Kamis, 22 Februari 2024

sejarah peradaban islam 8




 an serangan dilanjutkannya merebut Marw dan

Balkh. Setelah kekuatan pemerintahannya mulai pulih dan

terbina kembali, timbul pula hasratnya untuk mengambil

wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Safawiyah yang dulu

diambil Turki Usmani. Nampaknya rasa permusuhan dari

dua Daulah Islamiyah yang berbeda aliran agama (Syi’ah,

Sunni) ini tidak pernah padam sama sekali. Kapan ada

kesempatan disitu mereka berperang.

Pada tahun 1602 M di saat Turki Usmani berada di

bawah pemerintahan Sultan yang lemah, Sultan Muhammad

III pasukan Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke

wilayah-wilayah yang dikuasai dulu oleh Turki Usmani

ini , kemudian mereka menyerang dan berhasil

menguasai daerah Tabriz, Sirwan dan Baghdad.

Pada tahun 1605-1606 M ia kembali melakukan

serangan ke wilayah kota-kota Nakhchivan, Erivan, Ganja, dan

Tiflis, daerah-daerah ini  berhasil dikuasainya. Pada

akhirnya pasukan Abbas I pada tahun 1622 M berhasil merebut

kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun

menjadi pelabuhan Bandar Abbas.

Dengan demikian masa kekuasaan Abbas I yaitu 

masa puncak dari kejayaan Daulah Safawiyah. Secara politik

ia dapat mengatasi berbagai pergolakan yang terjadi di dalam

negerinya, meredam konflik-konflik sehingga tercipta

stabilitas keamanan, melalui dua hal ini  ia pun berhasil

kembali mengambil wilayah-wilayah yang pernah direbut

oleh kerajaan lain, terutama, kerajaan Turki Usmani sebelum

kekuasaannya.

Adapun yang menjadi faktor keberhasilan Abbas I

dalam ekspansi wilayah, antara lain, kuatnya dukungan militer,

sebab pada masa Abbas I sudah ada dua kelompok militer,

yaitu pasukan militer Qisilbash dan pasukan militer Ghullam

yang dibentuknya sendiri, mereka memberikan dukungan

penuh bagi ekspansi-ekspansinya.

Faktor kedua, ambisi Sultan yang sangat besar bagi

memperluas wilayah Daulah Safawiyah sehingga ia rela

melakukan perjanjian damai dengan Turki Usmani dan untuk

itu ia menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya kepada

mereka, masa damai ini  dipergunakannya menciptakan

keamanan dalam negerinya, bermodalkan keamanan ini 

ia dapat melakukan ekspansi ke luar.

Faktor ketiga, didukung oleh kecakapan diri Sultan

yang berbakat dan profesional dalam merancang strategi

politik, kapan saatnya harus mengalah dan kapan saatnya

harus menyerang musuh.

Kemajuan yang dicapai oleh Sultan Abbas I ini 

bukan hanya di bidang ekspansi wilayah dalam bidang

pemerintahan saja, namun juga di bidang lain pun, Daulah ini

banyak mengalami kemajuan. Di antara kemajuan-kemajuan

itu, sebagai berikut;

3. Kemajuan Ekonomi

Stabilitas politik yang tercipta Sultan Abbas I pada

masa pemerintahannya, terlebih lagi sesudah  kepulauan

Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi

Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini  maka

sumber pendapatan negara dari aktifitas ekspor dan impor

menjadi meningkat. Juga dengan dikuasainya Bandar ini maka

salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa

diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis, kini telah

berada di wilayah kekuasaan Daulah Safawiyah dan

sepenuhnya menjadi milik mereka.

3.1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah bangsa Persia dikenal sebagai bangsa

yang berperadaban tinggi dan pencinta ilmu pengetahuan.

Maka dimana saja mereka berkuasa, disitu didapatkan

perkembangan ilmu pengetahuan, tidak terkecuali Daulah

Safawiyah. Maka tidak mengherankan  jika tradisi keilmuan ikut

berkembang pada masa Daulah ini.

Terdapat beberapa ilmuan yang selalu menghadiri

diskusi pada majlis Isfahan; mereka itu yaitu  Baharuddin

Syaerasi, Sadaruddin Syaerasi dan Muhammad Baqir ibn

Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang

yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan

lebah-lebah.

Bila dibandingkan dengan dua Daulah lainnya, yaitu

Daulah Turki Usmani dan Daulah Mughal dalam waktu yang

sama, kalau di bidang ilmu pengetahuan Daulah Safawiyah

ini jauh lebih unggul.

3.2. Kemajuan Kebudayaan dan Seni

Setelah tercipta stabilitas politik, ekonomi dan

keamanan dalam pemerintahan   Sultan Abbas I maka ia dapat

mengalihkan perhatiannya pada bidang lain; Sultan telah

menjadikan kota Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang

sangat indah. Di kota ini  berdiri bangunan-bangunan

besar lagi indah, masjid-masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-

sekolah, jembatan-jembatan, diperindah dengan taman-taman

wisata yang ditata dengan baik, sehingga saat  Abbas I wafat,

di Isfahan telah ada  162 masjid, yang   terbesar di

antaranya yaitu  masjid “Syah Isfahan”, 48 akademi, 1802

penginapan dan 273 pemandian umum.406

Di bidang seni, Nampak pada gaya arsitektur

bangunan-bangunannya, juga dapat dilihat pada kerajinan

tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan,

mode, tembikar dan medol seni lainnya. Juga sudah dirintis

seni lukis.

Demikianlah puncak kemajuan yang telah dicapai oleh

Daulah Safawiyah yang membuat Daulah ini menjadi salah

satu dari tiga Daulah Islam yang besar pada periode abad

pertengahan yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama

pada bidang politik dan militer, walaupun tidak setaraf

dengan kemajuan yang telah dicapai umat Islam pada periode

abad klasik.

4. Masa Kemunduran

Sepeningga Abbas I Daulah Safawiyah berturut-turut

diperintah oleh enam Sultan yaitu Safi Mirza (1628-1642 M),

Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694-

1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1732-1736

M).

Pada masa Sultan-Sultan ini  Daulah Safawiyah

mengalami kemunduran yang membawa kepada

kehancurannya., seperti Safi Mirza (1628-1642 M), yaitu 

pemimpin yang lemah dan sangat kejam kepada pembesar-

pembesar kerajaan, sehingga pemerintahannya menurun

secara drastis. Kota Kandahar (sekarang termasuk wilayah

Afghanistan) lepas dari kekuasaan Daulah Safawiyah direbut

oleh Daulah Mughal yang saat  itu dipimpin oleh Sultan Syah

Jehan tidak dapat dipertahankannya.

Sementara itu Abbas II  (1642-1667 M) yaitu  Sultan

yang suka minum-minum keras sehingga jatuh sakit dan

meninggal dunia, Sulaiman juga seorang pemabuk dan

bertindak kejam kepada para pembesar Daulahnya yang

dicurigainya.

Lain halnya dengan Husein, pengganti Sulaiman, ia

seorang yang alim, namun memberikan kekuasaan yang besar

dan dominan kepada para ulama Syi’ah yang sering

memaksakan faham Syi’ah kepada para penduduk yang

beraliran Sunni, sehingga timbul kemarahan golongan Sunni

Afghanistan, mereka berontak dan berhasil mengakhiri

kekuasaan Daulah Safawiyah.408

Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II

dengan dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia

memproklamirkan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa

di Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad.

Tahmasp II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar

untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang

menduduki Isfahan. Maka pada tahun 1729 M pasukan Nadir

Khan memerangi dan dapat mengalahkan raja Asyraf yang

berkuasa di Isfahan dan Asyraf sendiri terbunuh dalam

peperangan ini . Dengan demikian Daulah Safawiyah

berkuasa kembali di Persia.

Akan tetapi, tiga tahun kemudian Sultan Tahmasp II

dipecat oleh Nadir Khan, tepatnya  pada bulan Agustus 1732

M, dan digantikan oleh Abbas III (anak TahmaspII) yang saat 

itu masih sangat kecil. Selanjutnya empat tahun sesudah  itu,

tepatnya tanggal  8 Maret 1736 M Nadir Khan mengangkat

dirinya sebagai Sultan menggantikan Abbas III. Dengan

demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Safawiyah di Persia.

Di antara faktor-faktror kemunduran Daulah

Safawiyah ini yaitu  konflik yang terus-menerus

berkepanjangan dengan Turki Usmani. Bagi Turki Usmani

berdirinya Daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah menjadi

ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya, akibatnya

harus diperanginya. Konflik antara keduanya boleh dibilang

tidak pernah padam, kecuali dulu Sultan Abbas I pernah

mengadakan perjanjian perdamaian dengan Turki Usmani,

sesudah  itu konflik kembali.

Faktor berikutnya, sebab lemahnya Sultan yang

diangkat sehingga mereka tidak  dapat mempertahankan

kekuasaan yang diwarisinya, apalagi memperluas, sebaliknya

yang terjadi yaitu  konflik internal memperebutkan

kekuasaan di kalangan keluarga istana, juga tidak didukung

pasukan tentara yang kuat sebab pasukan Ghullam yang

dibentuk Sultan Abbas I tidak memiliki semangat perang yang

tinggi.


SEJARAH DAULAH MUGHAL DI  INDIA


Membaca sejarah peradaban Islm belum lengkap

sebelum membaca sejarah Daulah Mugahl di India karena

ekspansi Islam masuk ke India yang beragama Hindu ini 

sudah terjadi pada masa Daulah Umayyah berkuasa di Syria

di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn

Muslim bersama 6.000 tentara.

Kemudian dilanjutkan oleh Daulah Ghaznawiyah di

bawah pimpinan Mahmud Al-Ghaznawi pada masa ini Islam

sudah tersebar di seluruh wilayah benua India sebab  ekspansi

yang dilakukannya ke India pernah tujuh kali berturut-turut

dalam masa tujuh tahun dan menghancurkan berhala-berhala

yang ditemukannya sehingga dia dipanggil “Sang Penghancur

Berhala”. Di belakang hari Daulah Mughal didirikan

Zahiruddin Babur sebagaimana dapat dibaca berikut ini.

2. Pembentukan Pemerintahan

Daulah Mughal (1526-1858 M) ini berdiri di anak benua

India, seperempat abad sesudah  berdirinya Daulah Safawiyah

(1501- M) di Iran, sementara Daulah Turki Usmani sudah dua

abad sebelumnya (1300-1918 M). Oleh sebab itu, di antara

tiga kerajaan besar pada periode pertengahan, Daulah Mughal

inilah yang paling muda. namun  jauh sebelum ini, ekspansi

Islam ke India sudah dilakukan pada masa Daulah Umayyah

di Syria.

Ketika itu Hajjaj ibn Yusuf panglima perang Daulah

Umayyah mengirim pasukan ekspansi ke India di bawah

pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn Muslim

bersama 6.000 tentara. Mereka telah berhasil menguasai India

bagian barat, yaitu (kini Pakistan), Bukhara, Kandahar,

Samarkhan, dan Sind. Akan namun seluruh India belum

dapat dikuasai dalam ekspansi yang pertama ini.

Ekspansi kedua dilakukan Daulah Ghaznawiyah -

suatu Daulah - yang didirikan oleh Alp Takim pada tahun

962 M, ia bersama pengikutnya berbangsa Turki pergi ke

Gahaznah (Kabul) sekarang, dalam wilayah Afganistan,

mendirikan Kerajaan Gahznah dan menjadikan Ghaznah

sebagai ibu kota kerajaan mereka.

Puncak kejayaannya ada pada Sultan Mahmud Al-

Ghaznawi yang memimpin penaklukan ke India pada

penghujung abad ke-9 yang berhasil menguasai seluruh India

dan berkuasa disana sampai tahun 1186 M.

Peperangan yang dilakukan Mahmud Al-Ghaznawi

menaklukkan India dilengkapi dengan 12.000 tentara berkuda,

30.000 tentara berjalan kaki, 300 tentara bergajah. Dalam

sejarah tercatat bahwa ia menaklukkan India sebanyak 7 kali

peperangan. Dia lah orang yang pertama kali mencapai

wilayah India yang begitu luas sepanjang sejarah Islam dan

telah meninggalkan jejak yang paling kokoh di India.

Missi Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India

yaitu  untuk menghancurkan berhala-berjala yang ada disana.

Ketika itu dia ditawari uang dalam jumlah besar agar tidak

menghancurkan berhala-berhala mereka, tawaran itu ditolaknya.

Maka berhala (Pagoda) besar di Somuath dihancurkannya dan

sesudah  itu ia pulang membawa harta rampasan yang banyak. Ia

terus melakukan peperangan setiap tahun ke wilayah-wilayah

yang terkenal ada penyembahan berhala. Perlu dicatat, bahwa

ia tidak pernah melakukan pembunuhan massal, setiap kali

melakukan peperangan, namun ia hanya cukup bangga dengan

panggilan “Penghancur Berhala”. 

Sebagai gambaran betapa besarnya “Berhala Pagoda”

yang dihancurkannya di Somuath ini , pagoda itu yaitu 

yang terbesar dan terindah masa itu. Untuk melayani pagoda

itu saja dikerahkan 2.000 orang Brahmin sebagai pekerja.

Di belakang hari berdirilah Daulah Mughal di India,

yang didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang penguasa

Ferghana (1482-1530), salah satu dari cucu Timur Lank dan

menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya. Ayahnya bernama Umar

Mirza, pen guasa Ferghana, sehingga Babur mewarisi daerah

Ferghana dari ayahnya, saat  itu ia masih berusia 11 tahun.

2.1 Sultan Zahiruddin Babur (1482-1530)

Ia sangat berambisi dan bertekad menaklukkan

Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah saat

itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan namun karena

mendapat bantuan dari  Sultan Daulah Safawiyah, Ismail I,

akhirnya ia berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494

M. Pada tahun 1504 M ia pun dapat berhasil menduduki

Kabul, ibu kota Afghanistan.

Setelah Kabul berhasil ditaklukkan,  Babur pun

meneruskan ekspansinya ke India.  Ketika itu, Ibrahim Lodi,

penguasa India dilanda krisis, sehingga stabilitas

pemerintahan menjadi kacau, sebab Alam Khan, paman dari

Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan Gubernur Lahore,

mengirim utusan ke Kabul meminta bantuan Babur untuk

menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.

Permintaan itu diterima Babur dan pada tahun 1525

M, ia memipin tentaranya menuju Punyab dan berhasil

menaklukkannya dengan ibu kotanya Lahore. Kemudian

Babur melanjutkan ekspansinya menuju Delhi. Pada tanggal

21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat di

Panipat. Ibrahim bersama ribuan tentaranya terbunuh dalam

pertempuran ini . Babur memasuki kota Delhi sebagai

pemenang dan menegakkan pemerintahan Mughal di sana.

Dengan demikian berdirilah Daulah Mughal di India.

Raja-raja Hindu di seluruh India merasa marah

mendengar proklamasi 1526 yang dikumandangkan Babur,

pertanda berdirinya Kerajaan Mughal Islam di negeri mereka.

Mereka menyusun angkatan perang yang besar untuk

menyerang Babur di bawah pimpinan Rajput. Tantangan

ini  dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di

Kanus dekat Agra. Babur berhasil memperoleh kemenangan

walau pun musuhnya memiliki pasukan dalam jumlah

besar dan wilayah pemerintahan Rajput pun jatuh dalam

kekuasaannya.

Sementara itu di Afghanistan masih ada golongan yang

setia kepada keluarga Ibrahim Lodi. Mereka mengangkat adik

kandung Ibrahim lodi bernama Mahmud menjadi Sultan.

namun  Sultan Mahmud Lodi dengan mudah dapat dikalahkan

Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M.

Dalam pada itu, pada tahun 1530 M Babur meninggal

dunia dalam usia 48 tahun sesudah  memerintah selama 30

tahun dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang paling

cemerlang dalam Daulah Mughal untuk Sultan berikutnya.

Pemerintahannya itu dilanjutkan oleh anaknya Humayun.

2.2 Sultan Humayun (1530-1539 M)

Sultan Humayun menggantikan ayahnya menjadi

Sultan ke-2 Daulah Mughal di India. Ia tidak sehebat ayahnya,

makanya dalam melaksanakan pemerintahannya selama

sembilan tahun ini , ia terus menerus banyak menghadapi

tantangan, negara tidak pernah aman. Waktunya habis

berperang melawan musuh-musuhnya, sehingga tidak ada

kesempatan baginya untuk memajukan pemerintahannya.

Di antara peperangan yang harus dihadapinya yaitu 

menghadapi tantangan pemberontakan yang dilakukan oleh

Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari

Delhi. namun  pemberontakan ini dapat dipadamkannya dan

Bahadur Syah dapat melarikan diri, oleh sebab itu Gujarat dapat

dikuasai Sultan Humayun.

Pada tahun 1540 M terjadi lagi pemberontakan yang

dipimpin oleh Sher Khan Shah di Kanauj. Dalam pertempuran

ini Humayun mengalami kekalahan dan terpaksa melarikan

diri ke Kandahar dan selanjutnya diteruskannya ke Persia. Di

Persia ia menyusun kembali tentaranya, sesudah  mendapat

bantuan dari Sultan ke-2 Daulah Persia Tahmasp, dia menyerang

kembali musuh-musuhnya dan dapat mengalahkan musuhnya

Sher Khan Shah, sesudah  hampir 15 tahun berkelana

meninggalkan Delhi. Bangsa Afghan berduka cita atas

meninggalnya Sher Khan Shah sebab mereka kehilangan

pimpinan   yang tangguh.418

Dengan meninggalnya Sher Khan Shah, pada tahun

1555 M ia dapat kembali ke India dan menduduki tahta pada

Daulah Mughal yang ditinggalkannya, setahun sesudah  itu, ia

pun wafat (1556 M) sebab terjatuh dari tangga

perpustakaannya, Din Panah,419 dan digantikan anaknya

Akbar I yang masih berusia 14 tahun.

3. Masa Kejayaan Pemerintahan dan Perkembangan Ilmu

Penegtahuan

Masa kejayaan Daulah Mughal ini ada ti tangan empat

orang Sultan; mereka itu berturut-turut, sebagai berikut;

Sultan Akbar I (1556-1605 M), Sultan Jehangir (1605-1628 M),

Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M).

3.1. Sultan Akbar I (1556-1605 M)

Sultan Akbar I memegang tampuk kekuasaan Daulah

Mughal dalam waktu yang cukup lama (1556-1605 M). Pada

masanya Daulah Mughal memasuki puncak kejayaan, karena

semua wilayah yang lepas pada masa Sultan Humayun dapat

direbutnya kembali. Kekuatan pasukan Hemu (Menteri Hindu)

pada masa Sher Khan Shah dapat dikalahkan bala tentaranya

pada pertempuran Panipat II, 5 Nopember 1556 M.420

Akbar I yang masih muda itu dibantu oleh Bairan Khan

(wakil Sultan Akbar), ia seorang Syi’ah yang setia membantu

Daulah Mughal sejak dari Sultan Babur dan Humayun. Namun

di belakang hari ia terlalu memaksakan faham Sekte Syi’ahnya

dalam pemerintahan Akbar I sehingga ia terpaksa diberhentikan

dari jabatannya sebagai wakil Sultan pada tahun 1561 M.421

Sultan Akbar I yang perkasa itu berhasil meneruskan

program ekspansinya ke sebelah selatan, utara, barat dan

timur. Ke sebelah selatan. Ia berhasil menaklukkan Malwa

pada tahun 1561 M, Chundar 1561 M, Kerajaan Ghond 1564

M, Chitor 1568 M, Ranthabar 1569 M, Kalinjar 1569 M, Gujarat

1572 M, Surat 1573 M, Bihar 1574 M dan Bengal 1576 M.

Kemudian, ia juga melakukan ekspansinya ke sebelah

utara, sehingga Kashmir dapat dikuasainya pada tahun 1586

M. selanjutnya menaklukkan Shind di sebelah barat laut Delhi

pada tahun 1590 M dan Orissa di sebelah timur dapat

dikuasainya pada 1592 M. Juga kerajaan Deccan 1596 M.

Narnala dikuasai pada tahun 1598 M, Ahmadnagar 1600 M

dan Asitgah pada tahun 1601 M.422 Wilayah yang sangat luas

itu diperintah Sultan Akbar dengan sistem pemerintahan

militeristik, atau dengan tangan besi. Bukan itu saja semua

pejabat diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.

Dari aspek politik, Sultan Akbar I menerapkan system

politik toleransi, artinya semua penduduk  atau warga India,

dipandang sama. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan karena

perbedaan etnis dan agama.

Tidak lama sesudah  Sultan Akbar melakukan ekspansi

yang sangat luas sebagai yang ini  di atas, iapun

meniggal dunia pada tahun 1605 M, kajayaan yang telah ia

capai dapat diteruskan oleh tiga orang Sultan berikutnya.

Kejayaan-kejayaan yang telah dicapai Sultan Akbar I

masih dapat dipertahankan tiga Sultan sesudahnya, yaitu

Sultan Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan

Aurangzeb (1658-1707 M). Karena tiga Sultan penerus Sultan

Akbar ini  masih terhitung Sultan yang besar dan kuat.

Setelah mereka bertiga, kemajuan Daulah Mughal tidak dapat

dipertahankan lagi oleh Sultan-Sultan berikutnya.

Pada masa pemerintahan tiga Sultan ini, orientasi

politiknya lebih banyak diarahkan pada mempertahankan

keutuhan kekuasaan yang ada, kemudian pada pembangunan

ekonomi, lewat pertanian, perdagangan, dan pengembangan

budaya, seni dan arsitektur.

3.2. Kejayaan Peradaban dan Ilmu Pengetahuan

1. Kemajuan Bidang  Ekonomi

Daulah Mughal dapat melaksanakan kemajuan

di bidang ekonomi lewat pertanian pertambangan dan

perdagangan. Di sektor pertanian, hubungan komunikasi

antara petani dengan pemerintah diatur dengan baik.

Pengaturan itu lewat lahan pertanian. Ada yang disebut

dengan Deh yaitu merupakan unit lahan pertanian yang

terkecil. Beberapa Deh bergabung dengan Pargana (desa).

Komunitas petani dipimpin oleh seorang Mukaddam. Maka

melalui para Mukaddam itulah pemrintah berhubungan

dengan petani. Pemerintah mematok bahwa negara berhak

atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu.

Hasil pertanian yang terpenting saat  itu yaitu 

biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran, rempah-

rempah, tembakau, kapas dan bahan-bahan celupan.

Hasil pertanian ini, selain untuk kebutuhan dalam negeri,

juga dapat di ekspor ke luar negeri, seperti ke Eropa,

Afrika, Arabia, Asia Tenggara. Untuk meningkatkan

produksi, Sultan Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M)

dan Belanda (1617 M) mendirikan Pabrik pengolahan hasil

pertanian di tanah Surat.

2. Kemajuan Bidang Seni Budaya

Kemajuan di bidang ekonomi berdampak baik

bagi kemajuan di bidang seni budaya. Karya seni yang

menonjol  yaitu  karya sastra gubahan para penyair istana,

baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India.

Penyair India yang terkenal yaitu  Muhammad Jayazi,

seorang sastrawan sufi yang menghasilkan karya besar

yang berjudul Padmayat  berisi tentang kebajikan jiwa

manusia. Pada masa Aurangzeb muncul seorang sejarawan

bernama Abu Fadl dengan karyanya Aini Akhbari berisi

tentang sejarah kerajaan Mughal berdasarkan

pimpinannya.

Selama satu setengah abad, India di bawah Daulah

Mughal menjadi salah negara adikuasa. Ia menguasai

perekonomian dunia, dengan jaringan barang-barangnya

yang mengusai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan

Cina. Selain itu India Mughal juga memiliki pertahanan

militer yang tangguh dan kuat yang jarang

tandingannya.

4. Masa Kemunduran

namun  sesudah  Aurangzeb (1707 M). kekuasaan

pemerintahan Daulah Mughal diduduki oleh Sultan-Sultan

yang lemah. Sementara itu di pertengahan abad ke-18 Inggris

sudah menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761 M, ia

sudah menguasai sebagian wilayah yang dulu dikuasai

Daulah Mughal.

Pada tahun 1803 M Delhi dikuasai oleh Inggris dan

penguasa Mughal dan warga berada di bawah tekanan

Inggris. Karena warga merasa ditekan, maka mereka baik yang

beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan

pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah

untuk menjadi lambang perlawanan dalam rangka

mengembalikan kekuasaan Daulah Mughal di India. Dengan

demikian, pada tahun 1857 M, terjadilah perlawanan rakyat

India terhadap penjajahan Inggris namun ia dapat dikalahkan

Inggris sebab Inggris mendapat bantuan dari beberapa

penguasa lokal Hindu dan Muslim.

Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman

yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari

kota Delhi, rumah-rumah ibadah, banyak yang dihancurkan

dan Bahadur II, Sultan terakhir Daulah Mughal diusir Inggris

dari istananya. Dengan dimikian berakhirlah kekuasaan

Daulah Mughal di daratan India dan yang tinggal di sana

yaitu  umat Islam yang mesti mempertahankan eksistensi

mereka.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab

kehancuran Daulah Mughal, di antaranya Sultan-Sultan yang

diangkat sesudah  Sultan Aurangzeb yaitu  orang-orang lemah

yang tidak mampu membenahi pemerintahan, ditambah lagi

kemerosotan moral, hidup bermewah-mewah di kalangan elit

politik yang memicu  pemborosan dalam pengeluaran

uang negara.


Related Posts:

  • sejarah peradaban islam 8 an serangan dilanjutkannya merebut Marw danBalkh. Setelah kekuatan pemerintahannya mulai pulih danterbina kembali, timbul pula hasratnya untuk m… Read More