an serangan dilanjutkannya merebut Marw dan
Balkh. Setelah kekuatan pemerintahannya mulai pulih dan
terbina kembali, timbul pula hasratnya untuk mengambil
wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Safawiyah yang dulu
diambil Turki Usmani. Nampaknya rasa permusuhan dari
dua Daulah Islamiyah yang berbeda aliran agama (Syi’ah,
Sunni) ini tidak pernah padam sama sekali. Kapan ada
kesempatan disitu mereka berperang.
Pada tahun 1602 M di saat Turki Usmani berada di
bawah pemerintahan Sultan yang lemah, Sultan Muhammad
III pasukan Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke
wilayah-wilayah yang dikuasai dulu oleh Turki Usmani
ini , kemudian mereka menyerang dan berhasil
menguasai daerah Tabriz, Sirwan dan Baghdad.
Pada tahun 1605-1606 M ia kembali melakukan
serangan ke wilayah kota-kota Nakhchivan, Erivan, Ganja, dan
Tiflis, daerah-daerah ini berhasil dikuasainya. Pada
akhirnya pasukan Abbas I pada tahun 1622 M berhasil merebut
kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun
menjadi pelabuhan Bandar Abbas.
Dengan demikian masa kekuasaan Abbas I yaitu
masa puncak dari kejayaan Daulah Safawiyah. Secara politik
ia dapat mengatasi berbagai pergolakan yang terjadi di dalam
negerinya, meredam konflik-konflik sehingga tercipta
stabilitas keamanan, melalui dua hal ini ia pun berhasil
kembali mengambil wilayah-wilayah yang pernah direbut
oleh kerajaan lain, terutama, kerajaan Turki Usmani sebelum
kekuasaannya.
Adapun yang menjadi faktor keberhasilan Abbas I
dalam ekspansi wilayah, antara lain, kuatnya dukungan militer,
sebab pada masa Abbas I sudah ada dua kelompok militer,
yaitu pasukan militer Qisilbash dan pasukan militer Ghullam
yang dibentuknya sendiri, mereka memberikan dukungan
penuh bagi ekspansi-ekspansinya.
Faktor kedua, ambisi Sultan yang sangat besar bagi
memperluas wilayah Daulah Safawiyah sehingga ia rela
melakukan perjanjian damai dengan Turki Usmani dan untuk
itu ia menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya kepada
mereka, masa damai ini dipergunakannya menciptakan
keamanan dalam negerinya, bermodalkan keamanan ini
ia dapat melakukan ekspansi ke luar.
Faktor ketiga, didukung oleh kecakapan diri Sultan
yang berbakat dan profesional dalam merancang strategi
politik, kapan saatnya harus mengalah dan kapan saatnya
harus menyerang musuh.
Kemajuan yang dicapai oleh Sultan Abbas I ini
bukan hanya di bidang ekspansi wilayah dalam bidang
pemerintahan saja, namun juga di bidang lain pun, Daulah ini
banyak mengalami kemajuan. Di antara kemajuan-kemajuan
itu, sebagai berikut;
3. Kemajuan Ekonomi
Stabilitas politik yang tercipta Sultan Abbas I pada
masa pemerintahannya, terlebih lagi sesudah kepulauan
Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi
Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini maka
sumber pendapatan negara dari aktifitas ekspor dan impor
menjadi meningkat. Juga dengan dikuasainya Bandar ini maka
salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa
diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis, kini telah
berada di wilayah kekuasaan Daulah Safawiyah dan
sepenuhnya menjadi milik mereka.
3.1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah bangsa Persia dikenal sebagai bangsa
yang berperadaban tinggi dan pencinta ilmu pengetahuan.
Maka dimana saja mereka berkuasa, disitu didapatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, tidak terkecuali Daulah
Safawiyah. Maka tidak mengherankan jika tradisi keilmuan ikut
berkembang pada masa Daulah ini.
Terdapat beberapa ilmuan yang selalu menghadiri
diskusi pada majlis Isfahan; mereka itu yaitu Baharuddin
Syaerasi, Sadaruddin Syaerasi dan Muhammad Baqir ibn
Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang
yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan
lebah-lebah.
Bila dibandingkan dengan dua Daulah lainnya, yaitu
Daulah Turki Usmani dan Daulah Mughal dalam waktu yang
sama, kalau di bidang ilmu pengetahuan Daulah Safawiyah
ini jauh lebih unggul.
3.2. Kemajuan Kebudayaan dan Seni
Setelah tercipta stabilitas politik, ekonomi dan
keamanan dalam pemerintahan Sultan Abbas I maka ia dapat
mengalihkan perhatiannya pada bidang lain; Sultan telah
menjadikan kota Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang
sangat indah. Di kota ini berdiri bangunan-bangunan
besar lagi indah, masjid-masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-
sekolah, jembatan-jembatan, diperindah dengan taman-taman
wisata yang ditata dengan baik, sehingga saat Abbas I wafat,
di Isfahan telah ada 162 masjid, yang terbesar di
antaranya yaitu masjid “Syah Isfahan”, 48 akademi, 1802
penginapan dan 273 pemandian umum.406
Di bidang seni, Nampak pada gaya arsitektur
bangunan-bangunannya, juga dapat dilihat pada kerajinan
tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan,
mode, tembikar dan medol seni lainnya. Juga sudah dirintis
seni lukis.
Demikianlah puncak kemajuan yang telah dicapai oleh
Daulah Safawiyah yang membuat Daulah ini menjadi salah
satu dari tiga Daulah Islam yang besar pada periode abad
pertengahan yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama
pada bidang politik dan militer, walaupun tidak setaraf
dengan kemajuan yang telah dicapai umat Islam pada periode
abad klasik.
4. Masa Kemunduran
Sepeningga Abbas I Daulah Safawiyah berturut-turut
diperintah oleh enam Sultan yaitu Safi Mirza (1628-1642 M),
Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694-
1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1732-1736
M).
Pada masa Sultan-Sultan ini Daulah Safawiyah
mengalami kemunduran yang membawa kepada
kehancurannya., seperti Safi Mirza (1628-1642 M), yaitu
pemimpin yang lemah dan sangat kejam kepada pembesar-
pembesar kerajaan, sehingga pemerintahannya menurun
secara drastis. Kota Kandahar (sekarang termasuk wilayah
Afghanistan) lepas dari kekuasaan Daulah Safawiyah direbut
oleh Daulah Mughal yang saat itu dipimpin oleh Sultan Syah
Jehan tidak dapat dipertahankannya.
Sementara itu Abbas II (1642-1667 M) yaitu Sultan
yang suka minum-minum keras sehingga jatuh sakit dan
meninggal dunia, Sulaiman juga seorang pemabuk dan
bertindak kejam kepada para pembesar Daulahnya yang
dicurigainya.
Lain halnya dengan Husein, pengganti Sulaiman, ia
seorang yang alim, namun memberikan kekuasaan yang besar
dan dominan kepada para ulama Syi’ah yang sering
memaksakan faham Syi’ah kepada para penduduk yang
beraliran Sunni, sehingga timbul kemarahan golongan Sunni
Afghanistan, mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan Daulah Safawiyah.408
Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II
dengan dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia
memproklamirkan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa
di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad.
Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar
untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang
menduduki Isfahan. Maka pada tahun 1729 M pasukan Nadir
Khan memerangi dan dapat mengalahkan raja Asyraf yang
berkuasa di Isfahan dan Asyraf sendiri terbunuh dalam
peperangan ini . Dengan demikian Daulah Safawiyah
berkuasa kembali di Persia.
Akan tetapi, tiga tahun kemudian Sultan Tahmasp II
dipecat oleh Nadir Khan, tepatnya pada bulan Agustus 1732
M, dan digantikan oleh Abbas III (anak TahmaspII) yang saat
itu masih sangat kecil. Selanjutnya empat tahun sesudah itu,
tepatnya tanggal 8 Maret 1736 M Nadir Khan mengangkat
dirinya sebagai Sultan menggantikan Abbas III. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Safawiyah di Persia.
Di antara faktor-faktror kemunduran Daulah
Safawiyah ini yaitu konflik yang terus-menerus
berkepanjangan dengan Turki Usmani. Bagi Turki Usmani
berdirinya Daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah menjadi
ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya, akibatnya
harus diperanginya. Konflik antara keduanya boleh dibilang
tidak pernah padam, kecuali dulu Sultan Abbas I pernah
mengadakan perjanjian perdamaian dengan Turki Usmani,
sesudah itu konflik kembali.
Faktor berikutnya, sebab lemahnya Sultan yang
diangkat sehingga mereka tidak dapat mempertahankan
kekuasaan yang diwarisinya, apalagi memperluas, sebaliknya
yang terjadi yaitu konflik internal memperebutkan
kekuasaan di kalangan keluarga istana, juga tidak didukung
pasukan tentara yang kuat sebab pasukan Ghullam yang
dibentuk Sultan Abbas I tidak memiliki semangat perang yang
tinggi.
SEJARAH DAULAH MUGHAL DI INDIA
Membaca sejarah peradaban Islm belum lengkap
sebelum membaca sejarah Daulah Mugahl di India karena
ekspansi Islam masuk ke India yang beragama Hindu ini
sudah terjadi pada masa Daulah Umayyah berkuasa di Syria
di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn
Muslim bersama 6.000 tentara.
Kemudian dilanjutkan oleh Daulah Ghaznawiyah di
bawah pimpinan Mahmud Al-Ghaznawi pada masa ini Islam
sudah tersebar di seluruh wilayah benua India sebab ekspansi
yang dilakukannya ke India pernah tujuh kali berturut-turut
dalam masa tujuh tahun dan menghancurkan berhala-berhala
yang ditemukannya sehingga dia dipanggil “Sang Penghancur
Berhala”. Di belakang hari Daulah Mughal didirikan
Zahiruddin Babur sebagaimana dapat dibaca berikut ini.
2. Pembentukan Pemerintahan
Daulah Mughal (1526-1858 M) ini berdiri di anak benua
India, seperempat abad sesudah berdirinya Daulah Safawiyah
(1501- M) di Iran, sementara Daulah Turki Usmani sudah dua
abad sebelumnya (1300-1918 M). Oleh sebab itu, di antara
tiga kerajaan besar pada periode pertengahan, Daulah Mughal
inilah yang paling muda. namun jauh sebelum ini, ekspansi
Islam ke India sudah dilakukan pada masa Daulah Umayyah
di Syria.
Ketika itu Hajjaj ibn Yusuf panglima perang Daulah
Umayyah mengirim pasukan ekspansi ke India di bawah
pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn Muslim
bersama 6.000 tentara. Mereka telah berhasil menguasai India
bagian barat, yaitu (kini Pakistan), Bukhara, Kandahar,
Samarkhan, dan Sind. Akan namun seluruh India belum
dapat dikuasai dalam ekspansi yang pertama ini.
Ekspansi kedua dilakukan Daulah Ghaznawiyah -
suatu Daulah - yang didirikan oleh Alp Takim pada tahun
962 M, ia bersama pengikutnya berbangsa Turki pergi ke
Gahaznah (Kabul) sekarang, dalam wilayah Afganistan,
mendirikan Kerajaan Gahznah dan menjadikan Ghaznah
sebagai ibu kota kerajaan mereka.
Puncak kejayaannya ada pada Sultan Mahmud Al-
Ghaznawi yang memimpin penaklukan ke India pada
penghujung abad ke-9 yang berhasil menguasai seluruh India
dan berkuasa disana sampai tahun 1186 M.
Peperangan yang dilakukan Mahmud Al-Ghaznawi
menaklukkan India dilengkapi dengan 12.000 tentara berkuda,
30.000 tentara berjalan kaki, 300 tentara bergajah. Dalam
sejarah tercatat bahwa ia menaklukkan India sebanyak 7 kali
peperangan. Dia lah orang yang pertama kali mencapai
wilayah India yang begitu luas sepanjang sejarah Islam dan
telah meninggalkan jejak yang paling kokoh di India.
Missi Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India
yaitu untuk menghancurkan berhala-berjala yang ada disana.
Ketika itu dia ditawari uang dalam jumlah besar agar tidak
menghancurkan berhala-berhala mereka, tawaran itu ditolaknya.
Maka berhala (Pagoda) besar di Somuath dihancurkannya dan
sesudah itu ia pulang membawa harta rampasan yang banyak. Ia
terus melakukan peperangan setiap tahun ke wilayah-wilayah
yang terkenal ada penyembahan berhala. Perlu dicatat, bahwa
ia tidak pernah melakukan pembunuhan massal, setiap kali
melakukan peperangan, namun ia hanya cukup bangga dengan
panggilan “Penghancur Berhala”.
Sebagai gambaran betapa besarnya “Berhala Pagoda”
yang dihancurkannya di Somuath ini , pagoda itu yaitu
yang terbesar dan terindah masa itu. Untuk melayani pagoda
itu saja dikerahkan 2.000 orang Brahmin sebagai pekerja.
Di belakang hari berdirilah Daulah Mughal di India,
yang didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang penguasa
Ferghana (1482-1530), salah satu dari cucu Timur Lank dan
menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya. Ayahnya bernama Umar
Mirza, pen guasa Ferghana, sehingga Babur mewarisi daerah
Ferghana dari ayahnya, saat itu ia masih berusia 11 tahun.
2.1 Sultan Zahiruddin Babur (1482-1530)
Ia sangat berambisi dan bertekad menaklukkan
Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah saat
itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan namun karena
mendapat bantuan dari Sultan Daulah Safawiyah, Ismail I,
akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494
M. Pada tahun 1504 M ia pun dapat berhasil menduduki
Kabul, ibu kota Afghanistan.
Setelah Kabul berhasil ditaklukkan, Babur pun
meneruskan ekspansinya ke India. Ketika itu, Ibrahim Lodi,
penguasa India dilanda krisis, sehingga stabilitas
pemerintahan menjadi kacau, sebab Alam Khan, paman dari
Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan Gubernur Lahore,
mengirim utusan ke Kabul meminta bantuan Babur untuk
menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.
Permintaan itu diterima Babur dan pada tahun 1525
M, ia memipin tentaranya menuju Punyab dan berhasil
menaklukkannya dengan ibu kotanya Lahore. Kemudian
Babur melanjutkan ekspansinya menuju Delhi. Pada tanggal
21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat di
Panipat. Ibrahim bersama ribuan tentaranya terbunuh dalam
pertempuran ini . Babur memasuki kota Delhi sebagai
pemenang dan menegakkan pemerintahan Mughal di sana.
Dengan demikian berdirilah Daulah Mughal di India.
Raja-raja Hindu di seluruh India merasa marah
mendengar proklamasi 1526 yang dikumandangkan Babur,
pertanda berdirinya Kerajaan Mughal Islam di negeri mereka.
Mereka menyusun angkatan perang yang besar untuk
menyerang Babur di bawah pimpinan Rajput. Tantangan
ini dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di
Kanus dekat Agra. Babur berhasil memperoleh kemenangan
walau pun musuhnya memiliki pasukan dalam jumlah
besar dan wilayah pemerintahan Rajput pun jatuh dalam
kekuasaannya.
Sementara itu di Afghanistan masih ada golongan yang
setia kepada keluarga Ibrahim Lodi. Mereka mengangkat adik
kandung Ibrahim lodi bernama Mahmud menjadi Sultan.
namun Sultan Mahmud Lodi dengan mudah dapat dikalahkan
Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M.
Dalam pada itu, pada tahun 1530 M Babur meninggal
dunia dalam usia 48 tahun sesudah memerintah selama 30
tahun dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang paling
cemerlang dalam Daulah Mughal untuk Sultan berikutnya.
Pemerintahannya itu dilanjutkan oleh anaknya Humayun.
2.2 Sultan Humayun (1530-1539 M)
Sultan Humayun menggantikan ayahnya menjadi
Sultan ke-2 Daulah Mughal di India. Ia tidak sehebat ayahnya,
makanya dalam melaksanakan pemerintahannya selama
sembilan tahun ini , ia terus menerus banyak menghadapi
tantangan, negara tidak pernah aman. Waktunya habis
berperang melawan musuh-musuhnya, sehingga tidak ada
kesempatan baginya untuk memajukan pemerintahannya.
Di antara peperangan yang harus dihadapinya yaitu
menghadapi tantangan pemberontakan yang dilakukan oleh
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari
Delhi. namun pemberontakan ini dapat dipadamkannya dan
Bahadur Syah dapat melarikan diri, oleh sebab itu Gujarat dapat
dikuasai Sultan Humayun.
Pada tahun 1540 M terjadi lagi pemberontakan yang
dipimpin oleh Sher Khan Shah di Kanauj. Dalam pertempuran
ini Humayun mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan
diri ke Kandahar dan selanjutnya diteruskannya ke Persia. Di
Persia ia menyusun kembali tentaranya, sesudah mendapat
bantuan dari Sultan ke-2 Daulah Persia Tahmasp, dia menyerang
kembali musuh-musuhnya dan dapat mengalahkan musuhnya
Sher Khan Shah, sesudah hampir 15 tahun berkelana
meninggalkan Delhi. Bangsa Afghan berduka cita atas
meninggalnya Sher Khan Shah sebab mereka kehilangan
pimpinan yang tangguh.418
Dengan meninggalnya Sher Khan Shah, pada tahun
1555 M ia dapat kembali ke India dan menduduki tahta pada
Daulah Mughal yang ditinggalkannya, setahun sesudah itu, ia
pun wafat (1556 M) sebab terjatuh dari tangga
perpustakaannya, Din Panah,419 dan digantikan anaknya
Akbar I yang masih berusia 14 tahun.
3. Masa Kejayaan Pemerintahan dan Perkembangan Ilmu
Penegtahuan
Masa kejayaan Daulah Mughal ini ada ti tangan empat
orang Sultan; mereka itu berturut-turut, sebagai berikut;
Sultan Akbar I (1556-1605 M), Sultan Jehangir (1605-1628 M),
Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M).
3.1. Sultan Akbar I (1556-1605 M)
Sultan Akbar I memegang tampuk kekuasaan Daulah
Mughal dalam waktu yang cukup lama (1556-1605 M). Pada
masanya Daulah Mughal memasuki puncak kejayaan, karena
semua wilayah yang lepas pada masa Sultan Humayun dapat
direbutnya kembali. Kekuatan pasukan Hemu (Menteri Hindu)
pada masa Sher Khan Shah dapat dikalahkan bala tentaranya
pada pertempuran Panipat II, 5 Nopember 1556 M.420
Akbar I yang masih muda itu dibantu oleh Bairan Khan
(wakil Sultan Akbar), ia seorang Syi’ah yang setia membantu
Daulah Mughal sejak dari Sultan Babur dan Humayun. Namun
di belakang hari ia terlalu memaksakan faham Sekte Syi’ahnya
dalam pemerintahan Akbar I sehingga ia terpaksa diberhentikan
dari jabatannya sebagai wakil Sultan pada tahun 1561 M.421
Sultan Akbar I yang perkasa itu berhasil meneruskan
program ekspansinya ke sebelah selatan, utara, barat dan
timur. Ke sebelah selatan. Ia berhasil menaklukkan Malwa
pada tahun 1561 M, Chundar 1561 M, Kerajaan Ghond 1564
M, Chitor 1568 M, Ranthabar 1569 M, Kalinjar 1569 M, Gujarat
1572 M, Surat 1573 M, Bihar 1574 M dan Bengal 1576 M.
Kemudian, ia juga melakukan ekspansinya ke sebelah
utara, sehingga Kashmir dapat dikuasainya pada tahun 1586
M. selanjutnya menaklukkan Shind di sebelah barat laut Delhi
pada tahun 1590 M dan Orissa di sebelah timur dapat
dikuasainya pada 1592 M. Juga kerajaan Deccan 1596 M.
Narnala dikuasai pada tahun 1598 M, Ahmadnagar 1600 M
dan Asitgah pada tahun 1601 M.422 Wilayah yang sangat luas
itu diperintah Sultan Akbar dengan sistem pemerintahan
militeristik, atau dengan tangan besi. Bukan itu saja semua
pejabat diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
Dari aspek politik, Sultan Akbar I menerapkan system
politik toleransi, artinya semua penduduk atau warga India,
dipandang sama. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan karena
perbedaan etnis dan agama.
Tidak lama sesudah Sultan Akbar melakukan ekspansi
yang sangat luas sebagai yang ini di atas, iapun
meniggal dunia pada tahun 1605 M, kajayaan yang telah ia
capai dapat diteruskan oleh tiga orang Sultan berikutnya.
Kejayaan-kejayaan yang telah dicapai Sultan Akbar I
masih dapat dipertahankan tiga Sultan sesudahnya, yaitu
Sultan Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan
Aurangzeb (1658-1707 M). Karena tiga Sultan penerus Sultan
Akbar ini masih terhitung Sultan yang besar dan kuat.
Setelah mereka bertiga, kemajuan Daulah Mughal tidak dapat
dipertahankan lagi oleh Sultan-Sultan berikutnya.
Pada masa pemerintahan tiga Sultan ini, orientasi
politiknya lebih banyak diarahkan pada mempertahankan
keutuhan kekuasaan yang ada, kemudian pada pembangunan
ekonomi, lewat pertanian, perdagangan, dan pengembangan
budaya, seni dan arsitektur.
3.2. Kejayaan Peradaban dan Ilmu Pengetahuan
1. Kemajuan Bidang Ekonomi
Daulah Mughal dapat melaksanakan kemajuan
di bidang ekonomi lewat pertanian pertambangan dan
perdagangan. Di sektor pertanian, hubungan komunikasi
antara petani dengan pemerintah diatur dengan baik.
Pengaturan itu lewat lahan pertanian. Ada yang disebut
dengan Deh yaitu merupakan unit lahan pertanian yang
terkecil. Beberapa Deh bergabung dengan Pargana (desa).
Komunitas petani dipimpin oleh seorang Mukaddam. Maka
melalui para Mukaddam itulah pemrintah berhubungan
dengan petani. Pemerintah mematok bahwa negara berhak
atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu.
Hasil pertanian yang terpenting saat itu yaitu
biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-
rempah, tembakau, kapas dan bahan-bahan celupan.
Hasil pertanian ini, selain untuk kebutuhan dalam negeri,
juga dapat di ekspor ke luar negeri, seperti ke Eropa,
Afrika, Arabia, Asia Tenggara. Untuk meningkatkan
produksi, Sultan Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M)
dan Belanda (1617 M) mendirikan Pabrik pengolahan hasil
pertanian di tanah Surat.
2. Kemajuan Bidang Seni Budaya
Kemajuan di bidang ekonomi berdampak baik
bagi kemajuan di bidang seni budaya. Karya seni yang
menonjol yaitu karya sastra gubahan para penyair istana,
baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India.
Penyair India yang terkenal yaitu Muhammad Jayazi,
seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar
yang berjudul Padmayat berisi tentang kebajikan jiwa
manusia. Pada masa Aurangzeb muncul seorang sejarawan
bernama Abu Fadl dengan karyanya Aini Akhbari berisi
tentang sejarah kerajaan Mughal berdasarkan
pimpinannya.
Selama satu setengah abad, India di bawah Daulah
Mughal menjadi salah negara adikuasa. Ia menguasai
perekonomian dunia, dengan jaringan barang-barangnya
yang mengusai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan
Cina. Selain itu India Mughal juga memiliki pertahanan
militer yang tangguh dan kuat yang jarang
tandingannya.
4. Masa Kemunduran
namun sesudah Aurangzeb (1707 M). kekuasaan
pemerintahan Daulah Mughal diduduki oleh Sultan-Sultan
yang lemah. Sementara itu di pertengahan abad ke-18 Inggris
sudah menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761 M, ia
sudah menguasai sebagian wilayah yang dulu dikuasai
Daulah Mughal.
Pada tahun 1803 M Delhi dikuasai oleh Inggris dan
penguasa Mughal dan warga berada di bawah tekanan
Inggris. Karena warga merasa ditekan, maka mereka baik yang
beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan
pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah
untuk menjadi lambang perlawanan dalam rangka
mengembalikan kekuasaan Daulah Mughal di India. Dengan
demikian, pada tahun 1857 M, terjadilah perlawanan rakyat
India terhadap penjajahan Inggris namun ia dapat dikalahkan
Inggris sebab Inggris mendapat bantuan dari beberapa
penguasa lokal Hindu dan Muslim.
Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman
yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari
kota Delhi, rumah-rumah ibadah, banyak yang dihancurkan
dan Bahadur II, Sultan terakhir Daulah Mughal diusir Inggris
dari istananya. Dengan dimikian berakhirlah kekuasaan
Daulah Mughal di daratan India dan yang tinggal di sana
yaitu umat Islam yang mesti mempertahankan eksistensi
mereka.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
kehancuran Daulah Mughal, di antaranya Sultan-Sultan yang
diangkat sesudah Sultan Aurangzeb yaitu orang-orang lemah
yang tidak mampu membenahi pemerintahan, ditambah lagi
kemerosotan moral, hidup bermewah-mewah di kalangan elit
politik yang memicu pemborosan dalam pengeluaran
uang negara.