Rabu, 12 Februari 2025

kepribadian ganda 6



         Dalam memandang organisasi seorang manajer seringkali melihat 

organisasi dari sisi formalnya, yaitu: struktur organisasi, strategi, kebijakan, 

sasaran, prosedur, wewenang formal, rantai komando dan sebagainya. Kesemua 

ini merupakan aspek formal suatu organisasi yang mudah ditetapkan parameter 

ukurannya. Namun dibalik itu semua, ada proses dalam organisasi yang tidak 

nampak di permukaan, yaitu perilaku individu-individu dalam organisasi. 

Pemahaman tentang perilaku organisasi akan sangat membantu manajer/pimpinan 

dalam menjalankan roda-roda organisasi. Setidak-tidaknya dengan memahami 

perilaku organisasi akan membantu manajer dalam memahami dan mengelola 

perilaku karyawannya, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok dalam 

organisasi. 

         Dalam keseharian organisasi, akan dijumpai beranekaragam ciri 

karyawan. Ada yang agresif, tenang, meledak-ledak, ambisius, mudah bergaul, 

pasif dan sebagainya. Ciri-ciri karyawan ini merupakan pengkategorian 

berdasarkan kepribadian. Jadi kepribadian dapat diartikan sebagai perpaduan ciri-

ciri psikologis yang menggambarkan seseorang.    

              Perilaku organisasi pada hakekatnya yaitu  hasil interaksi antara 

individu-individu dalam organisasi. Perilaku organisasi pada dasarnya 

memusatkan perhatian pada dua cakupan. Pertama, meninjau perilaku individu 

dalam organisasi, seperti sikap, kepribadian, persepsi, pembelajaran dan motivasi. 

Kedua, perilaku kelompok dalam organisasi, yang meliputi norma, peran, 

pembentukan tim dan konflik. Oleh karena cakupan perilaku organisasi begitu 

luas, maka sebelum memahami perilaku organisasi perlu memahami lebih dahulu 

individu-individu sebagai salah satu dimensi dalam organisasi yang amat penting 

serta merupakan salah satu faktor pendukung dalam organisasi. 

        Pola perilaku manusia dalam organisasi sangatlah berbeda-beda. Hal ini 

disebabkan karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda yang 

dimiliki jauh sebelum manusia itu menjadi bagian dari sebuah organisasi. Cara 

seseorang bertindak serta berhubungan mencerminkan kepribadiannya sehingga 

dalam kenyataannya banyak segi dari setiap orang yaitu  unik (khas). Kondisi 

inilah yang menyebabkan timbulnya teori-teori kepribadian dalam psikologi yang 

bisa digunakan untuk kerangka acuan dalam memahami dan menjelaskan tingkah 

laku kita sendiri dan orang lain. 

 

Menurut Gibson (1996) definisi dari kepribadian yaitu  himpunan 

karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan 

perbedaan dalam perilaku seseorang. 

 Sedangkan menurut Allport dalam Gibson (1996) yaitu  organisasi 

dinamis di dalam masing-masing dan sistem-sistem psikofisik yang 

menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan. Dapat juga dikatakan 

bahwa kepribadian yaitu  total jumlah dari cara-cara dalam mana seseorang 

individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. 

 Wood (2000) mendefinisikan kepribadian sebagai profil keseluruhan 

atau kombinasi sifat yang memberi ciri khas sifat dasar seseorang. 

 

B. Teori Kepribadian. 

 Dalam perkembangannya, teori kepribadian memiliki tiga pendekatan, 

yaitu: pendekatan sifat, pendekatan psikodinamis dan pendekatan humanis. 

Teori Kepribadian Sifat (Trait) didasarkan pada alasan predisposisi 

mengarahkan perilaku individu dalam pola yang konsisten. Menurut Allport 

dalan Gibson (1996) sifat (Trait) yaitu  merupakan batu bata ibarat pondasi 

dari suatu bangunan, alasan, tindakan, sumber keunikan individu. Sifat yaitu  

dugaan kecenderungan yang mengarahkan perilaku secara konsisten dan ciri 

karakteristik tertentu. Sifat menghasilkan konsistensi pada perilaku, karena 

sifat melanjutkan atribut dan cakupannya secara umum dan luas. 

Teori Kepribadian Psikodinamis menurut Freud bahwa perbedaan 

kepribadian individu itu karena setiap orang mempunyai dasar yang berbeda. 

Ia membagi kepribadian menjadi tiga bagian, yaitu: id, ego dan superego. Id 

yaitu  system kepribadian yang paling dasar, system yang di dalamnya terdapt 

naluri-naluri bawaan. Ego yaitu  sistem kepribadian yang bertindak sebagai 

pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan 

fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Berdasarkan fungsinya ini  

maka ego bertindak sebagai penengah konflik, seringkali ego harus kompromi, 

untuk mencoba dan memuaskan Id dan Superego. Superego yaitu  sistem 

kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif 

(menyangkut baik buruk), dimana nilai-nilai termasuk di dalamnya sikap 

moral ini  dibentuk oleh masyarakat. Superoego sering bertentangan 

dengan Id, Id ingin melakukan apa yang dirasa baik sementara Superego 

memaksa melakukan apa yang “benar”. 

Teori Kepribadian Humanistik menurut Roger dalam Gibson (1996) 

pendekatan untuk memahami kepribadian menekankan pada perkembangan 

individu dan aktualisasi diri seseorang. Pendekatan dalam memahami 

kepribadian yaitu  humanistik (berpusat pada manusia) dan percaya bahwa 

yang paling dasar dari organisme manusia yaitu  untuk aktualisasi diri. 

 

C.  Determinan Kepribadian. 

 Ada tiga faktor yang menentukan kepribadian individu, yaitu: (1) 

keturunan, (2) lingkungan dan (3) situasi. Dalam hal ini Wood menjelaskan 

dalam sebuah gambar sederhana tentang faktor-faktor apa saja yang 

mempengaruhi kepribadian individu.  

 

 

Gambar 1: Heredity and environmental linkage with personality 

 

Heredity 

Personality 

Environment: 

- cultural factors 

- social factors 

- situational factors 

 

Dari gambar ini  di atas ditarik sebuah formula, yaitu: 

P = f (H, E) dimana P yaitu  Personality, H yaitu  Heredity dan E yaitu  

Environment. Artinya Kepribadian (Personality) merupakan suatu hasil 

interaksi antara faktor keturunan (heredity) dengan faktor lingkungan 

(Environment). Dengan kata lain kepribadian sebagai hasil perpaduan antara 

faktor keturunan dan faktor lingkungan yang terdiri dari faktor budaya, sosial 

dan situasi. 

 Keturunan merujuk faktor yang diturunkan saat pembuahan. 

Pendekatan keturunan berasumsi bahwa penjelasan paling akhir dari 

kepribadian seseorang atau individu yaitu  struktur molekul dari gen-gen yang 

terletak dalam kromosom. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, 

temperamen, komposisi otot dan reflek, tingkat energi dan ritme hayati 

merupakan karakteristik-karakteristik yang umumnya dipengaruhi oleh kedua 

orang tua. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa faktor-faktor psikofisik 

(seperti tinggi badan, warna rambut, sifat malu, takut, murung, kegemaran, 

kemantapan, tidak mau repot dan bahkan kepuasan kerja) cenderung 

ditentukan oleh faktor hereditas. 

 Lingkungan yaitu  faktor yang merujuk pada budaya dimana 

seseorang dibesarkan, pengkodisian dini, norma-norma keluarga, teman-teman 

dan kelompok sosial serta pengaruh-pengaruh lain. Pertimbangan seksama dari 

argumen pendukung tentang keturunan dan lingkungan sebagai determinan 

utama kepribadian dapat dikatakan bahwa keduanya penting. Keturunan 

menentukan parameter-parameter atau batas-batas luar, tetapi potensi penuh 

individu akan ditentukan oleh penyesuaiannya pada keturunan dan persyaratan 

lingkungan. 

 Situasi sebagai determinan yang mempengaruhi efek keturunan dan 

lingkungan pada kepribadian. Kepribadian individu yang mantap dan 

konsisten, bisa berubah karena situasi. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang 

berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan pada kepribadian 

seseorang. 

 

D.  Ciri-ciri Kepribadian 

 Ciri-ciri kepribadian yaitu  karakteristik-karakteristik (seperti sifat 

malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia) yang diperagakan oleh 

individu dalam sejumlah besar situasi. Dengan kata lain ciri kepribadian 

yaitu  karakteristik-karakteristik yang bertahan yang memberikan perilaku 

seorang individu. Pencarian dini ciri-ciri utama dengan identifikasi enam belas  

faktor kepribadian yang dipandang sebagai ciri primer kepribadian atau yang 

merupakan sumber perilaku yang umumnya konstan, memungkinkan ramalan 

 3

dari perilaku seorang individu dalam situasi-situasi khusus dengan menimbang 

karakteristik-karakteristik untuk relevansi situasi awalnya. 

 

Indikator Tipe Myers Briggs 

 Myers Briggs Type Indicator (MBTI) yaitu  salah satu kerangka 

kepribadian yang paling banyak digunakan. Suatu tes kepribadian yang 

menyadap empat karakteristik dan mengelompokkan orang-orang ke dalam 

salah satu dari enambelas tipe. Seratus pertanyaan diajukan untuk menanyai 

bagaimana seseorang merasakan dan bertindak dalam situasi tertentu. Hasilnya 

dapat dikelompokkan sebagai berikut: 

• Ekstrovet atau Introvet (E atau I) 

• Menginderai (Sensing) atau Intuitive (S atau N) 

• Berpikir (Thinking) atau Merasakan (Feeling) (T atau F) 

• Merasa (Perceiving) atau Menimbang-nimbang (Judging) (P atau J) 

Dari kelompok-kelompok ini  di atas dapat digabung dengan enambelas 

tipe kepribadian:  

1. Tipe INTJ (Introvet, Intuitive, Thinking, Judging) yaitu  kelompok 

visioner, dengan kepribadian yang bercirikan: punya pikiran orisinil dan 

dorongan besar untuk ide dan maksud mereka sendiri, skeptis, kritis, tidak 

tergantung, bulat tekat dan keras kepala. 

2. Tipe ESTJ (Ekstrovet, Sensing, Thinking, Judging) yaitu  kelompok 

pengorganisasi, yang mempunyai ciri: praktis, realistis, tidak berbelit, 

menyukai organisasi dan menjalankan kegiatan. 

3. Tipe ENTP (Ekstrovet, Intuitive, Thinking, Perceiving) yaitu  kelompok 

atau tipe pengkonsep, ia cepat dan banyak akal, baik dalam banyak hal. 

Eysenck menyederhanakan sejumlah faktor-faktor kepribadian ke 

dalam dua dimensi, yaitu: introverted-extroverted dan stable-unstable seperti 

ditunjukkan pada gambar 2 di bawah ini 

 

Gambar 2: Eysenck’s tw

                                    care

                        peaceful     

                   reliable           

            calm                      

    Stable                            

         leadership                 

             lively                    

                   responsive      

                          outgoing  

 

Dari berbagai penelitian tentan

model kepribadian lima faktor y

kepribadian menurut model ini ad

1. Ekstraversi yaitu dimensi ke

seseorang itu mudah bergaul,

2. Agreeableness yaitu dim

sejauhmana seseorang itu 

dipercaya. 

 

Introverted 

ful              quiet 

                           reserved 

                                    sober 

                                            anxious 

                                                 Unstable 

                                             touchy 

                                       aggresive 

                             changeable 

                       optimistic 

Extroverted o dimensions of personality 

g kepribadian, yang paling populer yaitu  

ang biasa disebut model lima besar. Ciri-ciri 

alah:   

pribadian yang menggambarkan sejauh mana 

 pandai bicara dan tegas. 

ensi kepribadian yang menggambarkan 

ramah, mudah bekerja sama, dan dapat 

4

3. Ketelitian yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauhmana 

seseorang bertanggung jawab, andal, tekun dan berorientasi prestasi.   

4. Kemantapan emosional yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan 

sejauhmana seseorang itu tenang, penuh semangat, aman, tegang, tertekan, 

gelisah dan tidak aman.   

5. Kepribadian terhadap pengalaman yaitu dimensi kepribadian yang 

menggambarkan sejauhmana seseorang itu imajinatif, peka terhadap seni 

dan cerdas.  

 

E.  Atribut Kepribadian Utama yang mempengaruhi Perilaku Organisasi 

 Sejumlah atribut kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku 

organisasi yaitu : 

1.   Tempat kedudukan kendali 

2.   Machiavellanisme 

3.   Harga diri (self esteem) 

4.   Pemantauan diri (self monitotring) 

5.   Kecondongan untuk mengambil resiko 

6.   Tipe kepribadian. 

Penjelasan tentang atribut kepribadian ini  di atas dijelaskan dalam uraian 

berikut ini: 

 

1.  Tempat Kedudukan Kendali 

          Tempat kedudukan kendali yaitu  derajat sejauhmana seseorang 

yakin menguasai nasib sendiri. Ini dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu 

internalizers dan externalizers. 

Internalizers:  individu yang meyakini bahwa mereka mengendalikan apa 

yang  terjadi pada diri mereka sendiri. 

Externalizers: individu-individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi 

pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti 

kemujuran dan peluang.  

Dampak tempat kedudukan kendali terhadap perilaku organisasi bagi 

kelompok atau bagian internal umumnya mempunyai kinerja yang lebih 

baik pada pekerjaan, yaitu lebih aktif mencari informasi sebelum 

mengambil keputusan dan lebih termotivasi untuk berprestasi serta 

melakukan upaya yang lebih besar untuk mengendalikan lingkungan 

mereka. Ciri-ciri utamanya yaitu :  

• Tingkat absensi rendah 

• Turn over rendah 

• Lebih sukses 

• Kinerja lebih baik  

• Termotivasi untuk berprestasi. 

Pekerjaan yang cocok bagi kelompok ini yaitu  pekerjaan manajerial dan 

professional. Sedangkan dampak tempat kedudukan kendali bagi kaum 

eksternal yaitu  lebih tunduk dan bersedia mengikuti aturan. Ciri-cirinya 

yaitu : 

• Kurang dipuaskan oleh pekerjaan 

• Tingkat kemangkiran tinggi 

• Terasing dari lingkungan kerja 

• Kurang terlibat dalam pekerjaan 

• Tunduk dan bersedia mengikuti pengarahan. 

Pekerjaan yang cocok bagi kelompok eksternal ini yaitu  pekerjaan yang 

terstruktur dan sifatnya rutin. 

 

2.   Machiavellianisme 

Machiavellianisme yaitu  derajat sejauhmana seorang individu bersifat 

pragmatis, menjaga jarak emosional, meyakini bahwa tujuan dapat 

membenarkan cara. Ciri-ciri Machiavellianisme yang tinggi yaitu  

memanipulasi lebih banyak, memenangkan lebih banyak, jarang dibujuk 

dan membujuk orang lain lebih banyak dibandingkan dengan kaum 

Machiavellianisme rendah. Pekerjaan yang cocok bagi kelompok 

Machiaveliianisme yang tinggi yaitu :  

• Pekerjaan yang banyak memerlukan tawar menawar (negotiation)   

• Pekerjaan yang menjanjikan hadiah bila berhasil (mis: penjualan 

berkomisi). 

Kelompok ini berkembang manakala: 

a.   Berinteraksi atau tatap muka secara langsung dengan orang lain 

daripada secara tidak langsung. 

b.   Situasi itu mempunyai aturan dan peraturan yang minimum sehingga 

memungkinkan ruang gerak untuk improvisasi. 

c.   Keterlibatan emosional dengan rincian yang tidak relevan dengan 

kemenangan mengalihkan perhatian para Machiavellianisme rendah. 

 

3.   Penghargaan diri (Self Esteem) 

Self Esteem yaitu  derajat suka tidak suka seorang individu terhadap diri 

mereka sendiri. Penghargaan diri menawarkan beberapa wawasan yang 

menarik ke dalam perilaku organisasi yaitu Self Esteem diberikan secara 

langsung . 

Penghargaan untuk pribadi Self Esteem tinggi, yaitu: 

• Memiliki kemampuan lebih untuk berhasil dalam pekerjaan daripada 

kemampuan yang mereka perlukan. 

• Mengambil lebih banyak resiko dalam pekerjaannya. 

• Memilih pekerjaan-pekerjaan yang tidak konvensional 

 

Penghargaan untuk pribadi Self Esteem rendah, yaitu: 

• Lebih rawan terhadap pengaruh luar 

• Bergantung pada diterimanya evaluasi yang positif dari orang lain 

• Lebih besar kemungkinan mereka mencari persetujuan dari orang lain. 

• Cenderung menyesuaikan pada keyakinan-keyakinan dan perilaku-

perilaku dari mereka yang dihormati. 

• Dalam posisi manajerial, cenderung untuk memperdulikan usaha 

menyenangkan hati orang lain. 

 

4.   Pemantauan diri (Self Monitoring) 

Self monitoring yaitu  suatu ciri kepribadian yang mengukur kemampuan 

seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor 

situasional luar. Seorang yang tinggi dalam pemantauan diri mempunyai 

kemampuan adaptasi yang besar dalam menyesuaikan perilaku mereka 

terhadap faktor situasional luar. Mereka sangat peka terhadap isyarat-

isyarat luar dan berperilaku berbeda dalam situasi yang berlainan. 

Sedangkan pemantauan diri yang rendah cenderung memperlihatkan watak 

(disposisi) mereka yang sebenarnya dalam semua situasi yang sifatnya 

konsisten. Dengan modal bukti pendahuluan dalam riset maka muncul 

hipotesis bahwa pemantauan diri yang tinggi akan lebih berhasil dalam 

posisi-posisi manajerial dimana individu dituntut memainkan peran-peran 

ganda. 

 

5. Pengambilan resiko 

Pengambilan resiko yaitu  suatu kepribadian yang mengukur dampak 

berapa lama manajer perlu waktu dalam mengambil keputusan dan 

beberapa informasi yang mereka perlukan sebelum mengambil keputusan. 

Seorang individu pengambil resiko tinggi yaitu  mengambil keputusan 

jauh lebih cepat dan menggunakan sedikit informasi dalam mengambil 

pilihan-pilihan daripada pengambil resiko rendah dengan ketepatan 

keputusan yang sama. 

Kaitannya dengan perilaku organisasi yaitu  bahwa ada beberapa 

pekerjaan spesifik yang menuntut kecenderungan pengambilan resiko. 

Seorang wiraswastawan dan pedagang dituntut untuk pengambilan resiko 

tinggi. Sedangkan pekerjaan yang bersifat administratif berkecenderungan 

pengambilan resiko yang rendah. 

 

6. Tipe kepribadian 

Ada dua tipe kepribadian: 

a.   Kepribadian tipe A 

yaitu  pelibatan agresif dalam suatu usaha dan berusaha terus 

menerus mencapai sesuatu lebih banyak dalam waktu yang lebih 

singkat dan jika perlu melawan upaya-upaya yang melawan hal-hal 

atau orang lain. 

Ciri-ciri tipe ini yaitu : 

• Selalu bergerak, berjalan dan makan cepat 

• Merasa tidak sabar dengan laju berlangsungnya kebanyakan 

peristiwa. 

• Berupaya keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau  

lebih secara serentak. 

• Tidak dapat mengatasi waktu luang. 

• Terobsesi oleh bilangan yang mengukur sukses dalam bentuk 

seberapa banyak semua hal yang mereka peroleh. 

 

b.   Kepribadian tipe B yaitu : 

•   Tidak pernah merasa urgensi waktu bersama, ketidaksabaran  

mengiringi rasa ini . 

• Tidak pernah merasakan perlunya memperagakan atau membahas 

prestasi mereka kecuali bila paparan semacam itu dituntut oleh 

situasi. 

• Lebih menyukai kesantaian dan kesenangan, bukannya untuk 

menunjukkan keunggulan/prestasi. 

• Dapat santai tanpa rasa salah.   

Tipe A mengakibatkan beberapa hasil perilaku yang agak spesifik, 

yaitu: 

• Pekerja cepat, dengan menekankan kuantitas daripada kualitas. 

• Dalam manajerial, memperagakan daya saing menekan daya 

bekerja dalam waktu yang sama. 

• Tidak kreatif, mengandalkan masa lalu bila menghadapi masalah. 

Sedangkan tipe B dengan karakteristiknya akan lebih berhasil dalam 

karirnya karena menekankan pada kualitas, sehingga mereka lebih 

bertindak bijak dan kreatif karena mereka menganekaragamkan respon 

mereka terhadap tantangan yang spesifik dalam lingkungan mereka. 

 

F.   Kepribadian dan Budaya Nasional  

 Setelah kita pelajari beberapa tipe kepribadian, maka dapatlah 

dikatakan bahwa tipe-tipe kepribadian itu muncul karena pengaruh dari 

budaya suatu negara yang dominan dari populasinya. Suatu kepribadian itu 

umum dalam setiap negara, tetapi suatu kepribadian akan banyak muncul pada 

negara-negara yang menganut budaya-budaya yang mendukung kepribadian-

kepribadian itu. 

 Sebagai contoh, pengambil resiko tinggi dan rendah hampir ada  

pada semua budaya. Padahal, budaya suatu negara seharusnya mempengaruhi 

karakteristik kepribadian. Kelompok internal lebih banyak ada  pada 

masyarakat Amerika Utara karena mereka memang berkeyakinan bahwa 

merekalah yang menjadi penentu lingkungan, sementara pribadi eksternal 

lebih banyak pada masyarakat Timur Tengah karena mereka berkeyakinan 

bahwa setiap hidup itu ditakdirkan. Demikian pula tipe A, ada  di semua 

negara. Akan tetapi lebih banyak pada negara kapitalis dimana prestasi dan 

sukses material lebih dihargai. 

 

G.  Kepribadian dan Pekerjaan 

 Holland dengan teori kepribadian pekerjaan, mengedepankan enam 

tipe kepribadian. Menurutnya, kepuasan karyawan dengan pekerjaannya dan 

juga kemungkinan meninggalkan pekerjaan itu, tergantung sejauhmana 

kepribadian seseorang sesuai dengan lingkungan pekerjaannya. Kepuasan dan 

kecenderungan meninggalkan pekerjaan juga bergantung kepada seberapa 

besar individu mencocokkan kepribadian mereka dengan lingkungan jabatan 

yang sama. Kepuasan yang paling tinggi dan tingkatan keluarnya karyawan 

paling rendah yaitu  dalam keadaan di mana kepribadian dan jabatan atau 

pekerjaan ini  cocok. Holland mengidentifikasi enam tipe karakteristik 

jenis pekerjaan yang disukai dan cocok, sebagai berikut: 

1. Tipe Realistik, dengan karakteristik pemalu, tulus, tekun, mantap, patuh 

dan praktis, lebih menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan, 

kekuatan dan koordinasi. Pekerjaan yang cocok yaitu : montir, operator, 

pekerja lini perakitan dan petani. 

2. Tipe Menyelidik, dengan karakteristik analitis, orisinil dan ingin tahu, 

lebih menyukai kegiatan yang melibatkan pemikiran, organisasi dan 

pemahaman. Pekerjaan yang cocok yaitu  biolog, ekonom, matematisi dan 

wartawan. 

3. Tipe Sosial, dengan karakteristik senang bergaul, ramah kooperatif dan 

memahami, lebih menyukai jenis kegiatan yang melibatkan bantuan dan 

pengembangan orang lain. Pekerjaan yang cocok yaitu : pekerja sosial, 

guru, penyuluh dan psikolog klinis. 

4. Tipe Konvensional, dengan karakteristik patuh, efisien, praktis, tidak 

imajinatif dan tidak luwes, lebih menyukai peraturan, tata tertib dan 

kegiatan yang tidak kembar arti. Jenis pekerjaan yang cocok yaitu : 

akuntan, manajer koperasi, kasir bank. 

5. Tipe Pengusaha, dengan karakteristik percaya diri, ambisius, energik dan 

menguasai, lebih menyukai kegiatan verbal, dimana ada kesempatan untuk 

mempengaruhi orang dan meraih sukses. Pekerjaan yang cocok yaitu  

pengacara, agen real estate, spesialis humas dan manajer bisnis kecil. 

6. Tipe Artistik, dengan karakteristik imajinatif, tidak tertib, idealis, 

emosional dan tidak praktis, lebih menyukai kegiatan kembar arti dan tidak 

sistematis serta memungkinkan ungkapan kreatif. Pekerjaan yang cocok 

yaitu  pelukis, musisi, pengarang dan dekorator interior. 

Dari teori-teori ini  ada tiga hal yang dapat dijadikan kunci, yaitu: 

1. Ada beberapa perbedaan-perbedaan intrinsik dalam kepribadian diantara 

individu-individu. 

2. Ada tipe-tipe pekerjaan yang berbeda atau berlainan. 

3. Orang-orang dalam lingkungan kerja kongruen dengan tipe kepribadian 

mereka seharusnya lebih dipuaskan dan lebih kecil kemungkinannya untuk  

berhenti daripada orang-orang dalam pekerjaan yang tidak kongruen. 

 

 

     Suatu organisasi dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan 

hidupnya, akan mengalami pasang surut sebagai salah satu bagian dari proses 

menuju kematangannya. Dalam proses ini  anggota-anggota organisasi yang 

yaitu  individu-individu dalam organisasi itu sendiri pasti terlibat aktif di 

dalamnya. Perilaku-perilaku individu inilah yang berperan penting dalam 

kehidupan organisasi. Bahkan dapat dikatakan individu-individu ini  

merupakan urat nadi berkembang tidaknya organisasi. Dengan kata lain bahwa 

perilaku-perilaku indivu dalam organisasi pasti memberi dampak pada perilaku 

organisasi. 

      Perilaku organisasi dipengaruhi oleh perilaku individu, dan setiap individu 

dalam suatu organisasi mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Adanya 

perbedaan perilaku ini  karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang 

berbeda-beda. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti tanpa 

memperhatikan konsep kepribadian. Kepribadian juga saling berhubungan dengan 

persepsi, sikap, belajar dan motivasi setiap usaha. Untuk mengerti perilaku 

menjadi tidak lengkap jika  kepribadian tidak diperhitungkan atau dipahami 

sebelumnya. 

       ada  tiga teori yang membantu kita dalam memahami kepribadian 

yaitu teori yang menjelaskan individu, teori psikodinamis yang menggabungkan 

karakteristik manusia dan menjelaskan perkembangan kepribadian alamiah 

dinamis serta teori para humanis yang menekankan pada orang dan pentingnya 

aktualisasi diri kepada kepribadian. Setiap pendekatan berusaha untuk 

menerangkan sifat unik atau khas dari setiap individu yang mempengaruhi pola 

perilakunya. 

        Kepribadian yang dikembangkan kepada seseorang jauh sebelum 

seseorang itu menjadi anggota suatu organisasi dipengaruhi oleh sifat-sifat 

keturunan, determinan budaya dan sosial. Walaupun kepribadian dibentuk di luar 

organisasi tetapi karena individu ini  pada saatnya berada dalam suatu 

organisasi, maka kepribadian awal yang dibawa oleh anggota-anggota atau 

individu-individu organisasi itu dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku di 

tempat kerja. Perilaku individu maupun kelompok di tempat kerja inilah yang 

menjadi bagian bahasan dalam studi perilaku organisasi.   


Gangguan kepribadian merupakan salah satu topik utama dalam psikologi abnormal yang 

memerlukan pemahaman mendalam mengenai berbagai tipe dan karakteristiknya. Penelitian 

ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tipe-tipe gangguan kepribadian yang 

paling umum dijumpai dalam konteks psikologi abnormal melalui tinjauan literatur. Metode 

yang digunakan meliputi pencarian dan analisis kritis terhadap artikel jurnal, buku teks, dan 

sumber akademis lainnya yang relevan dengan topik ini. Hasil penelitian menunjukkan 

bahwa gangguan kepribadian dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe utama, termasuk 

Gangguan Kepribadian Antisosial, Borderline, Narsistik, dan Obsesif-Kompulsif. Setiap tipe 

gangguan kepribadian memiliki ciri khas tersendiri yang mempengaruhi cara individu 

berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka dan mengelola emosi serta perilaku mereka. 

Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan yang spesifik dan terintegrasi dalam 

diagnosis dan penanganan gangguan kepribadian. Penelitian ini juga menggarisbawahi 

kebutuhan akan pelatihan profesional yang lebih mendalam dan berkelanjutan untuk para 

praktisi di bidang kesehatan mental agar dapat memberikan perawatan yang efektif dan 

berbasis bukti kepada individu yang mengalami gangguan kepribadian. 

Gangguan kepribadian pada psikologi abnormal menjadi fokus perhatian utama dalam 

bidang psikologi klinis karena dampaknya yang kompleks pada individu dan interaksi sosial. 

Pemahaman mendalam terkait faktor penyebab dan penanganan yang efektif ini sangatlah 

penting  dalam menangani suatu kondisi tersebut. Gangguan kepribadian pada psikologi 

abnormal merupakan kondisi yang dapat memberikan dampak signifikan pada individu dan 

interaksi sosial mereka. Beberapa penelitian terkini menyoroti pada peran faktor genetik dan 

lingkungan dalam perkembangan gangguan tersebut serta pentingnya pendekatan holistik 

dalam diagnosis dan pengelolaannya. Isu gangguan kepribadian selalu menjadi topik 

penelitian hangat dalam diskusi kesehatan mental. Gangguan kepribadian memang menjadi 

masalah serius di masyarakat. berdasar  data Riskdas 2018 yang dimuat di situs resmi 

Kementerian Kesehatan RI pada 15 Oktober 2019, lebih dari 19 juta penduduk berusia 15 

tahun ke atas di Indonesia memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian yang 

mengalami gangguan jiwa memperkirakan lebih dari 12 orang di Indonesia, berusia 15 tahun 

ke atas, menderita depresi. Hal ini menunjukkan peningkatan prevalensi yang signifikan sejak 

data WHO terbaru. berdasar  perkiraan tersebut, jumlah penduduk Indonesia yang 

menderita gangguan kepribadian meningkat pada tahun 2010 berujung pada  bunuh diri 

mencapai  1,8% per 100 penduduk, naik dari 1,6 juta jiwa. Gangguan kepribadian pada 

psikologi abnormal merupakan bidang penelitian yang terus berkembang dalam dunia 

psikologi terutama psikologi klinis. Kondisi hal ini melibatkan pola perilaku dan pikiran yang 

tidak sejalan dengan norma sosial, serta dapat berdampak signifikan pada kehidupan sehari-

hari individu yang mengalaminya. Pemahaman yang mendalam mengenai faktor penyebab 

dan pendekatan terapi yang efektif menjadi kunci di dalam menangani gangguan kepribadian 

ini. Kepribadian membentuk landasan sikap dan perilaku individu, maka dari itu isu penting 

dan pengetahuan untuk dapat mengatasi gangguan kepribadian yang di mulai dari tipe- tipe 

gangguan kepribadian hingga pada treatment yang sesuai pada tipe-tipe pada setiap gangguan 

kepribadian ini. 

Gangguan kepribadian adalah kelainan dimana ciri kepribadian berbeda dari 

kebanyakan orang. Gangguan kepribadian dapat disebabkan oleh interaksi kompleks dari 

pengaruh biologis, keluarga, dan sosial. Gangguan kepribadian adalah penyakit kronis, ciri 

khas kelainan ini berlangsung dalam jangka waktu  lama dan biasanya muncul pada masa 

remaja atau awal masa dewasa. Seseorang relatif stabil dan mungkin bertahan di kemudian 

hari. Gangguan kepribadian dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi 

kehidupan,  hubungan, dan perasaan emosional.  

dari sudut pandang psikologis, gangguan kepribadian 

dianggap sebagai kondisi kepribadian yang kaku dan terkendali, sehingga mengganggu 

fungsi kepribadian itu sendiri, bahkan menimbulkan masalah psikologis seperti dapat 

menimbulkan gejala. Hal ini menimbulkan penderitaan bagi individu dan lingkungan sosial.  

Gangguan kepribadian Millon (Fadilah dkk, 2023) adalah pola persisten yang dihasilkan dari 

pengalaman pribadi atau perilaku individu, ditandai dengan penyimpangan dari harapan 

budaya tempat orang tersebut tinggal, dan ditandai dengan setidaknya dua penampilan 

sampingan. Menurut Octavia dkk , selain pola pikir yang 

tidak sehat, kondisi yang juga tergolong penyakit mental ini merupakan kondisi yang 

mempengaruhi kemampuan pasien dalam merasakan, memahami, dan berinteraksi dengan 

dirinya sendiri dan lainnya yang mungkin menyulitkan. di satu sisi lain banyak masyarakat  yang  tidak 

mengetahui berbagai gejala dan jenis  gangguan jiwa, sehingga dapat menimbulkan tindakan 

yang salah terhadap gangguan jiwa yang di temui. 

gangguan  kepribadian 

merupakan suatu bentuk perilaku kebiasaan yang  berbeda secara signifikan dengan 

kebiasaan orang pada umumnya. Perbedaan ciri kepribadian pada penderita gangguan 

kepribadian tercermin dari cara mereka memandang sesuatu, berpikir, dan berinteraksi 

dengan orang lain. Gangguan kepribadian merupakan gangguan yang bersifat kompleks. 

Kepribadian seseorang yang menderita gangguan kepribadian tercermin dalam banyak aspek  

kehidupan sosial dan kepribadiannya.  

 

Tipe – tipe Gangguan Kepribadian  

 Gangguan kepribadian dapat di golongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM – IV – 

TR yaitu :  

Gangguan Kepribadian Cluster A (Kelompok Aneh ) 

1. Gangguan Kepribadian Paranoid (Paranoid Personality Disorders) 

Merupakan tipe kepribadian yang didominasi oleh ketidakpercayaan dan 

ketidakpercayaan terhadap orang lain, disertai perasaan iri. Orang yang mengalami 

gangguan ini seringkali tidak sabar dan sulit dimengerti, serta bereaksi terhadap rasa 

frustasinya dengan gerakan “balas dendam”. Gangguan ini lebih sering terjadi pada 

pria, namun penyebabnya belum diketahui. Gejalanya meliputi ketidakpercayaan 

terhadap orang lain, kecurigaan yang tidak beralasan mengenai motif tindakan orang 

lain, perasaan bahwa orang lain menipu atau menyakiti dirinya meskipun tidak 

terbukti, dan kecenderungan untuk menyimpan dendam. Gejala paranoid disebabkan 

oleh trauma psikologis, seperti menjadi korban pelecehan seksual atau kekerasan fisik. 

Bisa juga disebabkan oleh gangguan psikologis tertentu seperti gangguan kecemasan, 

depresi, skizofrenia, stres berat, atau ketegangan psikologis. Penyakit otak seperti 

demensia, penyakit Huntington, stroke, dan penyakit Parkinson juga dapat 

menyebabkan gangguan kepribadian paranoid. Treatment yang cocok pada gangguan 

ini adalah dengan psikoterapi yaitu pengobatan awal untuk gangguan kepribadian 

paranoid, tujuannya adalah untuk mengenali pola pikir negatif orang yang terkena 

dampak dan memungkinkan orang yang terkena dampak untuk membedakan antara 

ancaman nyata dan ancaman yang dirasakan. Dengan cara ini, perasaan cemas para 

penderitanya bisa dikurangi. Jenis psikoterapi yang paling efektif untuk gangguan 

psikoterapi adalah terapi perilaku kognitif, terapi psikodinamik, dan pengujian realitas 

dan treatment lainnya yaitu ada farmakoterapi yaitu obat yang digunakan untuk 

mengobati gangguan kepribadian paranoid dan penyakit penyertanya termasuk 

 

 

antipsikotik (risperidone, quetiapine, olanzapine, colazapine, ziprasidone), 

antidepresan, dan penstabil suasana hati.   

 

2. Gangguan Kepribadian Skizoid (Schizoid Personality Disorders) 

Pola kepribadian yang didominasi oleh sikap acuh tak acuh terhadap interaksi 

sosial dan  ekspresi emosi yang terbatas (dingin). Gejala gangguan ini antara lain 

kurangnya minat dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain, 

ketidakmampuan mengenali isyarat sosial yang normal, dan sikap dingin secara 

emosional. Penyebab pasti dari kelainan ini tidak diketahui, namun kombinasi faktor 

genetik dan lingkungan, terutama pada masa kanak-kanak, mungkin terlibat dalam 

perkembangan kelainan ini. Treatment pada gangguan ini yang sesuai adalah ada 

psikoterapi yaitu pengobatan gangguan kepribadian skizofrenia dengan menggunakan 

metode kesadaran diri. Hal ini memerlukan keterlibatan langsung dari mereka yang 

terkena dampak dengan memeriksa aliran suasana hati, pikiran, dan perilaku. 

Biasanya, psikoterapi dapat dilakukan dalam tiga tahap: tahap  individu, tahap 

kelompok, atau tahap teman. Lalu yang kedua ada terapi kognitif membantu pasien 

mengubah cara berpikir mereka, tentu saja hal ini memerlukan penanganan intensif 

dengan psikiater. Perawatan jenis ini juga memerlukan komitmen yang kuat dari 

pasien agar terhindar dari skizofrenia. Dan terakhir ada Selama terapi psikodinamik, 

orang yang terkena dampak diminta mengingat pengalaman masa lalu,biasanya dokter 

meminta orang yang terkena dampak untuk melaporkan pengalaman traumatisnya. 

Hal ini memungkinkan mereka yang terlibat untuk berlatih keluar dari ketakutan yang 

mereka alami di masa lalu. 

 

3. Gangguan Kepribadian Skizotipal 

Gejala yang terjadi antara lain percaya bahwa seseorang dapat mempengaruhi 

pikiran atau peristiwa tertentu, sering salah mengartikan tindakan orang lain dan pada 

akhirnya menimbulkan respons emosional yang tidak tepat. Gejala tersebut antara lain 

mengalami sensasi yang tidak wajar, seperti nama dibisikkan, dan cenderung 

menghindari kontak dekat dengan orang lain rakyat. Skizofrenia dapat disebabkan 

oleh faktor genetik dan lebih sering terjadi jika seseorang memiliki kerabat yang 

mengidap skizofrenia, yang biasanya dimulai pada awal masa dewasa. Treatment 

yang dapat di lakukan adalah terapi suportif yang dilakukan dengan memberikan 

kenyamanan, kasih sayang, dan empati kepada pasien. Lalu ada terapi keluarga, di 

mana anggota keluarga melatih keterampilan komunikasi dan bekerja sama dengan 

orang lain. Terakhir, ada obat-obatan, seperti antidepresan, untuk mengatasi gejala. 

 

Gangguan kepribadian Cluster B ( Kelompok Dramatis) 

1.  Gangguan kepribadian ambang (borderline Personality Disorder). 

 Pasien-pasien ini terkadang memiliki niat untuk menyakiti diri sendiri dan terjadi 

perubahan  emosi yang tidak terduga. 

2.  Gangguan Kepribadian Antisosial 

 Orang yang mengidap penyakit ini seringkali mengabaikan norma-norma sosial di 

sekitarnya dan tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap orang lain atau menyesali 

perbuatannya. 

3. Gangguan kepribadian narsistik 

Orang yang terkena dampak sangat percaya diri, percaya bahwa mereka lebih baik dari 

orang lain, dan mengharapkan terlalu banyak pujian dari orang lain. Mereka bangga dan 

membesar-besarkan prestasi mereka kepada orang lain. 

 


4. Gangguan kepribadian histrionik. 

Pasien-pasien ini terlalu mengkhawatirkan penampilan mereka, bertindak dramatis 

ketika berbicara, selalu menarik perhatian, dan memiliki hubungan dengan orang lain 

yang lebih dari sekedar teman, meskipun menurut saya orang lain tidak demikian. 

 

Gangguan Kepribadian Cluster C (Kelompok Takut )  

1. Gangguan kepribadian dependen 

 Orang yang terkena dampak sangat bergantung pada orang lain dalam 

hidupnya dan bahkan mungkin merasa lemah ketika ditinggalkan oleh orang lain. 

Seseorang yang hidup mandiri, sulit mengambil keputusan, dan cenderung tidak 

bertanggung jawab.  

 

2.  Gangguan Kepribadian Menghindar. 

 Orang yang terkena dampak seringkali menghindari hubungan sosial, 

terutama aktivitas dengan orang yang tidak dikenal. Hal ini dikarenakan mereka 

merasa minder dan malu terhadap orang-orang disekitarnya, padahal sebenarnya 

mereka memiliki keinginan untuk menjalin hubungan tersebut. Namun, mereka sulit 

berinteraksi dan terus-menerus takut akan terjadinya penolakan. 

 

3. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. 

 Orang ini memilih melakukan segala sesuatunya sendiri atau terorganisir, 

perfeksionis, dan sering stres jika hasil pekerjaannya tidak sesuai harapan. Gangguan 

kepribadian obsesif-kompulsif biasanya menunjukkan pola penilaian fleksibilitas, 

keterbukaan, dan efisiensi yang meluas, dengan keasyikan pada ketertiban, 

perfeksionisme, dan pengendalian diri dan antarpribadi. 

Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa gangguan kepribadian merupakan gangguan 

yang bersifat kompleks. Kepribadian seseorang yang menderita gangguan kepribadian 

tercermin dalam banyak aspek kehidupan sosial dan kepribadiannya. Gangguan kepribadian 

memiliki gejala dari setiap tipe gangguan kepribadian ini selain itu juga dapat mengetahui 

treatment apa yang sesuai dalam mengatasi tipe – tipe gangguan kepribadiannya berdasar  

pada tipe gangguan kepribadiannya. 

 


          

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Related Posts:

  • bahasa jawa 1 A. Ejaan Ejaan yang dipergunakan dalam kamus mi adalah ejaan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang diatu… Read More
  • bahasa jawa 3 embantu; penolong (mengerjakan sawah dsb); 2 a lengas lagi rekat 'dhempel a 1 lekat; melekat; 2 erat; ak… Read More
  • bahasa jawa 4 1 gendhon n lundi (enak dimakan) 2 gendhon, -- rukon a hidup rukun (tt suami istri) géndhong, nggéndhong… Read More
  • bahasa jawa 2 embopong 2bopong, jaran -- n kuda kuning berkaki hitam bor n papan tulis borang n ranjau (lancip-la… Read More
  • bahasa jawa 5 t a kelambur; lebih; - jiekethut, njlekethut jekining, njekining a tampak baik lagi bersih jekithat, njekithat a pan… Read More