Dalam memandang organisasi seorang manajer seringkali melihat
organisasi dari sisi formalnya, yaitu: struktur organisasi, strategi, kebijakan,
sasaran, prosedur, wewenang formal, rantai komando dan sebagainya. Kesemua
ini merupakan aspek formal suatu organisasi yang mudah ditetapkan parameter
ukurannya. Namun dibalik itu semua, ada proses dalam organisasi yang tidak
nampak di permukaan, yaitu perilaku individu-individu dalam organisasi.
Pemahaman tentang perilaku organisasi akan sangat membantu manajer/pimpinan
dalam menjalankan roda-roda organisasi. Setidak-tidaknya dengan memahami
perilaku organisasi akan membantu manajer dalam memahami dan mengelola
perilaku karyawannya, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok dalam
organisasi.
Dalam keseharian organisasi, akan dijumpai beranekaragam ciri
karyawan. Ada yang agresif, tenang, meledak-ledak, ambisius, mudah bergaul,
pasif dan sebagainya. Ciri-ciri karyawan ini merupakan pengkategorian
berdasarkan kepribadian. Jadi kepribadian dapat diartikan sebagai perpaduan ciri-
ciri psikologis yang menggambarkan seseorang.
Perilaku organisasi pada hakekatnya yaitu hasil interaksi antara
individu-individu dalam organisasi. Perilaku organisasi pada dasarnya
memusatkan perhatian pada dua cakupan. Pertama, meninjau perilaku individu
dalam organisasi, seperti sikap, kepribadian, persepsi, pembelajaran dan motivasi.
Kedua, perilaku kelompok dalam organisasi, yang meliputi norma, peran,
pembentukan tim dan konflik. Oleh karena cakupan perilaku organisasi begitu
luas, maka sebelum memahami perilaku organisasi perlu memahami lebih dahulu
individu-individu sebagai salah satu dimensi dalam organisasi yang amat penting
serta merupakan salah satu faktor pendukung dalam organisasi.
Pola perilaku manusia dalam organisasi sangatlah berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda yang
dimiliki jauh sebelum manusia itu menjadi bagian dari sebuah organisasi. Cara
seseorang bertindak serta berhubungan mencerminkan kepribadiannya sehingga
dalam kenyataannya banyak segi dari setiap orang yaitu unik (khas). Kondisi
inilah yang menyebabkan timbulnya teori-teori kepribadian dalam psikologi yang
bisa digunakan untuk kerangka acuan dalam memahami dan menjelaskan tingkah
laku kita sendiri dan orang lain.
Menurut Gibson (1996) definisi dari kepribadian yaitu himpunan
karakteristik dan kecenderungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan
perbedaan dalam perilaku seseorang.
Sedangkan menurut Allport dalam Gibson (1996) yaitu organisasi
dinamis di dalam masing-masing dan sistem-sistem psikofisik yang
menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungan. Dapat juga dikatakan
bahwa kepribadian yaitu total jumlah dari cara-cara dalam mana seseorang
individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Wood (2000) mendefinisikan kepribadian sebagai profil keseluruhan
atau kombinasi sifat yang memberi ciri khas sifat dasar seseorang.
B. Teori Kepribadian.
Dalam perkembangannya, teori kepribadian memiliki tiga pendekatan,
yaitu: pendekatan sifat, pendekatan psikodinamis dan pendekatan humanis.
Teori Kepribadian Sifat (Trait) didasarkan pada alasan predisposisi
mengarahkan perilaku individu dalam pola yang konsisten. Menurut Allport
dalan Gibson (1996) sifat (Trait) yaitu merupakan batu bata ibarat pondasi
dari suatu bangunan, alasan, tindakan, sumber keunikan individu. Sifat yaitu
dugaan kecenderungan yang mengarahkan perilaku secara konsisten dan ciri
karakteristik tertentu. Sifat menghasilkan konsistensi pada perilaku, karena
sifat melanjutkan atribut dan cakupannya secara umum dan luas.
Teori Kepribadian Psikodinamis menurut Freud bahwa perbedaan
kepribadian individu itu karena setiap orang mempunyai dasar yang berbeda.
Ia membagi kepribadian menjadi tiga bagian, yaitu: id, ego dan superego. Id
yaitu system kepribadian yang paling dasar, system yang di dalamnya terdapt
naluri-naluri bawaan. Ego yaitu sistem kepribadian yang bertindak sebagai
pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan
fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Berdasarkan fungsinya ini
maka ego bertindak sebagai penengah konflik, seringkali ego harus kompromi,
untuk mencoba dan memuaskan Id dan Superego. Superego yaitu sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif
(menyangkut baik buruk), dimana nilai-nilai termasuk di dalamnya sikap
moral ini dibentuk oleh masyarakat. Superoego sering bertentangan
dengan Id, Id ingin melakukan apa yang dirasa baik sementara Superego
memaksa melakukan apa yang “benar”.
Teori Kepribadian Humanistik menurut Roger dalam Gibson (1996)
pendekatan untuk memahami kepribadian menekankan pada perkembangan
individu dan aktualisasi diri seseorang. Pendekatan dalam memahami
kepribadian yaitu humanistik (berpusat pada manusia) dan percaya bahwa
yang paling dasar dari organisme manusia yaitu untuk aktualisasi diri.
C. Determinan Kepribadian.
Ada tiga faktor yang menentukan kepribadian individu, yaitu: (1)
keturunan, (2) lingkungan dan (3) situasi. Dalam hal ini Wood menjelaskan
dalam sebuah gambar sederhana tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kepribadian individu.
Gambar 1: Heredity and environmental linkage with personality
Heredity
Personality
Environment:
- cultural factors
- social factors
- situational factors
Dari gambar ini di atas ditarik sebuah formula, yaitu:
P = f (H, E) dimana P yaitu Personality, H yaitu Heredity dan E yaitu
Environment. Artinya Kepribadian (Personality) merupakan suatu hasil
interaksi antara faktor keturunan (heredity) dengan faktor lingkungan
(Environment). Dengan kata lain kepribadian sebagai hasil perpaduan antara
faktor keturunan dan faktor lingkungan yang terdiri dari faktor budaya, sosial
dan situasi.
Keturunan merujuk faktor yang diturunkan saat pembuahan.
Pendekatan keturunan berasumsi bahwa penjelasan paling akhir dari
kepribadian seseorang atau individu yaitu struktur molekul dari gen-gen yang
terletak dalam kromosom. Sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin,
temperamen, komposisi otot dan reflek, tingkat energi dan ritme hayati
merupakan karakteristik-karakteristik yang umumnya dipengaruhi oleh kedua
orang tua. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa faktor-faktor psikofisik
(seperti tinggi badan, warna rambut, sifat malu, takut, murung, kegemaran,
kemantapan, tidak mau repot dan bahkan kepuasan kerja) cenderung
ditentukan oleh faktor hereditas.
Lingkungan yaitu faktor yang merujuk pada budaya dimana
seseorang dibesarkan, pengkodisian dini, norma-norma keluarga, teman-teman
dan kelompok sosial serta pengaruh-pengaruh lain. Pertimbangan seksama dari
argumen pendukung tentang keturunan dan lingkungan sebagai determinan
utama kepribadian dapat dikatakan bahwa keduanya penting. Keturunan
menentukan parameter-parameter atau batas-batas luar, tetapi potensi penuh
individu akan ditentukan oleh penyesuaiannya pada keturunan dan persyaratan
lingkungan.
Situasi sebagai determinan yang mempengaruhi efek keturunan dan
lingkungan pada kepribadian. Kepribadian individu yang mantap dan
konsisten, bisa berubah karena situasi. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang
berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan pada kepribadian
seseorang.
D. Ciri-ciri Kepribadian
Ciri-ciri kepribadian yaitu karakteristik-karakteristik (seperti sifat
malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia) yang diperagakan oleh
individu dalam sejumlah besar situasi. Dengan kata lain ciri kepribadian
yaitu karakteristik-karakteristik yang bertahan yang memberikan perilaku
seorang individu. Pencarian dini ciri-ciri utama dengan identifikasi enam belas
faktor kepribadian yang dipandang sebagai ciri primer kepribadian atau yang
merupakan sumber perilaku yang umumnya konstan, memungkinkan ramalan
3
dari perilaku seorang individu dalam situasi-situasi khusus dengan menimbang
karakteristik-karakteristik untuk relevansi situasi awalnya.
Indikator Tipe Myers Briggs
Myers Briggs Type Indicator (MBTI) yaitu salah satu kerangka
kepribadian yang paling banyak digunakan. Suatu tes kepribadian yang
menyadap empat karakteristik dan mengelompokkan orang-orang ke dalam
salah satu dari enambelas tipe. Seratus pertanyaan diajukan untuk menanyai
bagaimana seseorang merasakan dan bertindak dalam situasi tertentu. Hasilnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Ekstrovet atau Introvet (E atau I)
• Menginderai (Sensing) atau Intuitive (S atau N)
• Berpikir (Thinking) atau Merasakan (Feeling) (T atau F)
• Merasa (Perceiving) atau Menimbang-nimbang (Judging) (P atau J)
Dari kelompok-kelompok ini di atas dapat digabung dengan enambelas
tipe kepribadian:
1. Tipe INTJ (Introvet, Intuitive, Thinking, Judging) yaitu kelompok
visioner, dengan kepribadian yang bercirikan: punya pikiran orisinil dan
dorongan besar untuk ide dan maksud mereka sendiri, skeptis, kritis, tidak
tergantung, bulat tekat dan keras kepala.
2. Tipe ESTJ (Ekstrovet, Sensing, Thinking, Judging) yaitu kelompok
pengorganisasi, yang mempunyai ciri: praktis, realistis, tidak berbelit,
menyukai organisasi dan menjalankan kegiatan.
3. Tipe ENTP (Ekstrovet, Intuitive, Thinking, Perceiving) yaitu kelompok
atau tipe pengkonsep, ia cepat dan banyak akal, baik dalam banyak hal.
Eysenck menyederhanakan sejumlah faktor-faktor kepribadian ke
dalam dua dimensi, yaitu: introverted-extroverted dan stable-unstable seperti
ditunjukkan pada gambar 2 di bawah ini
Gambar 2: Eysenck’s tw
care
peaceful
reliable
calm
Stable
leadership
lively
responsive
outgoing
Dari berbagai penelitian tentan
model kepribadian lima faktor y
kepribadian menurut model ini ad
1. Ekstraversi yaitu dimensi ke
seseorang itu mudah bergaul,
2. Agreeableness yaitu dim
sejauhmana seseorang itu
dipercaya.
Introverted
ful quiet
reserved
sober
anxious
Unstable
touchy
aggresive
changeable
optimistic
Extroverted o dimensions of personality
g kepribadian, yang paling populer yaitu
ang biasa disebut model lima besar. Ciri-ciri
alah:
pribadian yang menggambarkan sejauh mana
pandai bicara dan tegas.
ensi kepribadian yang menggambarkan
ramah, mudah bekerja sama, dan dapat
4
3. Ketelitian yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan sejauhmana
seseorang bertanggung jawab, andal, tekun dan berorientasi prestasi.
4. Kemantapan emosional yaitu dimensi kepribadian yang menggambarkan
sejauhmana seseorang itu tenang, penuh semangat, aman, tegang, tertekan,
gelisah dan tidak aman.
5. Kepribadian terhadap pengalaman yaitu dimensi kepribadian yang
menggambarkan sejauhmana seseorang itu imajinatif, peka terhadap seni
dan cerdas.
E. Atribut Kepribadian Utama yang mempengaruhi Perilaku Organisasi
Sejumlah atribut kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku
organisasi yaitu :
1. Tempat kedudukan kendali
2. Machiavellanisme
3. Harga diri (self esteem)
4. Pemantauan diri (self monitotring)
5. Kecondongan untuk mengambil resiko
6. Tipe kepribadian.
Penjelasan tentang atribut kepribadian ini di atas dijelaskan dalam uraian
berikut ini:
1. Tempat Kedudukan Kendali
Tempat kedudukan kendali yaitu derajat sejauhmana seseorang
yakin menguasai nasib sendiri. Ini dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu
internalizers dan externalizers.
Internalizers: individu yang meyakini bahwa mereka mengendalikan apa
yang terjadi pada diri mereka sendiri.
Externalizers: individu-individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi
pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti
kemujuran dan peluang.
Dampak tempat kedudukan kendali terhadap perilaku organisasi bagi
kelompok atau bagian internal umumnya mempunyai kinerja yang lebih
baik pada pekerjaan, yaitu lebih aktif mencari informasi sebelum
mengambil keputusan dan lebih termotivasi untuk berprestasi serta
melakukan upaya yang lebih besar untuk mengendalikan lingkungan
mereka. Ciri-ciri utamanya yaitu :
• Tingkat absensi rendah
• Turn over rendah
• Lebih sukses
• Kinerja lebih baik
• Termotivasi untuk berprestasi.
Pekerjaan yang cocok bagi kelompok ini yaitu pekerjaan manajerial dan
professional. Sedangkan dampak tempat kedudukan kendali bagi kaum
eksternal yaitu lebih tunduk dan bersedia mengikuti aturan. Ciri-cirinya
yaitu :
• Kurang dipuaskan oleh pekerjaan
• Tingkat kemangkiran tinggi
• Terasing dari lingkungan kerja
• Kurang terlibat dalam pekerjaan
• Tunduk dan bersedia mengikuti pengarahan.
Pekerjaan yang cocok bagi kelompok eksternal ini yaitu pekerjaan yang
terstruktur dan sifatnya rutin.
2. Machiavellianisme
Machiavellianisme yaitu derajat sejauhmana seorang individu bersifat
pragmatis, menjaga jarak emosional, meyakini bahwa tujuan dapat
membenarkan cara. Ciri-ciri Machiavellianisme yang tinggi yaitu
memanipulasi lebih banyak, memenangkan lebih banyak, jarang dibujuk
dan membujuk orang lain lebih banyak dibandingkan dengan kaum
Machiavellianisme rendah. Pekerjaan yang cocok bagi kelompok
Machiaveliianisme yang tinggi yaitu :
• Pekerjaan yang banyak memerlukan tawar menawar (negotiation)
• Pekerjaan yang menjanjikan hadiah bila berhasil (mis: penjualan
berkomisi).
Kelompok ini berkembang manakala:
a. Berinteraksi atau tatap muka secara langsung dengan orang lain
daripada secara tidak langsung.
b. Situasi itu mempunyai aturan dan peraturan yang minimum sehingga
memungkinkan ruang gerak untuk improvisasi.
c. Keterlibatan emosional dengan rincian yang tidak relevan dengan
kemenangan mengalihkan perhatian para Machiavellianisme rendah.
3. Penghargaan diri (Self Esteem)
Self Esteem yaitu derajat suka tidak suka seorang individu terhadap diri
mereka sendiri. Penghargaan diri menawarkan beberapa wawasan yang
menarik ke dalam perilaku organisasi yaitu Self Esteem diberikan secara
langsung .
Penghargaan untuk pribadi Self Esteem tinggi, yaitu:
• Memiliki kemampuan lebih untuk berhasil dalam pekerjaan daripada
kemampuan yang mereka perlukan.
• Mengambil lebih banyak resiko dalam pekerjaannya.
• Memilih pekerjaan-pekerjaan yang tidak konvensional
Penghargaan untuk pribadi Self Esteem rendah, yaitu:
• Lebih rawan terhadap pengaruh luar
• Bergantung pada diterimanya evaluasi yang positif dari orang lain
• Lebih besar kemungkinan mereka mencari persetujuan dari orang lain.
• Cenderung menyesuaikan pada keyakinan-keyakinan dan perilaku-
perilaku dari mereka yang dihormati.
• Dalam posisi manajerial, cenderung untuk memperdulikan usaha
menyenangkan hati orang lain.
4. Pemantauan diri (Self Monitoring)
Self monitoring yaitu suatu ciri kepribadian yang mengukur kemampuan
seorang individu untuk menyesuaikan perilakunya pada faktor-faktor
situasional luar. Seorang yang tinggi dalam pemantauan diri mempunyai
kemampuan adaptasi yang besar dalam menyesuaikan perilaku mereka
terhadap faktor situasional luar. Mereka sangat peka terhadap isyarat-
isyarat luar dan berperilaku berbeda dalam situasi yang berlainan.
Sedangkan pemantauan diri yang rendah cenderung memperlihatkan watak
(disposisi) mereka yang sebenarnya dalam semua situasi yang sifatnya
konsisten. Dengan modal bukti pendahuluan dalam riset maka muncul
hipotesis bahwa pemantauan diri yang tinggi akan lebih berhasil dalam
posisi-posisi manajerial dimana individu dituntut memainkan peran-peran
ganda.
5. Pengambilan resiko
Pengambilan resiko yaitu suatu kepribadian yang mengukur dampak
berapa lama manajer perlu waktu dalam mengambil keputusan dan
beberapa informasi yang mereka perlukan sebelum mengambil keputusan.
Seorang individu pengambil resiko tinggi yaitu mengambil keputusan
jauh lebih cepat dan menggunakan sedikit informasi dalam mengambil
pilihan-pilihan daripada pengambil resiko rendah dengan ketepatan
keputusan yang sama.
Kaitannya dengan perilaku organisasi yaitu bahwa ada beberapa
pekerjaan spesifik yang menuntut kecenderungan pengambilan resiko.
Seorang wiraswastawan dan pedagang dituntut untuk pengambilan resiko
tinggi. Sedangkan pekerjaan yang bersifat administratif berkecenderungan
pengambilan resiko yang rendah.
6. Tipe kepribadian
Ada dua tipe kepribadian:
a. Kepribadian tipe A
yaitu pelibatan agresif dalam suatu usaha dan berusaha terus
menerus mencapai sesuatu lebih banyak dalam waktu yang lebih
singkat dan jika perlu melawan upaya-upaya yang melawan hal-hal
atau orang lain.
Ciri-ciri tipe ini yaitu :
• Selalu bergerak, berjalan dan makan cepat
• Merasa tidak sabar dengan laju berlangsungnya kebanyakan
peristiwa.
• Berupaya keras untuk memikirkan atau melakukan dua hal atau
lebih secara serentak.
• Tidak dapat mengatasi waktu luang.
• Terobsesi oleh bilangan yang mengukur sukses dalam bentuk
seberapa banyak semua hal yang mereka peroleh.
b. Kepribadian tipe B yaitu :
• Tidak pernah merasa urgensi waktu bersama, ketidaksabaran
mengiringi rasa ini .
• Tidak pernah merasakan perlunya memperagakan atau membahas
prestasi mereka kecuali bila paparan semacam itu dituntut oleh
situasi.
• Lebih menyukai kesantaian dan kesenangan, bukannya untuk
menunjukkan keunggulan/prestasi.
• Dapat santai tanpa rasa salah.
Tipe A mengakibatkan beberapa hasil perilaku yang agak spesifik,
yaitu:
• Pekerja cepat, dengan menekankan kuantitas daripada kualitas.
• Dalam manajerial, memperagakan daya saing menekan daya
bekerja dalam waktu yang sama.
• Tidak kreatif, mengandalkan masa lalu bila menghadapi masalah.
Sedangkan tipe B dengan karakteristiknya akan lebih berhasil dalam
karirnya karena menekankan pada kualitas, sehingga mereka lebih
bertindak bijak dan kreatif karena mereka menganekaragamkan respon
mereka terhadap tantangan yang spesifik dalam lingkungan mereka.
F. Kepribadian dan Budaya Nasional
Setelah kita pelajari beberapa tipe kepribadian, maka dapatlah
dikatakan bahwa tipe-tipe kepribadian itu muncul karena pengaruh dari
budaya suatu negara yang dominan dari populasinya. Suatu kepribadian itu
umum dalam setiap negara, tetapi suatu kepribadian akan banyak muncul pada
negara-negara yang menganut budaya-budaya yang mendukung kepribadian-
kepribadian itu.
Sebagai contoh, pengambil resiko tinggi dan rendah hampir ada
pada semua budaya. Padahal, budaya suatu negara seharusnya mempengaruhi
karakteristik kepribadian. Kelompok internal lebih banyak ada pada
masyarakat Amerika Utara karena mereka memang berkeyakinan bahwa
merekalah yang menjadi penentu lingkungan, sementara pribadi eksternal
lebih banyak pada masyarakat Timur Tengah karena mereka berkeyakinan
bahwa setiap hidup itu ditakdirkan. Demikian pula tipe A, ada di semua
negara. Akan tetapi lebih banyak pada negara kapitalis dimana prestasi dan
sukses material lebih dihargai.
G. Kepribadian dan Pekerjaan
Holland dengan teori kepribadian pekerjaan, mengedepankan enam
tipe kepribadian. Menurutnya, kepuasan karyawan dengan pekerjaannya dan
juga kemungkinan meninggalkan pekerjaan itu, tergantung sejauhmana
kepribadian seseorang sesuai dengan lingkungan pekerjaannya. Kepuasan dan
kecenderungan meninggalkan pekerjaan juga bergantung kepada seberapa
besar individu mencocokkan kepribadian mereka dengan lingkungan jabatan
yang sama. Kepuasan yang paling tinggi dan tingkatan keluarnya karyawan
paling rendah yaitu dalam keadaan di mana kepribadian dan jabatan atau
pekerjaan ini cocok. Holland mengidentifikasi enam tipe karakteristik
jenis pekerjaan yang disukai dan cocok, sebagai berikut:
1. Tipe Realistik, dengan karakteristik pemalu, tulus, tekun, mantap, patuh
dan praktis, lebih menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan,
kekuatan dan koordinasi. Pekerjaan yang cocok yaitu : montir, operator,
pekerja lini perakitan dan petani.
2. Tipe Menyelidik, dengan karakteristik analitis, orisinil dan ingin tahu,
lebih menyukai kegiatan yang melibatkan pemikiran, organisasi dan
pemahaman. Pekerjaan yang cocok yaitu biolog, ekonom, matematisi dan
wartawan.
3. Tipe Sosial, dengan karakteristik senang bergaul, ramah kooperatif dan
memahami, lebih menyukai jenis kegiatan yang melibatkan bantuan dan
pengembangan orang lain. Pekerjaan yang cocok yaitu : pekerja sosial,
guru, penyuluh dan psikolog klinis.
4. Tipe Konvensional, dengan karakteristik patuh, efisien, praktis, tidak
imajinatif dan tidak luwes, lebih menyukai peraturan, tata tertib dan
kegiatan yang tidak kembar arti. Jenis pekerjaan yang cocok yaitu :
akuntan, manajer koperasi, kasir bank.
5. Tipe Pengusaha, dengan karakteristik percaya diri, ambisius, energik dan
menguasai, lebih menyukai kegiatan verbal, dimana ada kesempatan untuk
mempengaruhi orang dan meraih sukses. Pekerjaan yang cocok yaitu
pengacara, agen real estate, spesialis humas dan manajer bisnis kecil.
6. Tipe Artistik, dengan karakteristik imajinatif, tidak tertib, idealis,
emosional dan tidak praktis, lebih menyukai kegiatan kembar arti dan tidak
sistematis serta memungkinkan ungkapan kreatif. Pekerjaan yang cocok
yaitu pelukis, musisi, pengarang dan dekorator interior.
Dari teori-teori ini ada tiga hal yang dapat dijadikan kunci, yaitu:
1. Ada beberapa perbedaan-perbedaan intrinsik dalam kepribadian diantara
individu-individu.
2. Ada tipe-tipe pekerjaan yang berbeda atau berlainan.
3. Orang-orang dalam lingkungan kerja kongruen dengan tipe kepribadian
mereka seharusnya lebih dipuaskan dan lebih kecil kemungkinannya untuk
berhenti daripada orang-orang dalam pekerjaan yang tidak kongruen.
Suatu organisasi dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan
hidupnya, akan mengalami pasang surut sebagai salah satu bagian dari proses
menuju kematangannya. Dalam proses ini anggota-anggota organisasi yang
yaitu individu-individu dalam organisasi itu sendiri pasti terlibat aktif di
dalamnya. Perilaku-perilaku individu inilah yang berperan penting dalam
kehidupan organisasi. Bahkan dapat dikatakan individu-individu ini
merupakan urat nadi berkembang tidaknya organisasi. Dengan kata lain bahwa
perilaku-perilaku indivu dalam organisasi pasti memberi dampak pada perilaku
organisasi.
Perilaku organisasi dipengaruhi oleh perilaku individu, dan setiap individu
dalam suatu organisasi mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Adanya
perbedaan perilaku ini karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang
berbeda-beda. Perilaku seorang pekerja tidak akan dimengerti tanpa
memperhatikan konsep kepribadian. Kepribadian juga saling berhubungan dengan
persepsi, sikap, belajar dan motivasi setiap usaha. Untuk mengerti perilaku
menjadi tidak lengkap jika kepribadian tidak diperhitungkan atau dipahami
sebelumnya.
ada tiga teori yang membantu kita dalam memahami kepribadian
yaitu teori yang menjelaskan individu, teori psikodinamis yang menggabungkan
karakteristik manusia dan menjelaskan perkembangan kepribadian alamiah
dinamis serta teori para humanis yang menekankan pada orang dan pentingnya
aktualisasi diri kepada kepribadian. Setiap pendekatan berusaha untuk
menerangkan sifat unik atau khas dari setiap individu yang mempengaruhi pola
perilakunya.
Kepribadian yang dikembangkan kepada seseorang jauh sebelum
seseorang itu menjadi anggota suatu organisasi dipengaruhi oleh sifat-sifat
keturunan, determinan budaya dan sosial. Walaupun kepribadian dibentuk di luar
organisasi tetapi karena individu ini pada saatnya berada dalam suatu
organisasi, maka kepribadian awal yang dibawa oleh anggota-anggota atau
individu-individu organisasi itu dianggap sebagai faktor penting dalam perilaku di
tempat kerja. Perilaku individu maupun kelompok di tempat kerja inilah yang
menjadi bagian bahasan dalam studi perilaku organisasi.
Gangguan kepribadian merupakan salah satu topik utama dalam psikologi abnormal yang
memerlukan pemahaman mendalam mengenai berbagai tipe dan karakteristiknya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tipe-tipe gangguan kepribadian yang
paling umum dijumpai dalam konteks psikologi abnormal melalui tinjauan literatur. Metode
yang digunakan meliputi pencarian dan analisis kritis terhadap artikel jurnal, buku teks, dan
sumber akademis lainnya yang relevan dengan topik ini. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gangguan kepribadian dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe utama, termasuk
Gangguan Kepribadian Antisosial, Borderline, Narsistik, dan Obsesif-Kompulsif. Setiap tipe
gangguan kepribadian memiliki ciri khas tersendiri yang mempengaruhi cara individu
berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka dan mengelola emosi serta perilaku mereka.
Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan yang spesifik dan terintegrasi dalam
diagnosis dan penanganan gangguan kepribadian. Penelitian ini juga menggarisbawahi
kebutuhan akan pelatihan profesional yang lebih mendalam dan berkelanjutan untuk para
praktisi di bidang kesehatan mental agar dapat memberikan perawatan yang efektif dan
berbasis bukti kepada individu yang mengalami gangguan kepribadian.
Gangguan kepribadian pada psikologi abnormal menjadi fokus perhatian utama dalam
bidang psikologi klinis karena dampaknya yang kompleks pada individu dan interaksi sosial.
Pemahaman mendalam terkait faktor penyebab dan penanganan yang efektif ini sangatlah
penting dalam menangani suatu kondisi tersebut. Gangguan kepribadian pada psikologi
abnormal merupakan kondisi yang dapat memberikan dampak signifikan pada individu dan
interaksi sosial mereka. Beberapa penelitian terkini menyoroti pada peran faktor genetik dan
lingkungan dalam perkembangan gangguan tersebut serta pentingnya pendekatan holistik
dalam diagnosis dan pengelolaannya. Isu gangguan kepribadian selalu menjadi topik
penelitian hangat dalam diskusi kesehatan mental. Gangguan kepribadian memang menjadi
masalah serius di masyarakat. berdasar data Riskdas 2018 yang dimuat di situs resmi
Kementerian Kesehatan RI pada 15 Oktober 2019, lebih dari 19 juta penduduk berusia 15
tahun ke atas di Indonesia memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian yang
mengalami gangguan jiwa memperkirakan lebih dari 12 orang di Indonesia, berusia 15 tahun
ke atas, menderita depresi. Hal ini menunjukkan peningkatan prevalensi yang signifikan sejak
data WHO terbaru. berdasar perkiraan tersebut, jumlah penduduk Indonesia yang
menderita gangguan kepribadian meningkat pada tahun 2010 berujung pada bunuh diri
mencapai 1,8% per 100 penduduk, naik dari 1,6 juta jiwa. Gangguan kepribadian pada
psikologi abnormal merupakan bidang penelitian yang terus berkembang dalam dunia
psikologi terutama psikologi klinis. Kondisi hal ini melibatkan pola perilaku dan pikiran yang
tidak sejalan dengan norma sosial, serta dapat berdampak signifikan pada kehidupan sehari-
hari individu yang mengalaminya. Pemahaman yang mendalam mengenai faktor penyebab
dan pendekatan terapi yang efektif menjadi kunci di dalam menangani gangguan kepribadian
ini. Kepribadian membentuk landasan sikap dan perilaku individu, maka dari itu isu penting
dan pengetahuan untuk dapat mengatasi gangguan kepribadian yang di mulai dari tipe- tipe
gangguan kepribadian hingga pada treatment yang sesuai pada tipe-tipe pada setiap gangguan
kepribadian ini.
Gangguan kepribadian adalah kelainan dimana ciri kepribadian berbeda dari
kebanyakan orang. Gangguan kepribadian dapat disebabkan oleh interaksi kompleks dari
pengaruh biologis, keluarga, dan sosial. Gangguan kepribadian adalah penyakit kronis, ciri
khas kelainan ini berlangsung dalam jangka waktu lama dan biasanya muncul pada masa
remaja atau awal masa dewasa. Seseorang relatif stabil dan mungkin bertahan di kemudian
hari. Gangguan kepribadian dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi
kehidupan, hubungan, dan perasaan emosional.
dari sudut pandang psikologis, gangguan kepribadian
dianggap sebagai kondisi kepribadian yang kaku dan terkendali, sehingga mengganggu
fungsi kepribadian itu sendiri, bahkan menimbulkan masalah psikologis seperti dapat
menimbulkan gejala. Hal ini menimbulkan penderitaan bagi individu dan lingkungan sosial.
Gangguan kepribadian Millon (Fadilah dkk, 2023) adalah pola persisten yang dihasilkan dari
pengalaman pribadi atau perilaku individu, ditandai dengan penyimpangan dari harapan
budaya tempat orang tersebut tinggal, dan ditandai dengan setidaknya dua penampilan
sampingan. Menurut Octavia dkk , selain pola pikir yang
tidak sehat, kondisi yang juga tergolong penyakit mental ini merupakan kondisi yang
mempengaruhi kemampuan pasien dalam merasakan, memahami, dan berinteraksi dengan
dirinya sendiri dan lainnya yang mungkin menyulitkan. di satu sisi lain banyak masyarakat yang tidak
mengetahui berbagai gejala dan jenis gangguan jiwa, sehingga dapat menimbulkan tindakan
yang salah terhadap gangguan jiwa yang di temui.
gangguan kepribadian
merupakan suatu bentuk perilaku kebiasaan yang berbeda secara signifikan dengan
kebiasaan orang pada umumnya. Perbedaan ciri kepribadian pada penderita gangguan
kepribadian tercermin dari cara mereka memandang sesuatu, berpikir, dan berinteraksi
dengan orang lain. Gangguan kepribadian merupakan gangguan yang bersifat kompleks.
Kepribadian seseorang yang menderita gangguan kepribadian tercermin dalam banyak aspek
kehidupan sosial dan kepribadiannya.
Tipe – tipe Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian dapat di golongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM – IV –
TR yaitu :
Gangguan Kepribadian Cluster A (Kelompok Aneh )
1. Gangguan Kepribadian Paranoid (Paranoid Personality Disorders)
Merupakan tipe kepribadian yang didominasi oleh ketidakpercayaan dan
ketidakpercayaan terhadap orang lain, disertai perasaan iri. Orang yang mengalami
gangguan ini seringkali tidak sabar dan sulit dimengerti, serta bereaksi terhadap rasa
frustasinya dengan gerakan “balas dendam”. Gangguan ini lebih sering terjadi pada
pria, namun penyebabnya belum diketahui. Gejalanya meliputi ketidakpercayaan
terhadap orang lain, kecurigaan yang tidak beralasan mengenai motif tindakan orang
lain, perasaan bahwa orang lain menipu atau menyakiti dirinya meskipun tidak
terbukti, dan kecenderungan untuk menyimpan dendam. Gejala paranoid disebabkan
oleh trauma psikologis, seperti menjadi korban pelecehan seksual atau kekerasan fisik.
Bisa juga disebabkan oleh gangguan psikologis tertentu seperti gangguan kecemasan,
depresi, skizofrenia, stres berat, atau ketegangan psikologis. Penyakit otak seperti
demensia, penyakit Huntington, stroke, dan penyakit Parkinson juga dapat
menyebabkan gangguan kepribadian paranoid. Treatment yang cocok pada gangguan
ini adalah dengan psikoterapi yaitu pengobatan awal untuk gangguan kepribadian
paranoid, tujuannya adalah untuk mengenali pola pikir negatif orang yang terkena
dampak dan memungkinkan orang yang terkena dampak untuk membedakan antara
ancaman nyata dan ancaman yang dirasakan. Dengan cara ini, perasaan cemas para
penderitanya bisa dikurangi. Jenis psikoterapi yang paling efektif untuk gangguan
psikoterapi adalah terapi perilaku kognitif, terapi psikodinamik, dan pengujian realitas
dan treatment lainnya yaitu ada farmakoterapi yaitu obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan kepribadian paranoid dan penyakit penyertanya termasuk
antipsikotik (risperidone, quetiapine, olanzapine, colazapine, ziprasidone),
antidepresan, dan penstabil suasana hati.
2. Gangguan Kepribadian Skizoid (Schizoid Personality Disorders)
Pola kepribadian yang didominasi oleh sikap acuh tak acuh terhadap interaksi
sosial dan ekspresi emosi yang terbatas (dingin). Gejala gangguan ini antara lain
kurangnya minat dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain,
ketidakmampuan mengenali isyarat sosial yang normal, dan sikap dingin secara
emosional. Penyebab pasti dari kelainan ini tidak diketahui, namun kombinasi faktor
genetik dan lingkungan, terutama pada masa kanak-kanak, mungkin terlibat dalam
perkembangan kelainan ini. Treatment pada gangguan ini yang sesuai adalah ada
psikoterapi yaitu pengobatan gangguan kepribadian skizofrenia dengan menggunakan
metode kesadaran diri. Hal ini memerlukan keterlibatan langsung dari mereka yang
terkena dampak dengan memeriksa aliran suasana hati, pikiran, dan perilaku.
Biasanya, psikoterapi dapat dilakukan dalam tiga tahap: tahap individu, tahap
kelompok, atau tahap teman. Lalu yang kedua ada terapi kognitif membantu pasien
mengubah cara berpikir mereka, tentu saja hal ini memerlukan penanganan intensif
dengan psikiater. Perawatan jenis ini juga memerlukan komitmen yang kuat dari
pasien agar terhindar dari skizofrenia. Dan terakhir ada Selama terapi psikodinamik,
orang yang terkena dampak diminta mengingat pengalaman masa lalu,biasanya dokter
meminta orang yang terkena dampak untuk melaporkan pengalaman traumatisnya.
Hal ini memungkinkan mereka yang terlibat untuk berlatih keluar dari ketakutan yang
mereka alami di masa lalu.
3. Gangguan Kepribadian Skizotipal
Gejala yang terjadi antara lain percaya bahwa seseorang dapat mempengaruhi
pikiran atau peristiwa tertentu, sering salah mengartikan tindakan orang lain dan pada
akhirnya menimbulkan respons emosional yang tidak tepat. Gejala tersebut antara lain
mengalami sensasi yang tidak wajar, seperti nama dibisikkan, dan cenderung
menghindari kontak dekat dengan orang lain rakyat. Skizofrenia dapat disebabkan
oleh faktor genetik dan lebih sering terjadi jika seseorang memiliki kerabat yang
mengidap skizofrenia, yang biasanya dimulai pada awal masa dewasa. Treatment
yang dapat di lakukan adalah terapi suportif yang dilakukan dengan memberikan
kenyamanan, kasih sayang, dan empati kepada pasien. Lalu ada terapi keluarga, di
mana anggota keluarga melatih keterampilan komunikasi dan bekerja sama dengan
orang lain. Terakhir, ada obat-obatan, seperti antidepresan, untuk mengatasi gejala.
Gangguan kepribadian Cluster B ( Kelompok Dramatis)
1. Gangguan kepribadian ambang (borderline Personality Disorder).
Pasien-pasien ini terkadang memiliki niat untuk menyakiti diri sendiri dan terjadi
perubahan emosi yang tidak terduga.
2. Gangguan Kepribadian Antisosial
Orang yang mengidap penyakit ini seringkali mengabaikan norma-norma sosial di
sekitarnya dan tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap orang lain atau menyesali
perbuatannya.
3. Gangguan kepribadian narsistik
Orang yang terkena dampak sangat percaya diri, percaya bahwa mereka lebih baik dari
orang lain, dan mengharapkan terlalu banyak pujian dari orang lain. Mereka bangga dan
membesar-besarkan prestasi mereka kepada orang lain.
4. Gangguan kepribadian histrionik.
Pasien-pasien ini terlalu mengkhawatirkan penampilan mereka, bertindak dramatis
ketika berbicara, selalu menarik perhatian, dan memiliki hubungan dengan orang lain
yang lebih dari sekedar teman, meskipun menurut saya orang lain tidak demikian.
Gangguan Kepribadian Cluster C (Kelompok Takut )
1. Gangguan kepribadian dependen
Orang yang terkena dampak sangat bergantung pada orang lain dalam
hidupnya dan bahkan mungkin merasa lemah ketika ditinggalkan oleh orang lain.
Seseorang yang hidup mandiri, sulit mengambil keputusan, dan cenderung tidak
bertanggung jawab.
2. Gangguan Kepribadian Menghindar.
Orang yang terkena dampak seringkali menghindari hubungan sosial,
terutama aktivitas dengan orang yang tidak dikenal. Hal ini dikarenakan mereka
merasa minder dan malu terhadap orang-orang disekitarnya, padahal sebenarnya
mereka memiliki keinginan untuk menjalin hubungan tersebut. Namun, mereka sulit
berinteraksi dan terus-menerus takut akan terjadinya penolakan.
3. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif.
Orang ini memilih melakukan segala sesuatunya sendiri atau terorganisir,
perfeksionis, dan sering stres jika hasil pekerjaannya tidak sesuai harapan. Gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif biasanya menunjukkan pola penilaian fleksibilitas,
keterbukaan, dan efisiensi yang meluas, dengan keasyikan pada ketertiban,
perfeksionisme, dan pengendalian diri dan antarpribadi.
Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa gangguan kepribadian merupakan gangguan
yang bersifat kompleks. Kepribadian seseorang yang menderita gangguan kepribadian
tercermin dalam banyak aspek kehidupan sosial dan kepribadiannya. Gangguan kepribadian
memiliki gejala dari setiap tipe gangguan kepribadian ini selain itu juga dapat mengetahui
treatment apa yang sesuai dalam mengatasi tipe – tipe gangguan kepribadiannya berdasar
pada tipe gangguan kepribadiannya.