang fitnah itu, yang berarti kau jalankan amar ma'ruf nahi 

munkar,  

 

3. Kau harus-benci terhadap perbuatannya, sebab  ia maksiat.  

 

4. Engkau jangan menyangka buruk kepada saudaramu yang difitnah itu, sebab  hal 

itu dilarang. Firman Allah. : 

 

Artinya: .  

”"Buhwasanya setenguh berprasangka buruk itu berdosa, dan janganlah menyelidiki 

kesalahan lain...."( Al Hujurat 12)  

 

5. Kau jangan menyelidiki keadaan orang yang difitnah itu, sebab  hal itu larangan 

Allah, (Al Hujurat 12).  

 

6. Engkau jangan memperluasnya, maksudnya perbuatan orang yang mengadu-

domba itu (kamu tidak senang atau membencinya) jangan disampaikan kepada 

siapapun. :  

 

WABILLAAHII TAUFIK (hanya dengan taufik Allah-lah).  

  

 

150 Tanbih al-Ghafiln 

BAB 18  

Tentang Hasud (Dengki dan Iri)  

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Hasan : bahwasanya Nabi  bersabda:  

 

Artinya:  

”Dengki dan husud keduanya dapat menghapus amal kebaikan seperti api membakur 

kayu”.  

 

Dan dengan sanad serupa, Ibrahim bin 'Iliyah bin Ubbad bin Ishak dari Abdurrahman 

bin Mu'awiyah, katanya: Nabi  bersabda: "Tiga perkara, seseorang tidak dapat 

selamat darinya, yaitu:  

 

1. Prasangka buruk,:, 2. Hasud, 3. Rasa khawatir (tidak memperoleh sesuatu).  

 

Sahabatbertanya: Ya. Rasulullah, dengan cara apa menyelamatkannya? Jawabnya:  

 

1. saat  rasa hasud menyelinap di hatimu, jangan kau turuti berlanjut,  

2. saat  kau berprasangka buruk kepada seseorang, jangan kau selidiki sampai 

terbukti,  

3. saat  kau khawatir tidak memperoleh (kebaikan), maka berusahalah hingga 

tercapai (pantang mundur).  

 

Al-Faqih dalam penjelasannya: saat  dalam hatimu terselip rasa hasud, maka jangan 

dibuktikan dalam alam kenyataan (lahiriyah), sebab Allah akan memaafkan selama 

hasud itu belum diucapkan dan dilakukan. Dan saat  berprasangka buruk, maka 

jangan berusaha mencari faktanya, kemudian saat  punya niat untuk sesuatu yang 

baik, lalu mendengar suara burung dan lain-lain menjadikan ragu atau melemahkan, 

maka sampaikan niat atau tujuan itu hingga berhasil dengan baik.  

 

Diriwayatkan bahwa, Rasulullah  yaitu  senang pada optimis, dan membenci pesimis, 

ataupun licik, sebab sifat semacam itu yaitu  warisan jahiliyah, kita berharap dan 

berlindung hanya kepada Allah semata. J Pp g nanya kep  

 

 

151 Tanbih al-Ghafiln 

saat  terdengar burung(hantu dan sebangsanya yang menegangkan), hendaklah 

berdoa, "Ya Allah tiada burung, kecuali Engkau pemiliknya, tiada kebaikan kecuali 

dariMu, Tiada Tuhan kecuali Engkau, dan tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan 

pertolongan Allah”.  

 

Lalu sampaikan tujuanmu, sebab  tidak ada sesuatu yang dapat membahayakan 

dirimu, kecuali seizin Allah.  

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah , katanya: Nabi  

bersabda:  

 

Artinya:  

"Jangan saling membenci, suling menghusud, dan jangan pula menipu (pura-puru 

menyuru barang, untuk menjatuhkan lain), maka jadilah hamba Allah yang akur 

(bersaudura)”.  

 

Hai anakku, mawas dirilah, lenyapkan rasa hasud, dan dengki, sebab hal itu akibatnya 

akan membahayakan dirimu secara nyata, sebelum dinyatakan pada musuhmu”. 

(Pesan Mu'awiyah)  

 

Tiada kejahatan melebihi hasud, sebab  sebelum hasud itu mengena sasarannya, 

terlebih dahulu 5 bencana menimpa penghasud (orang yang hasud)nya, yaitu:  

 

1. Hatinya selalu kacau.  

2. Ditimpa bala (cobaan) yang tiada pahala baginya.  

3. Seburuk-buruk celaan.  

4. Dimarahi Tuhan.  

5. Tidak mendapat taufik Allah . (Demikian Al-Faqih)  

 

Ingatlah, bahwa kenikmatan itu selalu diintai musuhnya, Siapa musuhnya ya 

Rasulullah Jawabnya: Mereka yang hasud itulah musuhnya”. (Al-Hadis)  

 

 

152 Tanbih al-Ghafiln 

Persaksian ahli baca Alquran dapat diterima oleh siapa saja, namun  antara mereka 

tidak dapat diterima, sebab  di antara mereka ada rasa saling menghasud dan iri hati. 

(Demikian Malik bin Dinar)  

 

Enam golongan yang masuk neraka akibat 6 perkara, yaitu:  

 

1. Para pejabat pemerintah, akibat aniaya (zalim),  

2. Para fanatik kebangsaan, akibat kesombongan,  

3. Para kades (kepala Desa atau Lurah) akibat congkak,  

4. Para tengkulak atau pedagang, akibat curang,  

5. Masyarakat desa, akibat jahil atau kebodohan,  

6. Para Ulama atau Cerdik-pandai, akibat hasud”.  

 

Yang dimaksud para Ulama, yakni mereka yang saling menghasud.  

 

Untuk itu, tujuan mencari ilmu wajib diatur (yaitu mencari rida Allah dan akhirat). 

Peringatan Allah kepada orang-orang Yahudi sbb:  

 

Artinya:  

"Mereka saling menghasud, sebab  Allah melebihkan (pemberi karunia) kepada 

mereka”. (Demikian Al-Faqih mengulas hadis tersebut)  

 

Seorang Ulama Hikmah mengatakan: Hati-hatilah kamu jangan sampai iri hati 

(hasud), sebab dosa-dosa yang diperbuat di langit ataupun di bumi (pada pertama 

kalinya) yaitu  akibat iri hati. Di langit, Iblis membangkang perintah Allah (disuruh 

hormat kepada Adam) yaitu  akibat iri hati kepada Adam, sehingga ia dikutuk oleh 

Allah. Lalu di bumi, Kabil membunuh adiknya (Habil) yaitu  akibat iri istri yang cantik.  

 

Firman Allah:  

 

Artinya:  

"Bacalah kisah dua putra Adam, saat  mereka berdua mengajukan korbannya, maka 

yang seorang (Habil) diterima, dan (Qabil) ditolak, katanya, Sungguh aku akan 

 

153 Tanbih al-Ghafiln 

membunuh kamu, Jawabnya: "Bahwasanya Allah hanya menerima dari orang yang 

bertakwa”. (Al-Maidah 27)  

 

Orang hasud tidak mungkin hidup senang, dan orang tiada berbudi, orang yang jemu, 

tidak awet dijadikan kawan, tiada kemanusiaan bagi pembohong, orang curang 

(khianat) tidak diterima pendapatnya, dan tiada akhlak bagi orang yang moralnya. 

(demikian Ahnaf bin Qasy)  

 

Aku tidak pernah iri kepada seseorang sebab  harta jika ia penghuni surga kenapa 

aku iri, padahal ia penghuni surga lalu jika ia penghuni mereka, buat apa aku iri, 

sebab  ia akan masuk neraka. (Ibnu Sirin)  

 

Hai sekalian manusia, kenapa kalian iri kepada saudaramu jika ia (orang yang kau 

hasud) diberi sesuatu sebab  kemuliaannya di sisi Allah, lalu untuk apa kau iri kepada 

orang yang dimuliakan Allah, jika tidak, maka buat apa iri kepada orang yang akan 

masuk neraka? (Hasan Bashry)  

 

Tiga orang yang doanya tertolak, yaitu:  

 

1 Yang haram makannya,  

2. Yang suka ghibah,  

3, Yang hasud kepada umat Islam. (Demikian Al-Faqih).  

 

Hasud tidak diperkenankan, kecuali kepada dua perkara, yaitu:  

 

1. Seseorang yang diberi kepandaian Alquran, lalu mengamalkannya sctiap hari dan 

malamnya,  

2. Seseorang yang dikaruniai harta, lalu bersedekah siang-malam. (HIR. Ibnu Syihab, 

Salim, dan ayahnya).  

 

Yang dimaksud dalam hadis tersebut, yakni bersungguh-sungguh menginginkan 

amalan yang dilakukan mereka, seperti bangun malam (melakukan salat dan baca 

Alquran), bersedekah.  

 

 

154 Tanbih al-Ghafiln 

Firman Allah:  

 

Artinya:  

”Jangan menginginkan upa yang diberikan Allah sebagai karunia kepada setengah 

kamu atas lainnya”.  

 

Artinya:  

"Mintalah kepada Allah dari karuniaNya”.  

 

Oleh sebab  itu setiap muslim wajib membersihkan diri dari hasud, sebab  dengan 

hasud berarti seseorang menentang hukum Allah, dan berarti pula menentang 

kepastianNya dalam hal memberi karunia kepada siapa yang Ia kehendaki 

(diridaiNya). (Al-Faqih).  

 

Abu Hurairah bertanya tentang kewajiban muslim terhadap sesamanya, Jawab beliau 

,  

 

Artinya:  

Kewajiban seorang muslim dalam memenuhi hak terhadap sesamanya, enam yaitu:  

 

1. saat  berjumpa memberi salam,  

2 Kerika diundang, memenuhinya,  

3. saat  minta nasihat, berilah nasihat yang benar,  

4. saat  bersin lalu bertahmid, maka doakan,  

5. saat  sakit, tengoklah,  

6. saat  meninggal dunia, antarkanlah sampai ke kuburnya”. (HR. A'la, dari ayah'nya 

Abdurrahman, dari Abu Hurairah )  

 

Al-Faqih, dari Anas bin Malik  katanya: Aku melayani Nabi  sejak usia 8 tahun, 

pelajaran pertama kata beliau, Hai Anas sempurnakan wudumu untuk salat, agar 

malaikat penjagamu sayang dan menambah umurmu. Hai anas, sempurnakan mandi 

jinabatmu, sebab  setiap rambut (di bawahnya) ada jinabat. Tanyaku: Ya Rasulullah, 

bagaimana caraku menyempurnakan? Jawabnya: Resapkan hingga ke dalam 

rambutrambutmu dan bersihkan kulitnya, agar kau diampuni dosanya. Hai Anas, salat 

 

155 Tanbih al-Ghafiln 

Dhuha jangan kau lupakan, sebab  itu, kelakuan orangorang yang kembali pada Allah. 

Dan tambahlah salat malam, dan siang sebab  selama kau salat para malaikat 

mendoakan kamu. Hai Anas, saat  salat berdirilah dengan tegak dihadapan Allah dan 

saat  rukuk, letakkan kedua tanganmu pada lututmu, renggangkanlah jari-jarimu dan 

renggangkan pula kedua lengan tangan dari pinggangmu, dan saat  'tidak tegaklah 

hingga setiap anggota kembali ketempatnya, saat  sujud, wajah melekat ke tanah, 

jangan seperti burung mematuk makanan, dan kedua lengan tangan jangan kau 

hamparkan seperti pelanduk, dan saat  duduk di antara kedua sujud, jangan seperti 

anjing duduk, letakkanlah pantat di antara kedua kaki dan letakkan pula bagian atas 

tapak kaki ke tanah, sebab salat yang tidak sempurna rukuksujudnya, tiada nilai bigi 

Allah. Dan langgengkanlah suci dari hadats (punya wudu) sepanjang siang dan 

malam, sewaktu-waktu maut menghampirimu, kau dalan keadaan suci (berwudu), 

dengan demikian berarti kau mati syahid.  

 

Hai Anas, berilah salam setiap kau masuk rumah, dan jika ada perlu (kamu keluar) 

berilah salam kepada setiap muslim yang berjumpa denganmu, agar kelezatan iman 

merasuk dalam kalbu, dan saat  keluar kau terkena dosa, maka kembali dengan 

diampuni dosamu.  

 

Hai Anas, janganlah kau pendam hasud, dengki kepada seorang muslim baik siang 

atau malam hari. Inilah ajaranku, Barang siapa mengikuti ajaranku, berarti cinta 

kepadaku, yang berarti pula ia akan berdampingan denganku di surga.  

 

Hai Anas, saat  kau amalkan dan berhati-hati (memelihara) sebaikbaiknya pesan 

atau ajaranku ini, maka tiada sesuatu yang lebih dicinta, dari pada maut, sebab  di 

situlah istiraharmu. Membersihkan kalbu dari hasud dan dengki terhadap sesama 

muslim yaitu  sunnah Rasulullah, Barang siapa mengikuti sunah Rasulullah atau 

melakukannya, berarti cinta Rasulullah yang diperkenankan mendampingi beliau di 

surga. Oleh sebab  itu setiap muslim diwajibkan membersihkan diri dari hasud dan 

dengki, sebab  hal itu merupakan amal yang utama. (Demikian Al Faqih dalam 

mengulas hadis tersebut di atas).  

 

Al-Faqih dari ayahnya, dengan sanadnya dari Anas bin Malik katanya: "saat  kami 

mendampingi Nabi 55, tiba-tiba beliau bersabda: Seorang penghuni surga akan 

 

156 Tanbih al-Ghafiln 

mengunjungimu dengan kedua sandal ditangan kirinya, lalu tidak lama sesudah itu 

datanglah ia, memberi salam dan duduk bersama kami. Kemudian pada hari 

berikutnya Rasulullah bersabda sebagaimana hari pertama, dan datanglah ia, dengan 

keadaan seperti kemarin. Dan pada hari ketiga beliau  bersabda sebagaiman hari 

pertama dan kedua, ia datang lagi, saat  ia akan pulang Abdullah bin 'Amr Al-Ash 

mengikuti dan berkata kepadanya: Pada keluargaku adi sedikit masalah, sehingga 

aku tidak akan pulang selama 3 hari-malam, dan jika kau mengizinkan aku akan 

bermalam di tempatmu selama itu (8 hari-malam), Jawabnya: Baiklah, Kembali pada 

Anas, katanya: Abdullah bin 'Amr bicarakan tentang waktu bermalam di tempat orang 

itu, ia menyatakannya tidak bangun (salat) malam, hanya berzikir saat  tidur sampai 

bangun fajar, dan wudu'nya sempurna, salatnya khusyuk, dan tidak puasa sunah, 

demikian yang diamalkannya selama 3 hari-malam aku dirumahnya, ya tidak lebih dari 

itu, cuma dia tidak berkata-kata, kecuali yang baik. Dan sesudah  habis waktuku (3 hari-

malam), maka kataku kepadanya: Sebenarnya di dalam rumah tangga (keluarga)ku 

tiada masalah apa-apa, aku hanya sekedar ingin tahu amalanmu sebab  Nabi  

bersabda sampai 3x bahwa kau yaitu  penghuni surga, maka aku usahakan  

bermalam di rumahmu, dengan tujuan nanti aku mengetahui amalanmu akan 

menirunya, namun  menurut aku kau tiada kelebihan, lalu apa yang menjadikan beliau 

bersabda demikian itu? Jawabnya: Amalanku ya seperti yang kau lihat selama itu, 

Lalu aku permisi pulang, tapi kemudian m aku dipanggil, katanya, Disamping itu, ada 

lagi yaitu: Aku tidak punya rasa iri atau dengki, terhadap muslim (artinya: segala apa 

yang mereka miliki dari kenikmatan). Lalu kataku, Inilah yang disabdakan oleh Nabi  

sampai tiga kali, tentang engkau, dan itulah yang kami belum mampu melakukannya”.  

 

Lima perkara yang dinyatakan orang hasud atau dengki, dalam menentang Allah, 

yaitu: 1. Ja membenci nikmat Allah yang diberikan pada lain orang, 2. Ia tidak rela 

ketentuan Allah dalam hal pembagian rezeki padanya, hati kecilnya berbicara, Kenapa 

demikian caraMu membagi rezeki dil. 3. Ia kikir terhadap karunia Allah. 4. Ia menghina 

kekasih Allah, sebab  harapannya melenyapkan nikmat Allah yang diberikan kepada 

orang tersebut. 5. Ia pasukan (bala tentara)nya iblis, yang selalu siap membantunya. 

(Demikian kata seorang Ulama hikmah).  

 

Sangsi bagi orang hasud atau dengki ialah sbb:  

1. Ia selalu rendah dan terhina di tengah-tengah (pergaulan) masyarakatnya,  

 

157 Tanbih al-Ghafiln 

2. Ia dibenci dan dikutuk oleh para malaikat,  

3. Pikiran selalu kacau dan duka terutama di tempat sunyi (sendiran) 

4. Terasa berat dan sulit saat  menghadapi naza' (sakaratul my) dibayangi rasa takut,  

5. Menanggung malu dan siksa di hari Kiamat,  

6. Tempatnya, di neraka yang membakar dirinya. (demikian Al-Faqih) Allah Maha 

Mengetahi.  

 

 

 

 

  

 

158 Tanbih al-Ghafiln 

BAB 19  

Tentang Sombong  

 

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Mash'ab, dari ayahnya dari Ka'bul 

Ahbar: "Orang sombong kelak di hari Kiamat mengecil sekecil semut, ia terhina di 

tempat mana saja, masuk neraka diberi minum thinatul khabal (yaitu) darah campur 

nanah penghuni neraka”.  

 

Dari Sufyan bin Mis'ar katanya: Husain bin S. Ali  lewat pada orang miskin yang tengah 

sarapan roti di atas kain. Lalu mereka menawarkannya: Hai Aba Abdillah mari makan 

bersama kami, ia segera turun seraya berkata:  

 

Artinya:  

"Bahwasanya Allah tidak senang orang sombong”.  

 

Dan ia duduk ikut makan bersama, katanya pula, Aku telah memenuhi tawaranmu, 

sekarang tiba giliranku mengajak kalian makan bersama di rumahku, ia menyuruh 

sahayanya: "Hidangkanlah makanan apa saja yang kau simpan”.  

 

Dengan sanad tersebut, di atas pula, Al Faqih meriwayatkan Sufyan, Abu Hazim, Abu 

Hurairah, Rasulullah  bersabda: Ada 3 golongan manusia yang dibiarkan dan jauh dari 

rahmat Allah di Kiamat, mereka disiksa dengan siksaan amat pedih, yaitu:  

 

1. Tua bangka yang tetap berzina,  

2. Penguasa yang bohong,  

3. Kere (orang fakir) yang sombong”.  

 

Al-Faqih, Rasulullah  bersabda: Tiga golongan manusia perintis (masuk) surga 

pertama, yaitu:  

 

1. Yang mati syahid,  

2. Rakyat kecil yang sangat sibuk (dengan urusan penghidupan)nya di dunia, namun  

tidak lupa urusan (amal dan ibadat) akhiratnya,  

3. Rakyat gembel (fakir) yang banyak anaknya dan selalu merendah (tawadlu”),  

 

159 Tanbih al-Ghafiln 

 

Dan ada pula 3 golongan manusia perintis jalan neraka (masuk pertama), yaitu:  

 

1. Penguasa keras kepala (kejam),  

2. Jutawan atau hartawan yang tidak mengeluarkan zakatnya,  

3. Kere (miskin) namun  sombong”.  

 

Ada 3 manusia dari 3 golongan yang sangat dibenci Allah, yaitu:  

 

1. Tua bangka yang fasik,  

2. Hartawan yang kikir,  

3. Kere (gembel miskin) yang sombong.  

 

Dan ada pula 3 manusia dari 3 golongan yang sangat dicintai Allah yaitu:  

 

1. Seorang pemuda yang bertagwa,  

2. Seorang miskin tapi dermawan,  

3. Jutawan atau hartawan yang merendah. (Al Hadis).  

 

Tidak akan masuk surga manusia yang sombong, sekalipun hanya seberat zarrah (biji 

jagung). Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, aku senang pakaian bersih, sandal dan 

tali pecutku, masukkah ke dalamnya? Jawabnya: "Bahwasanya Allah itu Indah, dan 

senang keindahan, dan senang saat  nikmatNya membekas pada yang diberiNya, 

Sebaliknya Dia benci kemiskinan dan bergaya miskin, sombong ialah berpaling dari 

kebenaran dan manusia”. (HR. Habib bin Abi Tsabit dari Yahya bin Lu'lah).  

 

Tidak termasuk sombong, orang yang mau menjahit sandalnya, menembel 

pakaiannya dan wajahnya bersujud di tanah menyembah Allah”. (HR. Hasan)  

 

Sifat sombong lenyap dari jiwa manusia yang dapat berbaju wol, membetulkan 

sandalnya, berkendaraan khimar, memerah sendiri kambingnya dan makan bersama 

dengan keluarga (anak istri)nya, serta duduk bersama orang miskin”. (Al-Hadis)  

 

 

160 Tanbih al-Ghafiln 

Nabi Musa  bertanya: Ya Tuhan, siapa makhluk yang Kau benci? JawabNya, Manusia 

sombong, yang kasar ngomongnya, namun  imannya lemah serta kikir”.  

 

Merendah diri (tawadlu”) yaitu  suatu sikap yang dapat mengangkat atau menjadi 

mulia, dan setiap nikmat pasti ada yang sentimen, kecuali tawadlu'. (Urwah Zubair)  

 

Hasil bergana'ah yaitu istirahat (tenang), dan hasil tawadlu' yaitu simpatisan 

masyarakat. (Ulama Hikmah)  

 

Kapten tentara Hajjaj (bernama Muhallab Abi Sufrah) mengenakan pakaian sutra, 

berjalan dengan sombongnya, ditengah jalan diingatkan (oleh Mutharrif Abdullah 

Syuhairy): Hai ...., berjalanmu dimarahi Allah dan RasulullahNya? Jawab Kapten, Kau 

belum kenal, siapa aku ini? Jawabnya: Aku sudah lama mengenalmu, yaitu sperma 

yang sangat keji asalmu, dan akhir hayatmu bangkai yang keji dan busuk, dan selama 

ini yang kau bawa (di dalam perutmu) yaitu  kotoran bau. Maka dengan jawaban 

seperti itu, langsung ia sadar, dan merubah sikap hidupnya.  

 

Seorang mukmin berbangga dengan Tuhannya (Allah), dan mulia sebab  agama 

(Islam)nya, sedangkan munafik berbangga dengan bangsanya, dan anggapannya 

mulia dengan hartanya (Ahli Hikmah).  

 

saat  ada orang tawadlu', maka kamupun harus membalasnya dengan tawadlw', 

namun  saat  ada orang sombong, maka atasi mereka, sebab  laku sombong bagi 

mereka suatu penghinaan dan balasan darimu merupakan sedekahmu (Hadis dari 

Umar ). '  

 

Tiada seseorang bertawadlu' sebab  Allah, kecuali diangkat menjadi mulia”, (Hadis 

dari Abu Hurairah .)  

 

Pokok tawadlu yaitu:  

1. Mengucapkan salam kepada orang Islam yang kau kenal,  

2. Rela duduk di mana saja dalam majelis,  

3. Amal dan takwanya tidak senang jika disebut-sebut. (Demikian Umar -).  

 

 

161 Tanbih al-Ghafiln 

Camkanlah, sombong yaitu  sifat orang kafir dan Fir'aun, sedangkan tawadlu' yaitu  

sifat para Nabi dan orang baik-baik. Firman Allah:  

 

Artinya:  

"Bahwasanya mereka jika ada sebutan ”LAA ILAAHA ILLALLAAIN” menyombongkan 

diri”, (Shaffat 35)  

 

Artinya:  

"Qarun, Fir'aun dan Ilaman, sungguh sombong di atas bumi, Musa menyampaikan 

ajaran agama dan mukjizat, sebab nya mereka tidak luput dari kehancuran (seperti 

orang-orang terdahulu yang semestinya menjadi peringatan bagi mereka)”. (Ankabut 

39)  

 

Artinya:  

"Orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah akan masuk neraka 

jahannam sebagai manusia terhina”. (Ghafir 60)  

 

Artinya:  

”Diserukan, masuklah kalian lewat pintu jahannam dan kekal di dalamnya, itulah 

seburuk-buruk tempat orang yang sombong”. (Zumar 72)  

 

Adapun orang tawadlu' Allah memujinya dalam ayat-ayat sebagai berikut:  

 

Artinya:  

”Hamba-hamba Allah yang hidup di atas bumi selalu tawadlu' saat  disapa orang jahil, 

mereka menjawab dengan kata-kata yang penuh keselamatan”. (Furqan 63)  

 

Artinya:  

”Merendahlah kepada orang-orang yang beriman (para pengikutmu)”. (Asy Syu'ara 

215)  

 

Artinya: ”Bahwasannya engkau (Muhammad) manusia yang berahklak mulia dan 

berbudi tinggi”. (Al Qalam 4)  

 

 

162 Tanbih al-Ghafiln 

Di antara ahklak beliau   yang paling dikenal yaitu  tawadlu', sampai terbiasa 

berkendaraan khimar dan memenuhi undangan rakyat kecil, serta duduk bersama 

orang-orang miskin dan rendahan. Di sing nyatalah bahwa tawadlu' yaitu  ahklak 

paling mulia dan bobot orang baik-baik (Shalihin), maka seyogyanya kita mengikuti 

jejak mereka.  

 

Umar bin Abdul Aziz sudah terbiasa habis Isya menulis keperluannya, tiba-tiba pada 

suatu malam datanglah seorang tamu, sedangkan lampunya ketip-ketip hampir mati, 

lalu kata tamunya: Hai Amirul mukminin, lampunya akan kuperbaiki, Jawabnya: "Tidak 

berprikemanusiaan, seseorang yang memakai tenaga tamunya”. Lalu: Bolehkah 

sahaya anda kupanggil? Jawabnya: Tidak, ia tengah menikmati tidurnya, kemudian 

Umar bangun mengisi lampunya dengan minyak tanah. Tanya tamu itu: Ya Amir, anda 

sendiri yang memperbaikinya? Jawabnya: "saat  aku bangun namaku Umar, dan 

kembali juga tetap Umar, tawadlu' yaitu  sebaik-baik manusia di sisi Allah.  

 

saat  Umar Khatthab berkunjung ke Syam (Syiria), para pejabat dan Ulama setempat 

dalam rangka menyambut kedatangan pembesarnya, mohon naik kendaraan (kereta) 

agar para hadirin melihatnya, namun  jawab Umar, Kalian mengira urusan ini dari 

bawah, sebenarnya urusan ini dari atas (langit). (Demikian Qais Abu Hazim).  

 

Riwayat lain, ceriteranya sbb: saat  Umar berkunjung ke Syam, naik kendaraan 

(unta) bergantian dengan pembantunya, setiap satu farsakh, dan tepat masuk kota 

jatuh giliran pembantu naik kendaraannya dan Umar menuntunnya, kebetulan 

jalannya becek, lalu dengan menuntun unta sandalnya dikempit pada ketiaknya, Abu 

Ubaidah Jarrah (gubernur Syiria) datang pertama menyambutnya dan berkata: ”Ya 

Amir, seluruh pejabat Syiria siap menyambutnya, oleh sebab  itu bagaimana nanti jika 

mereka mengetahui Amirul mukminin bersikap demikian? Jawabnya: "Bahwasanya 

Allah telah menjunjung kami mulia dengan Islam, oleh sebab  itu kami tidak peduli 

ejekan orang”.  

 

Salman Farisy (gubernur Mada'in) saat  berjalan di pasar dipanggil oleh seorang 

terkemuka kota itu (dikira kuli), disuruh membawakan segala belanjanya. Dia tidak 

menolaknya, dan setiap orang berpapasan dengannya (ia sedang membawakan 

belanja tadi) berkata: Semoga Allah selalu menolong gubernur dan menambah 

 

163 Tanbih al-Ghafiln 

kebaikannya, bawaannya itu diminta untuk dibawakan namun  ia terus membawakan 

belanja hingga ke rumah orang tadi. sesudah  mengerti dari setiap orang yang 

berpapasan dengan Salman, orang itu sangat malu dan minta maaf kepadanya, 

katanya: "Aku berjanji tidak akan menghina orang lagi, sesudah peristiwa yang 

membuatku malu ini”.  

 

Seorang gubernur Kufah (Ammar Yasir) pernah membeli makanan ternak (rumput), 

sesudah  dilayani oleh penjualnya, rumput itu diangkat di atas bahunya dan dibawa 

sendiri sampai ke rumahnya.  

 

Abu Hurairah  sesudah  dilantik menjadi gubernur kota Bahrain, ia memulai masuk kota 

dengan naik himar, masyarakat belum mengenal gubernurnya yang baru, mereka 

berjejal di jalan, sampai ia berkata kepada khalayak ramai: Berilah jalan bagi amir 2x, 

demikian akhlak sahabat Nabi.  selalu tawadlu', padahal mereka mulia dipandang 

Allah, para malaikatNya dan semua masyarakatnya.  

 

Kata Abu Hurairah Nabi  bersabda: Harta tidak akan kurang sebab  disedekahkan 

(sebagaian kecilnya), dan orang pemaaf ditambah kemuliaannya oleh Allah.  

 

Nabi  tengah makan daging kering (dendeng) di nampan (talam) sambil duduk 

bertekuk lutut (hal itu terjadi di rumah 'Aisyah), lalu masuklah seorang wanita buruk 

omongannya, katanya: "Lihatlah orang itu duduknya seperti sahaya (hamba), Jawab 

beliau  : Betul, sejak lama hal itu kualami, baik duduk atau makanku. Lalu beliau 

mempersilahkan makan. namun  jawabnya: Tidak, kecuali kau suapi dengan 

tanganmu, Beliau memenuhi permintaannya, tapi kata wanita itu: Tidak, kecuali jika 

kau suapi aku dengan mulutmu (seperti burung memberi makan anaknya), kebetulan 

beliau tengah makan daging yang berotot, lalu dikeluarkan dan diberikan wanita itu, 

dan saat  makanan itu masuk dalam perut, tiba-tiba ia merasa malu, sampai tidak 

dapat melihat orang dan tidak mendengar lagi ia berkata keji hingga matinya.  

 

Kunci harta kekayaan bumi dipercayakan kepadaku, lalu aku ditawari: Pilih menjadi 

Hamba dan Nabi ataukah manjadi Nabi dan Raja, lalu isyarat Jibril kepadaku agar aku 

tawadlu (pilih) menjadi Hamba dan Nabi, kemudian isyarat itu kupenuhi (menjadi 

 

164 Tanbih al-Ghafiln 

Hamba dan Nabi) dan kelak manusia pertama keluar dari bumi yaitu  aku dan yang 

pertama pula dalam memberi syafaat. (HR. Hasan)  

 

Barang siapa tawadlu' sebab  khusyuk, maka Allah meninggikan derajatnya di hari 

Kiamat, sebaliknya Barang siapa membanggakan diri, maka Allah merendahkannya 

di hari Kiamat (Ibnu Mas'ud).  

 

Barang siapa mati, sedang ia tidak melakukan 3 perkara, pasti masuk surga, yaitu:  

 

1. Sombong,  

2. Curang,  

3. Hutang (Hadis riwayat Qatadah).  

 

Al Faqih, Ali bin Abu Thalib masuk pasar membeli gamis seharga 6 dirham, katanya: 

(kepada pembantunya), Hai orang hitam, pilihlah mana yang kau sukai, lalu 

pembantunya memilih gamis yang lebih baik, dan S. Ali memakai sisa pilihannya, dan 

saat  dipakai lengannya terlalu panjang, lalu dipotong kanan-kirinya dengan pisau, 

tepat hari itu Jumatia berkhutbah maka sisa potongan (benang)nya terlihat di tapak 

tangannya. Dan saat  ia melihat orang memakai kain di bawah tumitnya, Ali berkata: 

Naikkan kainmu, hal itu lebih memelihara kebersihan kainmu, serta lebih takwa di 

dalam hatimu, juga lebih berkah bagimu (artinya tidak mudah terlepas dan tidak 

mudah rusak).  

 

Dari Abu Hurairah  Nabi  bersabda: Allah  berfinnan: "Kebesaran yaitu  sarungKu 

dan kesombongan yaitu  selendangKu, maka Barang siapa menyerupai Aku dalam 

hal Kebesaran atau Kibir, Aku lemparkan dia ke dalam api neraka”. Al-Faqih dalam 

mengulas hadis tersebut di atas, mengatakan, Kedua sifat Allah tersebut dimuat 

dalam Alquran, oleh sebab nya manusia yang lemah (seperti aku) ini, tidak pantas 

menyandang (sombong)nya.  

 

  

 

165 Tanbih al-Ghafiln 

BAB 20  

Tentang Ihtikar (Menggaruk Untung dengan Menimbun Makanan)  

 

Al-Faqih , Rasulullah  bersabda: "Tiada penimbun makanan kecuali orang yang 

durhaka”.  

 

Kata Ibnu Umar, Nabi  bersabda:  

 

Artinya:  

"Barang siapa menimbun bahan makanan selama 40 hari berarti memutuskan 

(hubungan) dengan Alah, dan rahmatNyapun putus baginya”.  

 

Rasulullah  bersabda: "Orang yang mengimpor makanan (dari luar negeri atau luar 

daerah demi kemakmuran masyarakat bangsanya) diberkati rezekinya, dan orang 

yang menyimpan bahan makanan (dengan tujuan membubungkan harga) yaitu  

terkutuk”. (Sa'id Musayyab dari Umar )  

 

Seorang pemuda akan mencari pekerjaan, sebelumnya diajak orang tuanya bertanya 

kepada Nabi  lalu Jawab beliau :  

 

1. Anakmu jangan kau ikutkan penjual gandum, sebab  menimbun bahan makanan 

40 malam, lebih keji dibandingkan dengan pelacur atau peminum arak,  

2. Danjangan diikutkan jagal (tukang potong hewan), sebab  rasa kasih dalam hatinya 

lenyap,  

3. Dan jangan pula kepada pedagang kain kafan (khusus), sebab  ia selalu berharap 

umatku (dewasa atau anak-anak) musnah, bahkan ia lebih suka dari dunia dan isinya”. 

(HR. Syu'by).  

 

Larangan yang dimaksud dalam hadis tersebut di atas, membeli bahan makanan 

penduduk setempat (lalu ditimbun), padahal mereka tengah membutuhkan sekali. 

Sedangkan mengimpor dari luar (sekalipun ditimbun) tidak termasuk dalam larangan 

ihtikar, namun  jika masyarakar setempat sangat membutuhkannya dan dia tidak 

menjualnya maka ia tergolong manusia jahat, yang tiada rasa kasih sayang terhadap 

sesama muslim. Dan yang utama dia menjual timbunan makanannya, jika tidak, maka 

 

166 Tanbih al-Ghafiln 

harus dipaksa untuk menjualnya, dan jika ternyata menolak, maka di hukum ta'zir 

(dipukul), tentang harga tidak dibatasi, hanya di suruh menjual dengan harga umum.  

 

Aku tidak akan menentukan harga, bahwasanya Allah-lah yang menentukannya. (Al-

Hadis).  

 

Beliau  bersabda pula: Mahal-murah, keduanya dari Allah, pertama disebut keinginan 

dan kedua disebut ketakutan.  

 

harga itu akan dimurahkan, maka Allah menaruh rasa takut hati mereka, sehingga 

simpanan yang ada dikeluarkan semua, murahlah harganya, dan jika harga itu akan 

dimahalkan, maka Allah menenangkan hati mereka, sehingga bahan makanan tetap 

tertimbun dan mahallah harganya. (Al-Hadis).  

 

Jika orang Islam saling menaruh rasa kasih sayang terhadap sesama muslimnya, 

pasti Allah membalasnya dengan kasih-sayang dan pahala yang sangat besar. 

Seperti kisah seorang abid di zaman dulu, ia berjalan melihat gundukan (bukit) pasir, 

di dalam hatinya terlintas keinginan: Seandainya gundukan pasir itu menjadi beras 

atau gandum, pasti kenyanglah kaumku yang tengah menderita kelaparan. Kemudian 

Allah menurunkan wahyu kepada Nabinya: Katakan kepada Fulan bahwa Allah telah 

membalas pahala bagimu, seperti bersedekah beras atau gandum sebesar bukit pasir 

itu (kata Al-Faqih): saat  abid itu berniat baik, maka Allah membalasnya pahala 

niatnya dan rasa kasih sayangnya terhadap sesama muslimnya.  

 

Ada orang minta nasihat Abdullah Abbas - . Jawabnya: 

 

Artinya:  

"Baik, kupesankan 6 perkara kepadamu, yaitu:  

 

1. Hendaklah engkau yakin terhadap sesuatu (reseki) yang telah menjamin bagimu,  

2. Lakukanlah (salar dll) tardu yang diwajibkan padamu, tepat pada wakrunya,  

3. Basahilah lisanmu dengan selalu bersikir kepada Alah,  

4. Jangan kau ikut ajakan setan, sebab ia hasud kepada manusia  

5. Janganlah duniamu kau makmurkan, sebab ia akan merusak akhiratmu,  

 

167 Tanbih al-Ghafiln 

6. Nasihatilah umat Islam berdasarkan rasa kasih sayang kepada mereka sepanjang 

hidupmu.  

 

Seyogyanya kita saling mengasihi dan menyayangi kepada sesama muslim, itulah 

bukti kesejahteraan dan kebahagiaan (Demikian nasihat Al-Faqih) bahkan, lebih lanjut 

beliau menyebutkan 11 bukti lainnya, yaitu:  

 

1. Tidak rakus harta, keinginannya sangat mendambakan akhirat,  

2. Bersemangat dalam melakukan ibadat dan belajar Alquran,  

3. Bicara hanya secukup keperluannya,  

4. Aktif melakukan salat 5 waktu (dengan berjamaah),  

5. 'Tawadlu' (rendah hati),  

6. Pergaulannya terbatas pada orang-orang shalih,  

7. Wira'i (berhati-hati) dalam hal haram,  

8. Dermawan (pemurah hati) dan baik,  

9. Kasih sayang terhadap sesama insan (makhluk),  

10. Dapat diambil manfaatnya oleh sesama insan (makhluk).  

11. Selalu mengingat datangnya mati (maut).  

 

Disamping itu, beliau menyebutkan 11 bukti kebinasaan, yaitu:  

 

1. Rakus harta,  

2. Pemuasan nafsu (syahwat) dan kelezatan dunia semata tujuan utama hidupnya,  

3. Bicaranya banyak lagi keji,  

4. Tiada perhatian terhadap salat 5 waktu,  

5. Barang haram dan syubhat menjadi lalap hariannya, dan para penjahat atau pelacur 

pergaulan sehari-harinya,  

6. Bejat moral,  

7. Sombong,  

8. Kikir, tiada rasa kasih-sayang,  

9. Tidak tahu hak dan kewajiban terhadap sesama muslim,  

10. Kikir harta, (tidak mau zakat atau sedekah),  

11. Lupa bahwa dirinya akan mati.  

 

 

168 Tanbih al-Ghafiln 

 

 

 

 

 

  

 

169 Tanbih al-Ghafiln 

BAB 21  

Tentang Larangan Tertawa Terbahak-bahak  

 

Al-Faqih , nasihat Nabi Isa kepada para sahabatnya (AlHawariyyin), Hai garam bumi, 

janganlah kalian berbuat kerusakan, sebab segala kerusakan dapat diobati dengan 

garam, namun  jika garam itu sendiri yang rusak maka diobati apapun tidak bisa. Hai 

para sahabatku yang setia: Janganlah memungut bayaran anak didik, kecuali 

sebagaimana kesadaranmu terhadap aku, ketahuilah: pada dirimu terbukti adanya 

dua kejahilan yang menyolok, yaitu:  

1. Tertawa terbahak-bahak,  

2. Tidur nyenyak lupa bangun malam.  

 

Al Faqih dalam keterangannya: Yang dimaksud garam bumi yaitu  para Ulama yang 

aktif mengajarkan ilmunya, menunjukkan Jalan yang benar, dan menyempurnakan 

akhlak manusia, namun  Jika Ulama itu sendiri tidak lagi berfungsi, maka masyarakat 

awam akan hidup dalam kegelapan. Fungsi Ulama yaitu  penyuluh umat, dan 

penerang masyarakat ke jalan lurus yang diridai Allah  disamping sebagai pewaris 

para Nabi, yang selalu berpijak pada Allah:  

 

Artinya:  

"Katakanlah, aku tiada mengharapkan bayaran darimu, kecuali agar kalian mengasihi 

kerabatku. Sedangkan bayaranku teluh ditanggung oleh Allah.  

 

Dan tertawa terbahak-bahak yaitu  kurang baik (makruh), juga semalaman tidur, lupa 

bangun malam yaitu  pertanda kurang sehat akal.  

 

Tidur pagi hari menunjukkan ahmak (degil), sedangkan yang baik tidur siang hari, dan 

di sore hari menunjukkan kebodohan" (Al-Hadis).  

 

Al-Faqih', pada suatu hari Nabi  melihat orang ngomong, ngomong disertai tawa-tawa, 

lalu beliau mengingatkan mereka. Hendaklah kalian ingat hal-hal yang melenyapkan 

kelezatan, tanya sahabat: Apakah itu ya Rasulullah, Jawabnya: Yaitu mati. Kemudian 

beliay melihat lagi orang-orang tengah tertawa terbahak-bahak, sahdanya: "Demi 

Allah, ingatlah kalian, jika kalian mengetahui sebagaimana yang aku ketahui, pasti 

 

170 Tanbih al-Ghafiln 

sedikit tertawa dan banyak tangis bagi kalian. Dan pada kesempatan yang lain beliau 

melihat lagi hal semacam itu, lalu beliau uluk salam dan bersabda: "Pada mulanya 

Islam itu asing, dan akan kembali: seperti semula (asing), beruntunglah manusia asing 

(beragama Islamj kelak di hari Kiamat, Siapa dia itu ya Rasulullah, Jawabnya: "Mereka 

yang mau memperbaiki (akhlak manusia) di saat kebejatan (moral melanda semua) 

manusia.  

 

Al-Faqih  Di saat Nabi Musa  ditinggal pergi, ia minta nasihat Nabi Khidir seLalu 

nasihatnya sebagai berikut:  

 

Artinya:  

"Hai Musa, jangan terlalu banyak bicara, dan jangan pers tanpa perlu, dan jangan 

tertawa tanpa sebab, jusa jangan mentertasgakan orang salah (nyongklok —

menuding mukanya). dan dosa-dosa yang kau perbuat, hai putra Ali Imran.  

 

Nabi  tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, menoleh. kecuali dengan wajah 

penuh (Artinya: tidak memeloroki)”. (Ja'far Aut, Mas'ud, dari Auf Abdillah).  

 

Al-Faqih dalam penjelasannya: Bahwa berpijak dari hadis tersebut di atas, tersenyum 

hukumnya sunah, sedang tertawa terbabak-bahak makruh, maka bagi akal sehat 

seyogyanya menjauhinya, sebab  dengan itu berarti menyimpan banyak tangis di 

akhirat, firman Allah:  

 

Artinya:  

”Sedikitkanlah tertawamu dan perbanyaklah tangismu, hal itu merupakan balasan 

amal perbuatan mereka”.  

 

Aneh bagiku, orang yang diintai api neraka, masih sempat tertawa terbahak-bahak, 

dan orang yang bersuka-ria padahal maut tidak akan Iepas darinya (Hasan Bashry). 

Lebih lanjut kata Hasan Bashry: "Hai pemuda (yang tengah, tertawa) apakah kamu 

sudah selamat dari shirat?. Jawabnya: Belum, Lalu kau dapat memastikan tempatmu 

surga atau neraka? Jawabnya: Juga belum, lalu apa penyebabnya kau tertawa? 

pemuda itu tidak lagi tertawa seperti semula. 

 

 

171 Tanbih al-Ghafiln 

(Kata Al Faqih), Pemuda itu benar-benar meresapi nasihat ulamanya, ' sehingga ia 

bertaubat dari tertawa yang tiada dibenarkan alasannya. terbukti nyata kemanjuran 

nasihat seorang Ulama yang mengamalkan ilmunya, nasihatnya membekas di hati 

umatnya, berbeda dengan nasihat kebanyakan ulama masa kini (di abad modern) 

nasihatnya tiada berbekas sama sekali, hal ini akibat ulama itu sendiri terlengah akan 

mengamalkan ilmunya. Barang siapa tertawa di saat berbuat maksiat, maka akan 

bercucuran tangis di neraka (Ibnu Abbas ). Artinya: Orang yang banyak tertawa di 

dunia, pasti banyak tangis di akhirat, sebaliknya orang yang banyak tangis di dunia, 

pasti banyak suka-rianya di surga”.  

 

Ada 4 perkara, penghapus tertawa dan kesenangan orang beriman, yaitu:  

1. Ingat kehidupan akhirat,  

2. Sibuk bekerja (memenuhi nafkah) untuk diri dan keluarganya,  

3. Kacau pikiran, akibat dosa yang pernah diperbuat,  

4. Datangnya bala (musibah).  

(Demikian Yahya Mw'adz Razy).  

 

Oleh sebab itu, seyogyanya kita menyibukkan diri memikirkan semua itu, agar tiada 

kesempatan tertawa yang bukan sifat orang mukmin Firman Allah: |  

 

Artinya:  

“Apakah dengan ajaran ini, kalian ta'ajub (heran)?, tertawa, ridak menangis? 

Sedangkan kalian terlengah”, (An-Najm 59-61)  

 

Dan kepada mereka yang prihatin, pujian Allah sbb:  

 

Artinya:  

”Mereka bersujud sambil menangis, dan bertambah khusyu nya”. (Al-Isra?' 109)  

 

Al-Faqih: Setiap orang seyogyanya, mau memikirkan 5 perkara, yaitu:  

1. Dosa-dosa terdahulu, sudah diampuni oleh Allah atau tidak.  

2. Diterima amal baiknya atau tertolak.  

3. Membaca riwayat hidupnya secara jujur, dan bagaimana hidupny (cara mendaya 

gunakan sisa umur yang masih ada),  

 

172 Tanbih al-Ghafiln 

4. Di akhirat hanya ada 2 tempat, (surga dan neraka), maka di tempat! manakah ia 

masuknya.  

5. Allah rida atau marah padanya.  

 

Kemudian jika malas memikirkan 5 perkara saat  hidup di dunia ini, mau atau tidak, 

pasti harus menanggung 5 perkara berikutnya, yaitu:  

1, Penyesalan terhadap harta yang ditinggalkan kepada ahli waris yang kelak 

memusuhinya,  

2. Penyesalan terhadap sedikit amal-baiknya,  

3. Penyesalan akibat banyaknya perbuatan dosa,  

4. Penyesalan akibat banyaknya penuntut, yang harus dibayar dengan sedikit 

amalnya, lalu ditambah dengan beban berat (dosa) para penuntutnya,  

5, Sekali Allah murka tetap memarahinya, tiada jalan baginya untuk meminta ridaNya.  

 

Rasulullah  bersabda: Seandainya kau tahu sebagaimana yang aku ketahui, pasti kau 

banyak menangis, sedikit tawa, dan kau keluar ke daratan tinggi menjerit-jerit 

(menangis) kepada Tuhan, dan kau tiada kesempatan bercanda dengan istrimu, atau 

ketenangan di ranjangmu. Dan aku menginginkan sewaktu aku diciptakan seandainya 

menjadi pohon yang ditebang orang (urusannya tidak berkesinambungan, berbeda 

dengan urusan manusia kelak). (HR. Abu Dzar )  

 

Setiap pagi dan sore hari, orang mukmin disibukkan dengan memikirkan hari Kiamat, 

Hasan Bashry sendiri, kelihatannya selalu sedih seperti barusan mengubur ibunya 

sendiri (seperti orang di tinggal mati ibunya). (demikian Yunus dari Hasan Bashry).  

 

Tafsiran ayat (di bawah) ini, menurut Auza'i sbb: "Kenapa suratan amal ini tiada 

tertinggal yang kecil atau yang besar, kecuali ditulisnya?”. Yang kecil tersenyum dan 

yang besar tertawa. Inilah ayatnya:  

 

Artinya:  

 

"Dan diletakkanlah kitab (catatan amal seseorang). lalu kamu akan melihat orang-

orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya. dan mereka 

 

173 Tanbih al-Ghafiln 

berkata: “Aduhai Celaka, kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil 

dan tidak (pula) yang besar. melainkan ia mencatat semuanya”. (Al Kahfi 49)  

 

Maksudnya, seandainya kau tahu sesuatu yang aku ketahui, pasti sedikitlah 

tertawamu, banyak tangisnya, dan seseorang dari kamu bersujud sampai 

punggungnya putus, menjerit sampai suaranya habis, kau akan menangis kepada 

Allah sekalipun tidak dapat menangis yang sesungguhnya, seperti layaknya orang 

menangis. (Abdullah Umar, bin Ash )  

 

Setiap orang pasti menangis di hari Kiamat, kecuali 3 mata:  

 

1. Mata yang dibuat menangis sebab  takut Allah,  

2. Mata yang terpejam saat  melintasi hal-hal yang diharamkan Allah.  

3. Mata yang dibuat jaga malam saat  jihad menegakkan agama Allah. (Sufyan bin 

Muhammad Ajlan)  

 

Aku sangat menyesali perbuatanku (tertawa satu kali) yaitu: saat  berdebat dengan 

Amr 'Ubaid golongan Qadariyah (yang tak meyakinkan ketentuan Allah yang sudah 

selesai), perasaanku menang saat itu sampai aku tertawa, Lalu katanya: Engkau 

membahas ilmu sambil tertawa, maka cukup alasan bagiku untuk tidak mengajak 

bicara denganmu selamanya. Kemudian yang menjadi penyesalanku ialah 

seandainya tidak tertawa, pasti ia salut terhadap pendapatku, dan menjadi 

kemaslahatan ilmu. (Abu Hanifah).  

 

Barang siapa memejamkan matanya dari hal-hal yang tidak perlu (dilihat), berarti 

taufik Allah baginya untuk khusyuk, dan Barangsiap? menanggalkan kesombongan, 

berarti taufik tawadlu' baginya, dan jika bicara secukup keperluannya, berarti 

memperoleh hi