Rabu, 12 Februari 2025

trauma 3


 aran bawah, padahal level inilah yang dapat 

menhitam putihkan massa, dan bisa membuat massa murka 

atau sebaliknya menjadikan mereka tenang dan beradap.91 

. Bentuk-Bentuk Penanganan Konflik di Aceh.

Menurut Ibnu Kaldum konflik itu sudah ada sejak 

adanya manusia. Keberadaan konflik tidak dapat dilepas dari 

perjalanan hidup manusia, ia begitu dekat dan seolah-olah 

menjadi bahagian dari denyut jantung manusia.92 Tri Kurnia 

Nurhayati dalam Kamus  lengkap Bahasa negara kita    

konflik yaitu  pertentangan dan percekcokan.93 Sementara itu 

Syarizal   bahwa konflik merupakan bahagian dari 

dinamika kehidupan manusia. Dalam kehidupan warga                        

yang sedang berubah, konflik dapat melahirkan pertentangan, 

pertikaian, kekerasan, dan juga pembunuhan. Oleh sebab  itu 

penyikapan dan pengelolaan konflik dapat dilakukan, sebab  

manusia pada fitrahnya cenderung untuk hidup damai dan 

terbebas dari konflik.

Fisher Simon, dkk   bahwa konflik itu pada 

dasarkan bersifat netral dapat bersifat positif dan negatif. 

Konflik bermula dari kepentingan, dan setiap orang memiliki 

kepentingan berbeda antara satu dengan yang lain. Konflik 

yang bermuara positif bila dapat dikelola dengan baik, akan 

terbangun kepercayaan dan kesadaran bahwa manusia 

memang memiliki keragaman dan saling menghargai satu sama 

lain. Upaya saling menghargai, saling memahami, mengakui 

kekeliruan dan keterbatasan diri sendiri merupakan konflik 

yang bermuara pada nilai positif.95 

Sebaliknya konflik yang bermuara negative berujung 

pada kekerasan, pertentangan, penganiayaan, pembunuhan, 

diskriminasi perampasan hak dan lain-lain.Akibatnya kedamaian 

yang merupakan dambaan setiap anggota warga  sangat 

sulit terwujut. Dalam kenyataannya konflik seperti ini tetap 

ada dalam setiap komunitas warga  manapun termasuk 

dalam warga  adat. Di dalam warga  adat termasuk di 

Aceh, umumnya difahami bahwa konflik di identikkan dengan 

kekerasan, pada hal kedua istilah ini  memiliki makna 

yang tajam.96 A. Hasyimy   bahwa warga  Aceh 

dikenal dengan warga  yang terikat dengan agama dan nilai 

adat. Hal ini dapat dilihat dari adagium yang sangat populer 

dalam warga  Aceh, yaitu:  “Adat Bak Poteumerehom, Hukom 

Bak Syiah Kuala; Qanun Bak Putro phang; Resam bak Laksamana”. 

Keberadaan ajaran agama dan adat untuk manyarakat Aceh 

menjadi penting sebab  kedua komponen inilah menjadi 

standar perilaku, warga  sehari-hari.Ajaran agama dan 

norma adat, juga digunakan untuk menyelesaikan konflik yang 

terjadi dalam warga  Aceh.

Konflik yang dirasakan oleh warga  Aceh mulai dari 

konflik internal keluarga, antar kelompok warga , sampai 

dengan konflik bersenjata yang sangat lama dan menelan 

korban cukup banyak, sehingga keluarga korban dendam 

kesumat. Kenyataan ini  seakan-akan memperlihatkan 

bahwa dalam warga  Aceh tidak ada pola penyelesaian 

konflik secara baik dan bijak, padahal dalam perjalanan 

sejarahnya telah terbukti bahwa banyak  persolan warga  

gampong yang berkaitan dengan hukum, politik, social budaya, 

ekonomi dan lain-lain,dapat diselesaikan dengan pola syari’at 

Islam dan norma adat yaitu melalui: di’iet, sayam, suloh dan 

pemumat jaroe, yang dalam prosesinya melibatkan peran ulama 

dan tokoh adat, sebagai bentuk resolusi konflik yang akan 

melahirkan kedamaian dalam warga .

Menurut Prof.Dr.Syahrizal Abas, MA, Berdasar  hasil 

wawancara beliau dengan salah satu tokoh adat di kabupaten 

Singkil yaitu Tgk Abdussalam pada tgl 4 Maret 2006   

bahwa pola di’iet, sayam, suloh dan pemumat jaroe ini sudah 

dikenal sejak awal masuknya ajaran Islam ke Nusantara.98 

                        

. Penyelesaian Konflik Melalui Di’iet

Audah, Abdul Qadir   kata di’iet berasal dari 

bahasa Arab yaitu diyat. Secara bahasa kata diyat bermakna 

pengganti jiwa atau penggati anggota tubuh yang hilang atau 

rusak.Penggati ini berupa harta benda baik bergerak maupun 

tidak.Pola ini merupkan konsep hukum pidana Islam. Para 

sarjana hukum Islam memahami diyat ini sebagai salah satu 

bentuk konpensasi yang harus diserahkan oleh terpidana atau 

keluargnya kepada korban atau ahli warisnya dalam kasus 

tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap anggota 

tubuh orang lain.

Begitu juga Syafioeddin dan Hasyim   bahwa 

dalam di’iet ini, pelaku pidana memberikan sesuatu seperti 

emas dan menyembelih hewan berupa sapi atau kerbau yang 

prosesinya diprakarsai oleh perangkat gampong yaitu: Imuem 

mukim,geuchik, dan tengku menasah. Dalam prosesi ini juga 

digelar pula upara adat yang bertujuan untuk mengakhiri 

dendam atau konflik.

Selanjutnya Syahrizal   pembayaran di’iet 

dalam kehidupan warga  Aceh dimulai dengan proses 

peradilan terhadap pelaku pidana, sehingga dapat diketahui 

tingkat kemaafan yang diberikan oleh korban atau ahli waris 

korban. Jika kemaafan ini  telah diberikan maka para 

pemangku adat atau tetua gampong mengkompromikan dan 

memusyawarahkan dengan korban atau ahli waris korban 

dengan pelaku berapa harus dibayarkan oleh terpidana atau 

keluarganya.Biasanya pembayaran di’iet dilakukan dengan 

suatu upara adat yang di dalamnya terdiri dari kegiatan pesijuek 

dan pemumat jaroe.

Keterlibatan institusi adat dan budaya disini yaitu  

untuk menghilangkan dendam antara para pihak yang bertikai. 

Sedangkan tempat penyelenggaraan di’iet ini biasanya dilakukan 

di menasah atau dirumah korban, dan juga dapat dilakukan di 

tempat lain tergantung kesepakatan pihak yang terlibat.101 

Peralatan dan bahan yang dipersiapkan oleh pelaku atau 

ahli warisnya terdiri atas kerbau atau sapi, perangkat pesijuek 

berupa ketan kuning, kelapa gonseng gula merah (ue mierah), 

ayam panggang, tumpoe (tepung yang diaduek dengan gula 

merah dan digoreng), daun senijuek, daun ilalang (naleung 

samboe), padi campur beras, air tepung atau air bunga, air 

putih dan air cuci tangan dan kemenyan, dan khusus untuk 

kasus pembunuhan ditambah lagi dengan kain putih, pedang/

rencong di dalam sarung, bahkan di daerah tertentu di tambah 

lagi dengan uang sebesar 2 juta sampai dengan 5 juta rupiah.

                           

. Penyelesaian Konflik Melalui Sayam

Sayam yaitu  salah satu pola penyelesaian konflik yang 

ditemukan dalam kehidupan warga  Aceh.Pola ini telah 

lama dipraktekkan dan bahkan jauh lebih lama daripada pola 

di’iet dan suloeh. Sayam yaitu  bentuk konpensasi berupa harta 

benda yang diberikan oleh pelaku pidana terhadap korban atau 

ahli waris korban khusnya berkaitan dengan rusak atau tidak 

berfungsinya anggota tubuh. Bahkan sebahagian daerah Aceh 

memberlakukan sayam ini sebagai kompensasi dari keluarnya 

darah seseorang akibat penganiayaan. 

Filosofi sayam bagi warga  Aceh bersumber 

dari adagium yang sudah dikenal lama yaitu “ luka disifat, 

dan darah disukat”  Makna adagium ini yaitu  luka akibat 

penganiayaan atau kekerasan harus diperhitungkan. 

Pandangan ini mengindikasikan bahwa warga  Aceh betul-

betul memberikan penghargaan dan perlindungan yang tinggi 

terhadap tubuh manusia, sebagai ciptaan Allah. Dan sayam 

ini merupakan bentuk kompensasi untuk menghargai hal 

ini . Sama hal nya dengan di’iet, prosesi sayam 

dilaksanakan setelah para pihak yang bersengketa dihubungi 

oleh pihak geuchik dan tengku menasah, dengan prosesinya 

sama namun sayam hanya lebih ringan sebab  jumlah yang 

harus dibayar berbeda. Deskripsi ini menggambarkan betapa 

penyelesaian konflik menggunakan pola syariat Islam dan 

adat dapat membawa kedamaian abadi sebab  kemaafan yang 

terjalin dalam prosesi itu sering berubah menjadi saudara 

sebab  silaturrahim yang dibina secara berkelanjutan.104 


. Penyelesaian Konflik Melalui Suloeh

 Kata suloeh dalam bahasa Aceh berasal dari istilah Arab 

yaitu al-sulhu-islah, yang berarti upaya perdamaian. Suloeh 

yaitu  upaya perdamaian antar para pihak yang bertikai dalam 

kasus-kasus perdata. Oleh sebab  itu prosesi suloeh ini tidak 

ada penyembelihan hewan kebau, sapi atau kambing sebab  

tidak berkaitan dengan meninggal atau rusaknya anggota 

tubuh korban.Kasus-kasus perdata yang diselesaikan melaui 

suloeh ini umumnya berkaitan dengan perebutan sentra-sentra 

ekonomi seperti batas tanah, tali air sawah, lapak berjualan 

daerah aliran sungai tempat menangkap ikan (seneubok) dan 

lain-lain. Penyelesaian suloeh ini sering juga dilakukan langsung 

ditempat kejadian oleh para tetua adat yang menguasai daerah 

tertentu tanpa sampai kepada gechiek dan imuem menasah dan 

penyelesaiannya sangat mudah hanya dengan pemumat jaroe.105  

Dalam kehidupan warga  lain suloeh ini sama dengan 

mediasi, yang mana sitiap pertikaian dan konflik yang terjadi 

antara satu individu dengan individu lain, atau satu kelompok 

dengan kelompok lain atau satu komunitas dengan komunitas 

lain, mediasi yaitu  bentuk yang sangat sering digunakan untuk 

menyelesaikan pihak yang bertikai. Prosesi penyelesaiannya 

sama dengan suloeh di fasilitasi oleh orang ketiga berupa 

tokoh, lembaga atau instansi yang ditunjuk. Dalam mediasi ini 

pihak ketiga membuat kesepakatan-kesepakatan yang disetujui 

oleh kedua pihak, dan setelah selesai mereka semua bersalam-

salaman.

. Penyelesaian Konflik Melalui Peumumat Jaroe

Bentuk aktivitas adat dan budaya yang melekat pada                              

prosesi di’iet, sayam dan suloeh yaitu  pesijuek dan pemumat 

jaroe (saling berjabat tangan). Kedua prosesi ini memegang 

peranan penting dalam menjalin rasa persaudaraan (ukhwah) 

atara para pihat yang bersengketa, sebab  dalam warga   

Aceh belum sempurna penyelesaian konflik tanpa melakukan 

pesijuek dan pemumat jaroe. Oleh sebab  itu dalam proses 

pemumat jaroe, pihak yang memfasilitasi mengucapkan kata-

kata khusus seperti ”Nyo kaseb oh no dan bekna dendam le.Nyo 

bejeut kejalinan silaturrahmi, sebab  nyan ajaran agama geutanyoe” 

artinya masalah ini cukup disisini dan jangan diperpanjang lagi.

Bersalaman ini diharapkan menjadi jalinan salturrahmi antara 

anda berdua, sebab ini ajaran agama kita. Acara peumumat 

jaroe disaksikan oleh banyak orang yang diundang pada acara 

kenduri pesijuek dengan urutan prosesinya yaitu  peusijuek, 

peumumat jaroe dan makan bersama (kenduri).106 

Kegiatan ini  di atas, merupakan rangkaian panjang 

dalam prosesi penyelesaian konflik dalam sengketa adat Aceh. 

Dalam hal ini peran ulama dan pemangku adat sangat dominan, 

sebab  mereka dinggap mampu membangun silaturrahim 

dengan baik sehingga para orang yang bertikai kadangkala 

menjadi persaudaraan pada acara prosesi ini , namun 

akhir-akhir ini kegiatan penyelesaian konflik dengan cara 

di’iet, sayam, suloeh dan pemumat jaroe sudah jarang dilakukan, 

warga  lebih memilih penyelesaian kasus melalui hukum 

nasional yaitu pengadilan. 

. Tsunami Di Aceh

Tragedi  26  Desember 2004 memang patut direnungkan 

untuk generasi anak bangsa. Gempa super hebat yang diikuti 


gelombang tsunami telah menghacurkan sebahagian besar 

wilayah pesisir pantai di Aceh. Menurut Departemen Sosial 

tercatat 240.000 korban meninggal dan hilang, puluhan ribu 

rumah penduduk, harta benda, gedung-gedung perkantoran, 

sekolah, pertokoan serta fasilitas-fasilitas umum lainnya 

hancur seketika. Kejadian ini memang tidak diduga sama sekali 

walaupun sebenarnya dalam peta negara kita  ada dijelaskan 

bahwa kepulauan negara kita  salah satunya provinsi Aceh yaitu  

rawan bencana.

Arnol (1986) dalam Subandono   bahwa 

wilayah negara kita  merupakan salah satu Negara kaya bencana 

gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi dan tanah 

longsor. Tingginya potensi bencana ini  disebab kan 

tatanan dan proses geologi negara kita  yang dikepung oleh tiga 

lempeng bumi, sehingga ia termasuk negeri yang rentan dan 

rawan bencana alam.

Oleh sebab  itu, seharusnya warga  tidak terkejut 

lagi bila ada bencana yang tidak terduga, sebab  sudah tanpak 

jelas  bahwa dalam peta Badan Meteorologi dan Giofisika, di 

identifikasi sebanyak 25 provinsi di negara kita  rawan terjadinya 

gempa bumi, dan 18 provinsi dari 25 provinsi ini  salah 

satunya provinsi Aceh yaitu  rawan tsunami.108 

Tsunami yang terjadi di Provinsi Aceh merupakan 

musibah yang maha dasyat yang pernah terjadi dalam 

sejarahAceh.sebab  dalam bencana ini  ratusan ribu 

nyawa, harta benda hilang tanpa bekas, sehingga membuat 

banyak warga  Aceh mengalami berbagai kerugian baik 

secara fisik maupun secara mental. Secara fisik warga                         

Aceh sebahagian besar kehilangan rumah, harta benda yang 

telah dikumpulkan puluhan tahun di dalam kehidupannya. 

Sedangkan secara mental warga  banyak merasa 

kehilangan orang-orang yang paling ia cintai sehingga mereka 

merasa berduka, merasa sedih, cemas, depresi dan yang paling 

parah yaitu  stress dan trauma sebab  kehilangan anak, ibu dan 

ayah, kehilangan istri dan suami, kelihangan sanak keluarga, 

kerabat dekat yang sangat sulit untuk dihilangkan di dalam 

pikirannya mungkin sampai akhir zaman. Apalagi kalau tidak 

ada penaganan yang konprehensif dan berkelanjutan bahaya 

ini yaitu  bencana yang sangat besar dalam kisah kehidupan 

warga  Aceh kedepan.

Oleh sebab  itu, harapan terbesar bagi warga  

yaitu  bagaimana pemerintah menangani dan menyelesaikan 

semua persoalan yang disebakan oleh bencana tsunami 

ini  sehingga terbebas dari bencana yang lebih besar yaitu 

lemahnya daya serap dan daya guna generasi penerus akibat 

trauma tsunami.

. Sekilas Tentang Wilayah-WilayahTsunami di Aceh

Secara keseluruhan musibah yang terjadi sebab  

bencana alam gempa dan tsunami meninggalkan cerita yang 

berbeda-beda di berbagai wilayah dalam propinsi Aceh yang 

terkena hantamannya.Wilayah–wilayah ini  yaitu : (1) 

Aceh Besar, (2) Kota Banda Aceh, (3) Aceh Jaya, (4) Aceh Barat.

Pertama, Aceh Besar yang terdiri dari 23 Kecamatan, 

604 Desadan lebih kurang 10 dari kecamatan ini  sangat 

parah kena hantaman tsunami, yaitu: kecamatan Lhoeng, 

Leupong, Lhoknga, Pekan Bada, Puloe Aceh, Baitussalam, 

Darussalam, Mesjid raya. Kedua, Kota Banda Aceh, terdiri 

dari 9 kecamatan dan 90 Desa dan lebih kurang 4 kecamatan 

mengalami hantaman tsunami yang sangat parah. Ketiga, 

Aceh Jaya yang terdiri dari 9 Kecamatan, 21 Mukim, 172 Desa, 

dan hampir semuanya berada pada daerah pesisir pantai. 

Secara geografis kecamatan-kecamatan di wiliyah 

Kabupaten Aceh Jaya berbatasan langsung dengan Samudera 

negara kita . Jalur sepanjang pantai juga merupakan tempat 

permukiman penduduk terpadat dibandingkan dengan 

daerah pemukiman yang jauh dari pantai. Jaringan jalan yang 

menyusuri pinggir pantai yang menghubungkan Banda Aceh 

dengan kota-kota di bagian barat dan selatan provinsi ini 

menjadi faktor yang sangat mendukung bagi penduduk untuk 

membangun permukiman di sepanjang pantai. Pusat-pusat 

perdagangan dan berbagai aktivitas perekonomian lainnya pun 

pada umumnya berlokasi di kota-kota kecamatan yang berada 

di sepanjang pantai wilayah ini.

Oleh sebab  itu kabupaten ini juga termasuk yang 

paling parah kena hantaman gelombang tsunami. Keempat, 

kabupaten Aceh Barat terdiri dari 12 kecamatan dan 321 

Desa.110 

Semua Kecamatan dan Desa yang berada di dalam 

4 kabupaten ini  di atas sebahagian besarnya terkena 

hantaman tsunami dan kehilangan hampir semuanya, baik jiwa 

maupun rumah dan harta benda. Kondisi ini telah membuat 

warga  yang selamat dalam peristiwa  tsunamiini  

merasa sedih berkepanjangan dan sangat stress dan depresi, 

dan bahkan trauma berat. sebab  selain memikirkan keluarga                  

yang hilang tidak tahu jasadnya, juga memikirkan bagaimana 

ia akan menjalani hidup kedepan. Secara psikologis banyak 

korban yang merasa terganggu pasca tsunami sehingga tanpa ia 

sadari apakah itu benar, atau hanya ilusi, mereka yang selamat 

dari musibah ini  sering kali bercerita yang kurang masuk 

dalam pikiran dan akal sehat, seperti ada yang   

bahwa ia selamat sebab  di tolong oleh seekor naga, ada yang 

  ia selamat sebab  ada yang membimbing mereka 

untuk memegang sesuatu sehingga ketika ia sadar ia ada di atas 

pohon, ada yang   ia diselamatkan oleh kakek-kakek 

yang tidak dikenal, ada juga yang   bahwa ia selamat 

seperti bermimpi dan banyak-cerita-cerita aneh lainnya.. 

Hayalan, atau illusi yang dirasakan oleh korban yang 

selamat merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat 

dipungkiri oleh siapapun dan itu merupakan salah satu bentuk 

respon psikologis dari peristiwa traumatis yang dialami oleh 

setiap korban, dan bila  ini tidak ditangani dengan baik dan 

terencana serta berkelanjautan akan bendampak kepada PTSD 

atau Post Traumatik Stress Disorder. 

. Bentuk-Bentuk Trauma Tsunami 

Bentuk-bentuk trauma yang di alami korban dalam 

peristiwa traumatic tsunami yaitu ada dua aspek yaitu: pertama 

trauma fisik seperti patah tangan puntung kaki, luka-luka 

akibat hantaman kayu, beton dan berbagai benda yang hanyut 

dan terbawa dalam gelombang tsunami, luka-luka ini  

akan meninggalkan parut yang tidak akan pernah terlupakan 

seumur hidupnya. Kedua, trauma psikis banyak terjadi pada 

korban pasca tsunami yaitu  sedih berkepanjangan, tertekan, 

gugup, cemas berlebihan, merasa bersalah, stress, dan depresi. 

Semua bentuk trauma ini  seharusnya perlu penangan 

yang representative dari semua pihak terutama keluarga 

terdekat, lingkungan dan pemerintah sebagai penanggung 

jawab dalam suatu komunitas.

Namun penanganan yang sering diterima pasca tsunami 

menurut hasil penelitian yaitu  penaganan secara fisik, sebab  

pasca tsunami banyak NGO yang menawarkan bantuannya.

Tetapi secara psikologis tidak ada secara khusus, padahal 

bencana yang sesungguhnya yaitu  dampak dari psikogis ini, 

sebab  dapat menggangu kecedasan intelektual, emosional dan 

perilaku. Orang-Orang yang sudah mengalami pengalaman 

traumatis dan yang membuat mereka trauma biasanya mudah 

sekali tersinggung, suka menghindar, suka duduk sendiri, suka 

terkejut tiba-tiba, jantung berdebar cepat, sering bermimpi 

buruk, kadangkala ada yang berkeringat tanpa sebab, suka 

pingsan, tegang pada bahagian punggung dan sebagainya. 

Semua kondisi fisik yang dialami ini  akibat pengalaman 

traumatis yang dialami di dalam hidupnya. Pengalaman 

itu akan terkunci dalam latar lembik, sehingga bila mereka 

bertemu dengan suasana, warna dan tempat yang sama, 

maka seringkali korban akan ketakutan dan bahkan ada yang 

histeris. Karna itu pada saat yang demikian, dukungan orang-

orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, dan lingkungan social 

sangat diperlukan untuk meredakan kejala ini . Kalau 

tidak ada, mereka akan merasa terasing, dan lama-kelamaan 

bisa stress, depresi dan juga  bisa sakit jiwa. Dukungan social 

yang diperlukan bukanlah materi, akan tetapi empati yang 

dapat membuat korban merasa tenang, merasa ada teman dan 

merasa mereka tidak sendiri di dalam dunia ini.

                             

. Bentuk-Bentuk Penanganan warga   

      Pasca Tsunami

Bentuk-bentuk penangan pasca tsunami dalam 

warga  Aceh dapat dideskripsikan sebagai berikut: 

Pertama penanganan secara medis, pasca tsunami warga   

Aceh yang selamat banyak mengalami luka-luka secara fisik, 

maka banyak LSM, NGO baik dari local maupun nasional 

dan internasional datang untuk ikut membantu mengobati 

dan merawat warga  yang terluka,  menyediakan obat-

obatan dan sebagainya yang dibutuhkan warga . Kedua, 

penyediaan tempat tinggal bagi korban yang selamat, sebagai 

tempat mengungsi sementara sambil menunggu bntuan rumah 

dari berbagai NGO, BRR. Ketiga, banyak NGO, LSM lokal dan 

nasional membuat berbagai program pelatihan keterampilan 

dalam rangka pemulihan ekonomi mereka, dari perbengkelan, 

akirlig dan berbagai pelayanan warga  seperti servis, AC, 

TV dan alat-lat elektronik lainnya.

Jadi pada masa krisis semua orang menangani 

berbagai cara untuk mengobati luka fisik, sedikit sekali dalam 

warga  Aceh yang mencoba menangani luka psikologis, 

seperti bagaimana mengurangi rasa kesedihan yang dalam, 

bagaimana mengendalikan amarah, benci dan bagaimana 

mengatasi kecemasan, ketakutan dan sebagainya akibat dari 

gelombang tsunami.   

. Dampak Konflik dan Tsunami

Danpak konflik dan tsunami dalam kehidupan 

warga  korban sangat banyak, terutama danpak fisiologis 

dan juga psikologis, keduanya saling berkaitan satu sama lain. 

Abila kebutuhan fisologis tidak terkucupi akan berdampak 


pada psikologis, begitu juga sebaliknya, bila psikologis tidak 

terpenuhi juga akan berdampak kepada fisiologis.

. Dampak Fisiologis

Dalam kehidupan manusia banyak sekali kebutuhan 

yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu  kebutuhan primer 

dan  sekunder. Kebutuhan primer yaitu  kebutuhan yang 

paling dasar yang  mau tidak mau harus dipenuhi, sebab  

kebutuhan jenis ini merupakan kebutuhan untuk kelangsungan 

hidup spesiesnya. Sedangkan kebutuhan sekunder yaitu  

kebutuhan yang juga sangat penting dan lazim seperti 

menyangkut rasa aman dan kebahagian jiwa. Sehingga dengan 

kebutuhan-kebutuhan inilah manusia akan berusaha untuk 

mendapatkannya dan memenuhinya dengan berbagai cara.

Kebutuhan fisiologis manusia terkadang sangat 

berhubungan erat dengan reaksi organ tubuh yang muncul 

untuk memelihara keseimbangan organic dan kimiawi tubuh. 

Misalnya kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadar 

air dalam tubuh, akan membuat manusia lemas, lesue dan tidak 

bersemangat, keadaan ini  akan termotivasi manusia 

untuk mencari makanan dan minuman yang dibutuhkan untuk 

menyeimbangkan kembali kondisi tubuh yang dialami sesuai 

dengan kebutuhannya.

Konflik dan tsunami yang terjadi telah membuat 

banyak warga  kehilangan jiwa raga, harta benda sebagai 

aspek yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis 

manusia.Harta benda yang telah dikumpulkan bertahun-tahun 

lamanya, rumah yang dijadikan tempat beristirahat, ketika 

tubuhnya lelah hancur dibakar ketika konflik dan hanyut                        

dalam gelombang tsunami. Kondisi ini membuat warga  

terpuruk, maka untuk mengembalikan mereka seperti semula, 

memerlukan waktu yang panjang dan strategi yang berbeda, 

sebab  pasca konflik dan tsunami secara umum tatanan 

warga  berubah total, dan ini merupakan dampak yang 

sering muncul yang sulit untuk dihindari. Dampak ini bila terus 

menerus terus terjadi akan membuat berbagai tekanan dalam 

tubuh manusia sihingga akan berakibat pada psikologis.

. Dampak Psikologis

Seperti yang telah disebutkan diatas, berbagai 

kebutuhan manusia harus terpenuhi agar ia dapat hidup 

tenang dan bahagia. Kebutuhan selain kebutuhan fisiologis 

yaitu  kebutuhan psikologis.Kebutuhan ini seperti rasa kasih 

sayang rasa aman dan penghargaan. Orang akan puas ketika 

ia mendapatkan kasih sayang dan dapat menyangi. Sering 

ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi orang akan merasa 

ketakutan,kekecewaan yang dalam, kecemasan, kemarahan, 

kebencian, tertekan, stress depresi dan kondisi ini sering 

dinyatakan sebagai respon ketidak puasan psikologis. 

. Perasaaan Takut (Ketakutan)

Takut merupakan ungkapan emosi yang bersifat fitrah 

yang dirasakan oleh manusia pada situasi berbahaya atau dalam 

situasi yang mengancam keselamatan dirinya. Perasaan takut 

itu sendiri dalam diri manusia termasuk emosi yang sangat 

penting dan bermanfaat dalam kehidupan manusia, sebab  

emosi ini  akan mendorong manusia untuk menghindar 

dan menjauhi situasi-situasi yang berbahaya ataupun keadaan 

yang dapat membinasakan.

  bahwa dalam beberapa eksperimen mutakhir 

membuktikan bahwa kadar rasa takut seseorang yang masih 

pada batas yang normal dan tidak berlebihan, akan bermanfat 

baginya untuk mendorong melakukan hal-hal yang baik. Namun 

kalau rasa takut itu sudah pada batas yang tidak wajar maka 

hal itu akan berakibat buruk bagi diri seseorang. contohnya 

rasa takut yang masih normal bisa membuat seorang pelajar 

bersiap-siap untuk menghadapi ujian dan serius untuk belajar. 

Sedangkan rasa takut yang berlebihan bisa mengakibatkan 

seseorang pelajar malah tidak berkonsentrasi untuk ujian 

sebab  rasatakutnya itu, sehingga hasil test yang ia dapatkan  

tidak seperti yang diharapkan. 

Dari pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa rasa 

takut itu merupakan reaksi yang normal bila masih dalam batas-

batas kewajaran, akan tetapi akan menjadi berbahaya bila rasa 

takut ini  dapat membayakan orang lain sebab  reaksinya 

berlebihan, misalnya sesorang sering dijarah ketika konflik, 

maka ketika ada tamu yang datang tidak dikenal perasaan takut 

ketika dijarah muncul kembali, sehingga ia bersiap-siap untuk 

menghindar atau menyerang, sebab  untuk menyelamatkan 

diri, rasa takut inilah dikatakan dampak dari konflik. Dan rasa 

takut ini harus diobati dengan konprehensif dan dipulihkan 

kepada keadaan semula dengan berbagai psikotherapi psiklogis.

Lain hal nya rasa takut yang datang sebab  pernah 

menjadi korban tsunami, dimana orang-orang akan bereaksi 

yang sama bila terdengar suara sirene peringatan tsunami, 

yaitu berlarian tanpa arah untuk menyelamatkan diri, ini juga 

rasa takut yang tidak wajar. Tetapi rasa takut yang wajar yaitu                         

bila sesorang merespon bunyi sirene dengan mencari tahu 

dengan jelas itu sirene tsunami atau sirene polisi atau sirene 

kebakaran, sebab  rasa takutnya ini  ia akan bertindak 

rasional menghindari bahaya.  

Daniel Goleman   bahwa salah satu warisan 

evolusi yang berhubungan dengan masalah emosional yaitu  

rasa takut yang mendorong kita melindungi keluarga dari 

bahaya; dorongan itulah yang membuat Bobby Crabtree meraih 

pistolnya dan menyelidiki rumahnya untuk menangkap pencuri 

yang difikirnya sedang mengendap-endap dalam rumahnya. 

Rasa takut telah memancing Crabtree melakukan tembakan 

sebelum ia memahami sepenuhnya apa yang ditembaknya, 

bahkan sebelum ia mengenali suara putrinya. 

Menurut ahli biologi evolusioner, reaksi outomatis 

semacam ini telah terekam dalam system saraf manusia sebab  

selama priode yang panjang dan penting dalam prasejarah 

manusia, reaksi outomatis dapat menentukan hidup mati 

seseorang.

. Perasaan Cemas (Kecemasan)

Kecemasan merupakan salah satu respon dari emosi 

manusia.Chaplin   kecemasan (anxiety) atau juga 

disebut kegelisahan yaitu  pertama perasaan campuran yang 

berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa 

mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan ini ; 

kedua rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang 

ringan; ketiga ketakutan dan kekhawatiran yang kuat dan 

meluap-luap.  Berdasar  pengertian ini  maka dapat 

dikatakan kecemasan muncul secara tiba-tiba,  kadangkala 

pada saat yang tidak tepat.

Contoh pada suatu pagi musim semi dia (Daniel Goleman) 

berkenderaan menyusuri jalan dipegunungan Colorado, ketika 

tiba-tiba hujan salju menutupi pandangan untuk melihat 

kemobil yang lain yang melintasi jalan ini  walaupun 

sudah menajamkan pandangannya, tetapi tidak berhasil 

melihat apa-apa, sebab  salju berputar-putar disekeling dan 

tempat itu menjadi medan putih yang membutakan, sehingga 

ia menginjak pedal rem dan pada saat itu rasa cemas terasa 

mengalir dalam darah dan jantungnya berdegub kencang. Rasa 

cemas itu berubah menjadi rasa takut luar biasa, sehingga ia 

berhenti dipinggir jalan, sambil menunggu redanya hujan 

salju. Setengah jam kemudian hujan salju berhenti, dan dia 

pun melanjutkan perjalanannya, tidak begitu jauh ia melihat 

ada mobil ambulan yang sedang menolong orang tabrakan, 

sehingga ia berpikir seandainya tadi dia tidak berhenti maka 

dialah yang akan kecelakaan ini . Kecemasan dan rasa 

takut tadi membuat ia selamat dari bahaya.

Kecemasan seperti di ceritakan diatas yaitu  kecemasan 

yang masih dalam kondisi yang wajar dan positif, sebab  semua 

orang akan bereaksi sama ketika jalan yang dilalui tertutup 

salju sehingga tidak nampak apa-apa seperti cerita ini , 

yang dikatakan cemas sudah mengarah pada dampak traumatic 

yaitu  cemas yang kadang kala tidak tahu sebab dan juga 

tidak masuk diakal seperti orang cemas kepada sesuatu,tetapi 

responnya sangat berlebihan sehingga mebuat panik dan 

ketakutan luar biasa. Seperti seorang ibu yang pernah trauma 

dirampok dijalan, peristiwa ini  dia coba hilangkan dan                                 

ditekan dari pikirannya tetapi, pada saat yang lain ketika dia 

mendapati anaknya belum pulang kerumah, maka dia berekasi 

dengan kecemasan luarbiasa, sehingga ia mengerahkan orang-

orang dan menelpon polisi, padahal belum 24 jam, sebab  

cemas tadi maka iapun panic sehingga bertingkahlaku tidak 

wajar, kondisi inilah yang dikatakan respons dari salah satu 

trauma.

. Perasaan Marah (Kemarahan)

Menurut ‘Utsman Najati   bahwa marah 

itu merupakan emosi yang sifatnya fitrah dan akan muncul 

ketika salah satu motivasi dasar seseorang tidak terpenuhi. 

Jika ada sesuatu yang menghalangi manusia atau binatang 

untuk mendapatkan tujuan tertentu yang ingin diraih demi 

melampiaskan kebutuhannya, maka dia akan marah, berontak 

dan melawan penghalang ini , dia juga akan rela  berkorban 

untuk mengalahkan dan menyingkirkan penghalang yang ada 

dihadapannya sampai ia berhasil melampiaskan kebutuhan 

dirinya. 

Kadar rasa marah sangat tergantung pada seberapa 

besar motivasi yang dihalangi dan juga pada seberapa penting 

kebutuhan ini  harus dipenuhi. 

Rasa marah dalam diri manusia itu sangat beragam 

tingkat kekuatannya, sebab  tergantung kepada seberapa besar 

dan seberapa penting kebutuhan ini  harus dipenuhi. 

Namun di luar semua itu, ada beberapa factor lain yang 

mempengaruhi kekuatan rasa marah dalam diri seseorang. 

Misalnya tabi’at yang sudah diwarisi semenjak lahir, baik dari 

struktur saraf maupun struktur organ tubuh yang lain, bisa 

juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar dimasa lampau.

Daniel Goleman   bahwa para peneliti 

menemukan lebih banyak detail-detail fisiologis tentang 

bagaimana masing-masing emosi mempersiapkan tubuh untuk 

jenis reaksi yang sangat berbeda seperti bila darah amarah 

mengalir ketangan, mudahlah tangan untuk menyambar 

senjata atau menghantam lawan; detak jantung meningkat, dan 

banjir hormon seperti adrenalin membangkitkan gelombang 

energy yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat.115 

Perasaan marah yang seperti diatas merupakan reaksi 

yang wajar dari suatu reaksi fisiologis, tetapi rasa marah yang 

diakibatkan oleh dendam kesumat akibat emosi yang ditekan 

cukup lama dalam litar limbic, ketika ia mengalami goncangan 

hebat seperti pada masa konflik bersenjata, rasa marah ketika 

melihat orang-orang yang berseragan TNI akan membahayakan 

sebab  akan merusak saraf. Dan juga dapat merugikan 

warga , sebab  biasanya marah akibat demdam sering 

tidak bertindak rasional, sehinggasering perbuatan ini  

akan disesali.

Pengaruh marah terhadap manusia dapat dilihat dalam 

tiga aspek, yaitu: kepada fisik, pikiran dan kepada prilaku. 

Kepada fisik gejala yang sering ditimbulkan ketika marah dapat 

dilihat secara internal maupun eksternal. Secara internal orang 

yang marah jantung berdebar-debar, lambung mengerut, aliran 

darah mendesak kebahagian dada, sampai akhirnya  membuat 

wajah menjadi merah padam. Sedangkan secara eksternal, 

berubahnya roman muka, perubahan suara, dan tegangan 

otot pada organ tubuh. Kepada pikiran pengaruh marah dapat                             

dilihat gejala yang muncul yaitu  kurang dapat berkonsentrasi 

dengan baik, sehingga sering sekali keputusan yang diambil 

pada saat marah akan disesali. 

Berdasar  pertimbangan ini , maka Rasulullah 

SAW   kepada para sahabat beliau, untuk tidak 

memberikan hukuman ketika sedang dalam kondisi marah. 

Pengaruh marah pada perilaku, dapat dilihat oleh semua orang , 

sebab  orang yang sedang marah perilaku nya menjadi aneh, ada 

yang mondar mandir seperti gosokan, ada yang mengalihkan 

kepada benda-benda, dan ada pula kepada cacian, makian 

atau apa saja yang dapat membuat meluahkan kekesalannya, 

sehingga tanpa ia sadari kadang kala biasanya ia akan menyepak 

atau meninju pada benda yang berada di dekatnya.

. Perasaan Benci (Kebencian)

Perasaan benci juga salah satu dampak dari li Rasa 

benci merupakan lawan daripada rasa cinta, manusia akan 

mencintai sesuatu yang bermanfaat baginya dan yang bisa 

mebuatnya merasa bahagia atau senang. Namun manusia 

akan membenci sesuatu yang membahayakan dirinya dan yang 

bisa menjerumuskannya kedalam penderitaan. Secara umum 

ada hubungan yang sangat erat atara rasa marah dan rasa 

benci. Sesuatu yang membangkitkan rasa marah juga dapat 

membangkitkan rasa benci. Misal nya kompetisi kerja diantara 

manusia dilatarbelakangi oleh tuntutan hidup, yang kadangkala 

persaingan itu akan menimbulkan rasa benci, permusuhan, 

keinginan untuk saling menyerang. 

Rasa benci akibat konflik dan tsunami sering bersifat 

tidak rasional, sebab  sering sekali orang yang sudah mengalami 

peristiwa traumatis, sering melihat tempat yang sama, warna 

dan kondisi yang sama pada saat peristiwa traumatic terjadi 

merasa benci, menghindar bahkan bersumpah sampai mati 

untuk tidak datang ketempat itu lagi, sebab  menurut ia tempat 

ini  telah meninggalkan luka dalam dirinya, sehingga 

ketika ia bertemu dan melihat kembali tempat yang sama, 

maka ia akan merasa benci.Kondisi ini merupakan perihal 

yang sering terjadi pada orang-orang yang telah mengalami 

peristiwa menyakitkan, seperti kekerasan pada masa konflik, 

kehilangan pada masa tsunami, maka kejadian ini  akan 

membuat korban sulit untuk menerimanya.


. Perasaan Sedih dan Depresi

Perasaan sedih bisa datang pada siapa saja dan kapan saja 

tanpa batas umur, golongan, status, maupun gender. sebab  

perasaan sedih itu yaitu  milik manusia dan merupakan 

salah satu reaksi dari emosi.‘Uthman Najati   

bahwa sesungguhnya rasa sedih tergolong letupan emosi yang 

dirasakan seseorang  ketika dia merasa kehilangan orang paling 

berharga baginya atau sesuatu yang memiliki arti bagi dirinya. 

Ketika sedih, seseorang akan merasa pikirannya keruh dan tidak 

lapang. Oleh sebab  itu seseoarang akan selalu menghindari 

rasa sedih dan tidak akan pernah menyukainya. 

Daniel goleman   bahwa satu-satunya 

suasana hati yang pada umumnya benar-benar diusahan 

dijauhi yaitu  kesedihan. Diane Tice mengamati bahwa ada saja 

akal orang bila menyangkut upaya menyingkirkan kesedihan. 

Tentu saja tidak semua kesedihan harus dihindari; kesedihan                              

yang ditimbulkan oleh satu kehilangan mempunyai akibat 

tertentu yang berbeda-beda; menutup minat kepada hiburan 

dan kesenangan, mengarahkan perhatian pada apa yang telah 

hilang, dan menghimpun energy untuk memulai usaha-usaha 

baru sekurang-kurangnya untuk sementara waktu. Pendek 

kata kesedihan memaksa orang untuk beristirahat untuk 

duniawi, dan perhatian tertuju pada kehilangan ini , 

merenung-renungkan hikmahnya, dan pada akhirnya membuat 

penyesuaian psikologis serta menyusun rencana baru yang 

memungkinkan hidup terus berjalan. 

Beduka itu bermanfaat dan depresi yang berkelanjutan 

yaitu  sia-sia. William Styron dalam Daniel Goleman 

menuturkan deskripsi yang luar biasa mengenai “banyaknya 

manifestasi menyedihkan dari depresi antara lain kebencian pada 

diri sendiri, perasaan tak berharga, terkurung ketidakbahagiaan, 

sekaligus kegelisahan yang mengelilingi, merasa takut dan terkucil, 

dan terutama kecemasan yang menyesakkan”.  

Pada gejala intelektual: “bingung, gagal memusatkan 

pikiran, mudah lupa” dan tahap yang lebih lanjut  pikiran 

“dikusai oleh gangguan-gangguan anarkis” dan selanjutnya 

“adanya perasaan bahwa proses berfikir dihantam gelombang 

asing yang beracun yang dapat menghapuskan setiap respons yang 

menyenangkan dalam kehidupan duniawi”  

Sedangkan pada efek fisik: “sulit tidur, tak berminat apa-

apa bagai manyat hidup, mati rasa, resah, tetapi lebih khusus 

perasaan tak berdaya dan ganjil” seiring terus menerus gelisah 

kemudian diikuti hilangnya gairah, makanan yang seharusnya 

berasa justru tidak ada rasa, akhirnya lenyaplah harapan 

dan kondisi ini akan samar-samar menjadi keputusan yang  

menyakitkan sehingga bunuh diri yaitu  penyelesaikan.

Konflik dan tsunami yang terjadi di Aceh merupakan 

musibah yang yang sangat besar di dalam kehidupan manusia 

terutama warga  Aceh, sebab  selama konflik bersenjata 

terjadi warga  banyak merasa kehilangan orang-orang 

yang paling berharga bagi dirinya, kehilangan ini  bukan 

pula sebab  Allah memanggilnya akan tetapi kehilangan karna 

dipaksa oleh orang yang tidak bertanggung jawab, kondisi ini 

membuat perasaan sedih yang berkepanjangan bagi korban. 

Begitu pula peristiwa tsunami, warga  kembali merasa 

kehilangan orang-orang yang paling mereka sayangi. Rasa 

kehilangan inilah yang membuat banyak warga  merasa 

sedih berkepanjangan, bila tidak ada bantuan dari pihak 

keluarga, warga  dan pemerintah, ditakuti akan membuat 

bencana-bencana lainnya dalam dunia warga  Aceh yaitu 

trauma. Apalagi bila itu menyangkut generasi penerus bangsa 

yaitu para remaja. Remaja yang kuat secara fisik dan sehat secara 

mental akan membangun dunia dengan penuh harapan, akan 

tetapi bila remaja sebagai penerus ini rusak, maka hilangkan 

harta yang paling berharga bagi orang tua, bangsa dan Negara.

 


Pemulihan Trauma 

Konflik dan Tsunami 

di Aceh

. Pengertian Pemulihan

Menurut Sondang Irene E. Sidabutar   bahwa 

dalam bahasa Inggris ada  dua kata yang dapat diartikan 

sebagai pemulihan dalam bahasa negara kita , yakni recovery dan 

healing. Kedua kata ini  sering kali digunakan bergantian 

walaupun sebenarnya tidak tepat, atau sama artinya. Keduanya 

dapat di definisikan secara terpisah sesuai mewakili makna 

yang dalam bahasa negara kita  terkait dengan pulih, pemulihan 

atau memulihkan. 

Pertama, Healing diartikan “to make whole” atau suatu 

proses untuk mengembalikan lagi menjadi satu kesatuan yang 

memiliki akar kata health dan whole dalam bahasa Inggris yang 

artinya yaitu  membuat menjadi baik atau sehat kembali, 

membuat luka menjadi tertutup, kembali pada situasi semula,                                

membebaskan dari duka, kesulitan dari hal-hal buruk, membuat 

perbedaan-perbedaan mengarah menuju rekonsiliasi. 

Kedua, Recovery di artikan sebagai pengembalian 

sesuatu yang hilang, pengembalian pada kesehatan, kesadaran, 

diperolehnya kembali keseimbangan dan pengendalian. 

Situasi kembali pada kondisi yang normal, setelah mengindap 

penyakit, gangguan mental atau luka, atau kembali kepada 

keadaan fungsi yang sebelumnya.

Kedua kata ini  di atas, mengindikasikan 

bahwa walaupun kondisi manusia tidak akan sama setelah 

dihadapkan pada suatu pengalaman traumatis, tetapi masih 

dapat mengembalikan keseimbangannya, kekuatannya yang 

terintegrasi dalam satu kesatuan (whole), sehingga berfungsi 

secara optimal (functional) dan siap untuk bergerak melewati 

masa penderitaan (suffering) dan pengalaman negatif yang 

traumatis menuju suatu pertumbuhan yang baik, maka sangat 

cocok bahwa kedua kata ini  digunakan sebagai kata pulih 

atau pemulihan.

Tri Kurnia Nurhayati   bahwa pulih diartikan 

kembali sebagai keadaan semula, atau sembuh atau baik 

kembali.Memulihkan artinya mengembalikan kepada keadaan 

semua, memulangkan atau mengembalikan.121 Jadi pemulihan 

dapat diartikan sebagai pengembalian sesuatu kepada keaadaan 

semula.

Konflik dan tsunami yang terjadi di Aceh merupakan 

pengalaman traumatis yang berbeda, tetapi memiki dampak 

yang sama yaitu: dapat membuat trauma fisik dan juga trauma 

psikis. Trauma-trauma ini  perlu dipulihkan agar kembali 

seperti semula. Trauma fisik sangat mudah dipulihkan melalui 

medis dengan menggunakan obat-obatan dan para pakar seperti 

doktersetiap kepakarannya dalam lingkungan medis. Tetapi 

trauma psikis perlu penanganan yang lebih komprehensif, 

terpadu dan terintegrasi dengan berbagai aspek, sehingga 

membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga yang lebih 

banyak salah satunya yaitu  dengan konseling traumatik.

.  Pemulihan Trauma Dalam Masyaraat.

Pemulihan trauma dalam warga  dapat dilakukan 

dengan dua cara yaitu: secara individual juga dapat dilakukan 

secara kelompok. Dalam banyak kasus pemulihan trauma justru 

lebih efektif dilakukan secara kelompok. Ada beberapa upaya 

yang dapat dilakukan untuk membantu  pemulihan dari trauma 

yang cepat dan mudah, yaitu secara individual: mengobrol, 

mendengarkan keluhan, memotivasi individu untuk melakukan 

aktivitas. Pada keluarga memberikan dukungan yang dapat 

menghibur anggota keluarga yang merasa kehilangan dalam 

konflik dan tsunami. Dan bagi komunitas warga  

dapat dilakukan debriefing setelah suatu kejadian bencana, 

mengembangkan kelompok dukungan, atau mengembangkan 

kelompok mandiri (self-help group).

Sondang Irene. E. Sidabutar   debriefing 

menunjukkan suatu pemberian informasi atau kegiatan 

pemberian petunjuk.Selain itu sering menunjuk pada kegiatan 

kelompok untuk meminimalkan danpak trauma, dan dilakukan 

segera setelah suatu peristiwa traumatis terjadi. Landasan 

pemikirannya yaitu  semakin cepat individu atau kelompok 

membagikan pengalaman traumatisnya, semakin minimal ia                             

menyimpan pengalaman traumatisnya maka semakin kecil 

kemungkinan ia mengalami masalah psikologis akibat trauma. 

Batasan kesegeraan debriefing tidak dapat ditetapkan secara 

kaku, tetapi dapat dilakukan dalam jangka waktu sampai tiga 

hari antara 24-72 jam. Debriefing akan bermanfaat dilakukan 

pasca bencana alam, kecelakaan, peristiwa pemboman atau 

peristiwa traumatis lainnya. 

Rothbaum,   rawatan pemulihan untuk 

trauma yang berkepanjangan (Prolonged exposure) melalui 

terapi kognitif yaitu  lebih efektif daripada dipilih obat-obatan 

seperti reuptakeserotonin atau daripada tidak ada rawatan 

pemulihan dalam mencegah post-traumaticstress disorder. 

Selain itu ia juga   bahwa rawatan dan pencegahan 

PTSD dapat dilakukan dengan menghilangkan rasa ketakutan,  

dari rangsangan traumatik dengan menggantikannya pada 

rangsangan yang lain.

Daniel Goleman   bahwa menjaga agar 

emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci 

menuju kesejahteraaan emosi, sebab emosi yang berlebihan 

yang meningkat dengan intensitas terlampau tinggi atau 

untuk waktu yang terlampau lama akan mengoyak kestabilan 

manusia.

   3 langkah 

untuk trauma healing bagi siapa saja yang telah mengalami satu 

peristiwa hebat yan telah menggangu kehidupan, yang ditulis 

dengan menggunakan bahasa, Ia merupakan panduan hebat 

untuk membantu orang yang tidak hidup sepenuhnya, karana 

mereka dihantui oleh pengalaman atau peristiwa traumatik. 

Strategi yang dapat membangun perhatian kepada aktivitas 

semua orang,  malah lebih pentinguntuk membantu mereka 

menjadi hadir kembali dalam dunia mereka, dan hidup dengan 

keyakinan dan rasa kesejahteraan. Sebagai ahli terapi, bekerja 

dengan orang yang setiap hari telah hidup melalui berbagai 

pengalaman traumatik, maka akan   bahwa buku ini 

sangat berguna, bagi orang yang sudah tidak mau melakukan 

konseling.

Untuk mengawal korban trauma akibat peperangan yang 

berkekerasan  yang dinyatakan oleh Stradling, ada beberapa 

aspek yang dapat dilakukan yaitu: Pertama, tingkatkan 

sensitivitas, kenali gejala trauma pada orang-orang disekeliling, 

lakukan pendekatan dengan lembut dan penuh kasih sayang, 

empati, bertindak hati-hati, tawarkan bantuan rujukan kepada 

professional. Kedua, respon professional (psikolog, psikiater, 

dan kaunselor) untuk membantu survivor trauma terkait : (1) 

Incident Stress Debriefing (CISD), (2) menceritakan kembali 

peristiwa traumatik yang dialami secara berstruktur dalam 

masa 24-72 jam pasca terjadinya peristiwa traumatik, (hal ini, 

masih diperdebatkan apakah baik untuk digunakan / tidak), 

(3) kaunseling stress pasca trauma, (4) normalisasi reaksi, (5) 

membantu proses coping. 

Sementara itu Kaplan   ada dua macam 

terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD, 

yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi. 

Pertama, pengobatan farmakoterapi, dapat berupa terapi obat                        

hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah 

dikenal. Terapi anti depresiva pada gang-guan stres pasca 

traumatik ini masih kontroversial. Obat yang biasa digunakan 

yaitu  benzodiazepin, litium, camcolit dan zat pemblok beta – 

seperti propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Obat ini  

biasanya diresepkan sebagai obat yang sudah diberikan sejak 

lama dan kini dilanjutkan sesuai yang diprogramkan, dengan 

kekecualian, yaitu benzodiazepin – contoh, estazolam 0,5-1 mg 

per os, Oksanazepam 10-30 mg per os, Diazepam (valium) 5-10 

mg per os, Klonazepam 0,25-0,5 mg per os, atau Lorazepam 1-2 

mg per os atau IM– juga dapat diguna-kan dalam UGD atau 

kamar praktek terhadap ansie tas yang gawat dan agitasi yang 

timbul bersama gangguan stres pasca traumatik ini .

Kedua pengobatan psikoterapi. Para terapis percaya 

bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan 

efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management, 

cognitive therapy, exposure therapy. Pada anxiety management, 

terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk 

membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui: 

(1) relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan 

kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok 

otot -otot utama; (2) breathing retraining, yaitu belajar bernafas 

dengan perut secara perlahan -lahan, santai dan menghindari 

bernafas dengan tergesa - gesa yang menimbulkan perasaan 

tidak nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti 

jantung berdebar dan sakit kepala; (3) positive thinking dan self-

talk, iaitu belajar untuk menghilang-kan pikiran negatif dan 

mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal –hal 

yang membuat stress (stresor); (4) assertiveness training, yaitu 

belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi 

126 Kaplan,H.I., B. J. Sadock, J.A. Grebb (1997), Sinopsis Psikiatri:Ilmu 

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis,2.Jakarta: Binarupa Aksara

119 --------------- 

tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain; (5) thought 

stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika 

kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress.127 

Dalam cognitive therapy, terapis membantu untuk 

merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu 

emosi dan mengganggu aktifitas. Misalnya seorang korban 

kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri sebab  tidak hati 

-hati. Tujuan kognitif terapi yaitu  mengidentifikasi pikiran-

pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa 

pikiran ini  tidak rasional untuk melawan pikiran ini  

yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk 

membantu mencapai emosi yang lebih seimbang.128 

Sementara itu, dalam exposure therapy para terapis 

membantu meng-hadapi situasi yang khusus, orang lain, 

objek, memori atau emosi yang mengingatkan pada trauma 

dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam 

kehidupannya. Terapi dapat berjalan dengan cara: exposure in the 

imagination, yaitu bertanya pada penderita untuk mengulang 

cerita secara detail sampai tidak mengalami hambatan 

menceritakan; atau exposure in reality, yaitu membantu 

menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari 

sebab  menyebabkan ketakutan yang sangat kuat (misal: 

kembali ke rumah setelah terjadi perampokan di rumah). 

Ketakutan bertambah kuat jika kita bersaha mengingat situasi 

ini  dibanding berusaha   lupakannya. Pengulangan situasi 

disertai penyadaran yang berulang akan membantu  menyadari  

127 Anonim, “Expert Consensus Treatment Guidelines for Post Traumatic 

Stress Disorder: A Guide for Patients and Families,” http://www. psychguides. 

com, diakses 04 Mei 2005b.

128 Anonim, “Expert Consensus Treatment Guidelines for Post Traumatic 

Stress Disorder: A Guide for Patients and Families,” http://www. psychguides. 

com, diakses 04 Mei 2005b.

120  ---------------                                  

situasi lampau yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan 

dapat diatasi.129 

Di samping itu, didapatkan pula terapi bermain ( play 

therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan 

PTSD. Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan 

PTSD. Terapis memakai permainan untuk memulai topik yang 

tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu 

anak lebih merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman 

traumatiknya. Terapi debriefing juga dapat digunakan untuk 

mengobati traumatik. Meskipun ada banyak kontroversi 

tentang debriefing baik dalam literatur PTSD umum dan yang 

dipimpin oleh bidan. 

Cochrane dalam Rose et al,   didalam 

systematic reviews-nya merekomendasikan perlu untuk 

melakukan debriefing pada kasus korban-korban trauma.130  

Selain itu, didapatkan pula support group therapy dan terapi 

bicara. Dalam support group therapy seluruh peserta merupakan 

penderita PTSD yang mempunyai pengalaman serupa (misalnya 

korban bencana tsunami, korban gempa bumi) dimana dalam 

proses terapi mereka saling menceritakan tentang pengalaman 

traumatis mereka, kemdian mereka saling memberi penguatan 

satu sama lain.131 

Sementara itu dalam terapi bicara memperlihatkan 

bahwa dalam sejumlah studi penelitian dapat membukti kan 

129 Ibid

130 Rose, S, J. Bisson & S. Wessely, “Psychological Debriefing for 

Preventing Post Traumatic Stress Disorder (PTSD): Review,” dalam Cochrane 

Database of Systematic Reviews, Issue 2, Art No.CD000560, 2002

131 Swalm, D.,  (2005)  Tabs-Childbirth and Emotional Trauma: Why 

it’s Important to Talk T alk Talk, Associate Head of Dept of Psychological 

Medicine for Women, King Edward Memorial Hospital, Subiaco 6008, Western 

Australia, ” www.trauma-center.org, diakses 04 Mei 2005

121 --------------- 

bahwa terapi saling berbagi cerita mengenai trauma, mampu 

memperbaiki kondisi jiwa penderita. Dengan berbagi, bisa 

memperingan beban pikiran dan kejiwaan yang dipendam. 

Bertukar cerita membuat merasa senasib, bahkan merasa 

dirinya lebih baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang 

untuk bangkit dari trauma yang diderita dan melawan 

kecemasan (Anonim, 2005b). 

Pendidikan dan supportive konseling juga 

merupakan upaya lain untuk mengobati PTSD. Konselor 

ahli mempertimbangkan pentingnya penderita PTSD (dan 

keluarganya) untuk mempelajari gejala PTSD dan bermacam 

treatment (terapi dan pengobatan) yan g cocok untuk PTSD. 

Walaupun seseorang mempunyai gejala PTSD dalam waktu 

lama, langkah pertama yang pada akhirnya dapat ditempuh 

yaitu  mengenali gejala dan permasalahannya sehingga dia 

mengerti apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya 

(Anonim, 2005b). 

Di lain pihak, sampai saat ini masih didapatkan pula 

beberapa tipe psikoterapi yang lain. Misalnya, eye movement 

desensitization reprocessing (EMDR), hypnotherapy dan 

psikodinamik psikoterapi, yang seringkali digunakan untuk terapi 

PTSD dan kadang sangat membantu bagi sebagian penderita 

(Anonim, 2005b). 

Lise (2007)    penanganan PTSD dapat 

melalui kognitif terapi atau terapi tingkah laku dengan psikiatri 

terlatih, psikolog, atau lain-lain profesional dapat membantu 

perubahan emosi, pemikiran, dan tingkah laku yang dikaitkan 

dengan PTSD dan dapat membantu mengurus kepanikan, 

kemarahan, dan kebimbangan. Begitu juga dengan obat-

obatan tertentu dapat mengurangi gejala seperti keresahan, 

122  ---------------                                  

impulsivity, kemurungan, dan insomniadan penurunan 

mendesak untuk menggunakan alkohol dan obat-obatan lain.

Kelompok terapi dapat membantu pesakit belajar untuk 

berkomunikasi tentnang perasaan trauma mereka dan dapat 

mewujudkan satu dukungan. PTSD dapat dideskripsikan 

dengan keluarga dan kawan-kawan agar menyatukan 

kesefahaman, sehingga mudah untuk mendapat dukungan 

semasa pemulihan di jalankan.

NIMH (tt)   perawatan utama bagi orang-

orang dengan PTSD yaitu  melalui psikoterapi,obat-obatan, 

atau kedua-duanya. sebab  semua orang yaitu  berbeda, 

maka penanganannya juga berbeda antara satu orang dengan 

orang yang lainnya, hal ini penting diketahui oleh siapa 

saja yang menjaga dan merawat orang dengan PTSD, dalam 

rangka pembekalan penjagaan kesehatan mental yang dialami. 

Setengah orang dengan PTSD akan mencoba perawatan yang 

berbeda untuk mencari apa yang efektif untuk gejala mereka. 

sebab  jika seseorang berterusan mengalami trauma maka 

akan PTSD, dan kedua hal ini  harus dirawat, sebab  orang-

orang yang masih mengalami gejala-gejala itu memperlihatkan 

adanya perubahan otak yang berkaitan dengan katekolamin 

yang khas untuk PTSD. 

Menurut Daniel Goleman   bahwa orang-

orang yang telah pulih tidak mengalami perubahan semacam 

itu. Temuan ini dan temuan-temuan lain yang serupa, memberi 

harapan bahwa perubahan-perubahan otak pada PTSD tidaklah 

terhapuskan , dan bahwa orang dapat pulih dan bahkan dari 

jejak emosional yang paling mengerikan. Pendek kata, sirkuit 

emosi dapat didik ulang. Oleh sebab  itu trauma-trauma parah 

seperti trauma yang menyebabkan PTSD dapat disembuhkan, 

123 --------------- 

dan bahwa jalan menuju penyembuhan semacam itu yaitu  

melalui belajar ulang.132 

Psikoterapi yaitu  “percakapan” yaitu percakapan yang 

melibatkan tenaga profesional untuk merawat kesehatan 

mental dan penyakit mental. Psikoterapi dapat dilakukan 

secara individual, dan juga dapat dilakukan secara kelompok. 

Terapi percakapan dalam rawatan PTSD biasanya berlangsung 

selama 6 hingga 12 minggu, tetapi dapat juga memerlukan 

waktu yang cukup lama. Kajian menunjukkan bahwa dukungan 

daripada keluarga dan rekan-rekan dapat menjadi bahagian 

penting dalam terapi. Banyak jenis psikoterapi yang dapat 

membantu orang dengan PTSD. Dukungan sosial dapat 

mengurangi gejala PTSD secara langsung. Dokter atau ahli 

terapi dapat menggabungkan terapi yang berbeda tergantung 

pada keperluan setiap orang.Satu terapi yang dapat membantu 

yaitu  terapi tingkah laku kognitif.  ada  beberapa cara 

untuk CBT, yaitu:

Pertama, terapi konfrontasi. Terapi ini membantu 

warga  menghadapi dan mengawal ketakutan mereka. 

Mereka dihadapkan pada trauma yang mereka alami dengan 

cara yang selamat. Ia menggunakan imejinasi, mental, menulis, 

atau mengunjungi ke tempat di mana peristiwa itu terjadi. 

Terapi menggunakan alat-alat untuk membantu orang dengan 

PTSD ialah dengan menghadapi perasaan mereka. Penyusunan 

kembali kognitif. Terapi ini membantu orang banyak dalam 

membuang rasa kenangan buruk. Kadang-kadang orang ingat 

bagaimana peristiwa yang berbeda itu terjadi. Mereka mungkin 

merasa bersalah atau malu tentang apa yang bukan salah 

mereka. Terapi membantu orang dengan PTSD dan melihat apa 

yang terjadi secara realistik.

132 Daniel Goleman (1995) Op.Cit. Hal 295

124  ---------------                                  

Kedua latihan tekanan inokulasi. Terapi ini cuba untuk 

mengurangkan gejala PTSD dengan mengajar orang bagaimana 

untuk mengurangkan keresahan. Seperti penyusunan semula 

kognitif, rawatan ini membantu orang banyak melihat 

kenangan mereka dengan cara yang sehat.

Rawatan jenis lain juga dapat membantu orang dengan 

PTSD. Orang dengan PTSD perlu bercerita tentang semua 

pilihan rawatan dengan ahli terapi mereka. Dokter juga dapat 

menetapkan lain-lain jenis obat, seperti yang  dijelaskan  di 

bawah. ada  sedikit penjelasan mengenai bagaimana kerja 

ini bagi orang-orang dengan PTSD. (1) Benzodiazepin. Obat-

obatan ini dapat diberikan untuk membantu orang berehat 

dan tidur. Orang yang mengambil benzodiazepin mungkin 

mempunyai masalah ingatan atau menjadi bergantung 

pada medication. (2) Antipsikotik. obat-obatan ini biasanya 

diberikan kepada orang dengan gangguan mental yang lain, 

seperti skizofrenia. Orang yang mengambil antipsychotics dapat 

mendapatkan berat badan dan mempunyai peluang yang lebih 

tinggi mendapat penyakit jantung dan kencing manis. (3) 

Antidepresan lain. Seperti sertraline dan paroxetine, fluoxetine 

antidepresan (Prozac) dan Citalopram (Celexa) dapat membantu 

orang dengan PTSD berasa kurang tegang atau sedih. Bagi orang 

dengan PTSD yang juga mempunyai gangguan kebimbangan 

lain atau kemurungan, antidepresan mungkin berguna dalam 

mengurangkan gejala penyakit-penyakit ini. Selain daripada 

itu, hal lain yang dapat dilakukan yaitu  dengan konseling 

traumatic.


 Pemulihan Melalui Kaunseling Traumatik

Hamdani Bakran  Adz Dzaky   secara umum 

bahwa “Counseling” dalam bahasa Inggris dikaitkan dengan 

kata “counsel” yang diartikan sebagai: nasehat (to obtain 

cousel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel). 

Dengan demikian maka konseling diartikan sebagai pemberian 

nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran. 

Sedangkan menurut Soli Abimanyu &  M. Thayeb Manrihu 

  bahwa secara terminologi (istilah) dijumpai 

dalam banyak literatur bimbingan dan konseling  di antaranya 

yaitu   :

bahwa 

konseling yaitu  proses yang melibatkan hubungan antar 

pribadi, antara seorang terapis  dengan satu atau lebih klien, 

dengan menggunakan metode-metode psikologis atas dasar 

pengetahuan sitematik tentang kepribadian manusia dalam 

upaya menyehatkan mental klien. 

Kedua, Edwin C. lewis (1970)   konseling 

yaitu  suatu proses dimana orang yang bermasalah(klien) 

dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku  yang lebih 

memuaskan melalui interaksi-interaksi yang merangsang klien 

untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkan 

berhubungan dengan lebih efektif dengan dirinya dan 

lingkungannya.

Ketiga, American Personnel and Guidance Association 

(APGA) merumuskan konseling sebagai suatu hubungan antara                  

seorang yang lebih terlatih dan professional dengan individu 

yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan 

biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.

Keempat, Devision 17 of the American Psychologycal 

Association (APA) merumuskan konseling sebagai bekerja 

dengan individu-individu atau kelompok-kelompok yang 

berkaitan dengan maslah-maslah pribadi, social, pendidikan 

dan professional.

Berdasar  pendapat di atas maka dapat dinyatakan 

bahwa konseling pada dasarnya yaitu  aktifitas pemberian 

nasehat, berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam 

bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan 

klien.Adanya konseling disini sebab  keinginan klien yang 

memerlukan bantuan atas ketidaktauannya dalam berbagai 

aspek dengan metode psikologis, seperti mengembangkan 

kualitas kepribadian yang tangguh, mengembangkan kualitas 

kesehatan mental, mengembangkan perilaku-perilaku yang 

efektif dan positif pada diri individu dan lingkungannya, 

menanggulangi problema hidup dan kehidupan secara 

mandiri. Sedangkan konseling traumatic yaitu  konseling yang 

dilakukan dalam rangka pemulihan dan penyembuhan orang-

orang yang mengalamiberbagai  trauma.

menyebutkan bahwa tujuan 

kaunseling traumatik yaitu : (1) berfikir realistis bahwa trauma 

yaitu  bagian dari kehidupan, (2) memperoleh pemahaman 

tentang peristiwa dan situasi yang menimbulkan trauma, (3) 

memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan 

trauma, dan (4) belajar keterampilan baru untuk mengatasi 

trauma. Muhibbin Syah (2006)   keterampilan ialah 

kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-

otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan 

jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga dsb. Meskipun 

sifatnya motorik namun keterampilan itu memerlukan 

kordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi, dengan 

demikian siswa yang melakukan gerakan motorik dengan 

koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang 

atau tidak terampil. 

keterampilan yaitu  kemampuan 

melakukan pola tingkah laku  yang konpleks dan tersusun rapi 

secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai 

hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan 

motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang 

bersifat kognitif, konotasinyapun luas sehingga sampai pada 

yang mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain secara 

tepat.

bahwa untuk menolong klien yang trauma, kaunselor harus 

memiliki empat keterampilan dalam dirinya, yaitu: Pandangan 

yang realistis, orientasi yang holistik, fleksibelitas dan 

keseimbangan atara empati dan ketegasan.

Pertama, kaunselor harus memiliki padangan yang 

realistis terhadap peran mereka dalam membantu dan 

menolong orang trauma, sebab  dengan demikian mereka 

dapat melihat kelemahan dan keterbatasannya dalam sesi 

pertolongan seperti kurang memiliki data yang lengkap tentang 

kelemahan diri klien sebelum menderita trauma, dan juga tidak 

dapat mengontrol pemicu trauma, sebab  pemicu trauma itu                         

yaitu  peristiwa objektif yang sudah dialami klien, dan juga 

kaunselor tidak dapat mengontrol reaksi keluarga dan rakan 

klien pada saat ia mengalami trauma. 

Kedua orientasi yang holistik artinya kaunselor 

dalam melakukan kaunseling tidaklah mesti berlebihan dan 

arogansi tetapi kauselor harus menerima berbagai bantuan 

lain demi kesembuhan klien, bila klien lebih tepat dirujuk ke 

psikiatrik untuk penyembuhan secara medik, atau klien lebih 

cocok dirujuk ke-ulama (alhi agama) untuk memenuhi aspek 

spritualnya atau ke profesional lainnya untuk kesembuhan 

klien, hal itu harus dilakukan oleh kaunselor. 

Ketiga fleksibelitas, artinya sebab  keterbatasan-

keterbatasan yang ada kaunseling traumatik lebih fleksibel 

dalam pelaksanaannya dan di dalam kaunseling kadang-kadang 

banyak melibatkan orang-orang seperti melibatkan keluarga. 

Selain daripada itu dalam sesi kaunseling traumatik kaunselor 

tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan konfrontasi 

sebab  dia memang harus bertindak cepat dan tepat. 

Keempat keseimbangan antara empati dan ketegasan, 

sebab  peran kaunselor disini harus jelas kapan harus tegas 

dan kapan dia harus empati, sebab  bila kaunselor hanyut 

dalam suasana klien akan sulit memerankan kaunselor yang 

profesional, begitu juga bila tidak tepat waktu memberikan 

arahan ketegasan maka kaunseling akan tidak efektif. sebab  

empati ini yaitu  kemampuan kaunselor untuk merasakan 

apa yang dirasakan klien. Ketika seseorang merasa dirinya 

hampa, sedih dan tidak tahu harus melakukan apa, maka 

dukungan orang-orang dan empati itu datang dari professional 

merupakan hal yang sangat penting.


 Peranan Kaunseling Trauma

Seperti yang sudah disampaikan dalam banyak 

literatur trauma yaitu  suatu peristiwa yang luar biasa yang 

menimbulkan luka dan perasaan sakit. Juga sering diartikan 

sebagai suatu luka atau sakit berat akibat satu kejadian yang 

luar biasa yang menimpa seseorang langsung mahupun tidak 

langsung, baik luka fizikal mahupun psikis atau kombinasi 

keduanya, berat ringannya suatu peristiwa akan berbeda 

dirasakan oleh semua orang, sehingga pengaruh dari peristiwa 

ini   juga berbeda antara satu dengan lainnya, 

Pada saat peristiwa traumatik dialami seseorang maka 

ia akan merespon dan mengatasinya dengan mekanisme 

rekoveri yang dimilikinya sehingga tidak berdampak negatif, 

namun bagi sebahagian orang kejadian ini  tidak selesai 

sehingga membekas luka dan rasa sakit dalam waktu yang 

lama dan berkepanjangan dan sehingga sudah mempengaruhi 

perilakunya, mereka mengalami stres pasca trauma atau yang 

disebut dengan PTSD, dalam keadaan ini  memereka 

memiliki resiko tinggi untuk mengalami gangguan mental 

seperti panik, depressi, fobia dan obsesif kompulsif dan lain-

lain sebagainya. 

bahwa 

gangguan stres pasca trauma merupakan keadan depresi, 

cemas, dan mati rasa yang mengikuti berbagai peristiwa 

traumatik yang terjadi akibat perang, perkosaan, bencana alam, 

kematian akibat kekerasan pada orang tercinta dan sebagainya. 

Gangguan pasca trauma dapat langsung di alami segera setelah 

peristiwa traumatik dan dapat juga tertunda sampai beberapa 

bulan, tahun sesudahnya. Korban biasanya mengeluh tegang,                         

insomia, sulit berkonsentrasi, seperti ada yang mengatur 

hidupnya, bahkan ada yang merasa kehilangan makna hidup. 

Kejadian traumatik akan kembali muncul bila ada pemicu 

yang memunculkan kembali ingatan ini . Orang yang 

mengalami gangguan pasca traumatik berada pada keadaan 

stres berpanjangan yang berakibat kepada gangguan otak, 

berkurangnya inteletual, emosional mahupun kemampuan 

sosial dan bahkan sering menyebabkan gangguan jiwa.

Penderita gangguan jiwa sering tidak menyadari apa yang 

sebenarnya terjadi pada dirinya. sebab  penderita biasanya 

gelisah, cemas, tidak bersemangat, terkadang takut,ragu-ragu, 

tidak percaya diri, sehingga di dalam kalangan warga  sering 

menyarankan penderita ini  dibawa kepada dukun, sebab  

dianggap masalah yang dihadapi ini  akibat gangguan 

mahluk halus. Disisi yang lain ada juga yang menyarankan 

untuk menbawa kedokter jiwa, sebab  dianggap sakit jiwa. Bila 

dilihat dari fenomena ini  terlihat bahwasanya warga  

belum begitu faham tentang perang layanan Bimbingan dan 

Konseling traumatic.

Maka dalam perkara ini  di atas untuk pemulihan 

kalangan remaja korban memerlukan peranan kaunseling 

trauma untuk membantu secara sistematis dan berkelanjutan, 

sebab  kaunseling traumatik yaitu  suatu layanan yang 

diupayakan kaunselor untuk membantu klien yang mengalami 

trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat 

memahami dirinya,  masalahnya yang berkaitan dengan trauma 

yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya sebaik 

mungkin. Tim UPI (2004)   kaunseling traumatik 

ini berbeda dengan kaunseling biasa yang di lakukan di sekolah-

sekolah. Perbedaannya terletak pada masa, fokus, aktivitas 

dan tujuan. Dilihat dari segi waktu  kaunseling traumatik 

pada umumnya memerlukan waktu yang lebih pendek dari 

pada kaunseling biasa. Kaunseling traumatik memerlukan 

waktu satu hingga empat sesi, sementara kaunseling biasa 

memerlukan satu hingga dua puluh sesi. 

Dilihat dari segi fokus kaunseling traumatik lebih 

menfokuskan pada satu masalah trauma yang terjadi dan 

dirasakan sekarang, sedangkan kaunseling biasa suka 

dihubungkan dengan persoalan lainnya seperti latar belakang 

klien, proses ketidaksadaran klien, interpretasi klien, konflik 

antar pribadi, masalah komunikasi, karir, krisis identitas dan 

sebagainya. Dilihat dari aktivitas kaunseling traumatik lebih 

melibatkan banyak orang untuk membantu klien dan lebih 

aktif yaitu  kaunselor. Konselor berusaha mengarahkan, 

memberi segesti, memberi saran mencari dukungan keluarga, 

rekan sebaya, dan mencari ahli melalui referal untuk 

membantu dan mengusulkan dari berbagai lingkungan untuk 

kesembuhan klien. Dilihat dari tujuan kaunseling traumatik 

lebih menekankan pada pulihnya kembali klien pada keadaan 

sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri dengan 

keadaan lingkungan yang baru. 

 Proses dan Tahapan Kaunseling Traumatik

Proses kauseling traumatik yaitu  tatalaksana peristiwa 

yang tengah berlangsung dan memberi makna pada klien yang 

mengalami trauma dan memberi makna pula kepada kaunselor 

yang membantu mengatasi kliennya. Cavanagh (1982) 

  secara umum proses kaunseling traumatik yang                          

dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu:

Pertama, tahap awal kaunseling yang terdiri dari 

introduction, invitation and environmental support. Dalam 

tahapan ini kaunselor membangun hubungan dengan klien 

yang disebut dengan a working realationship iaitu hubungan 

yang berfungsi, bermakna dan berguna sehingga klien akan 

mampu mempercayai, dan mengeluarkan semua isi hati, 

perasaan dan harapan sehubungan dengan trauma yang 

dialami.  Memperjelas dan mendefinisikan trauma kepada klien  

dengan gejala-gejala yang dialami, sehingga klien faham betul 

apa yang sedang ia alami dan kaunselor membatu  sepenuhnya. 

Selain itu juga kauselor dengan klien menyepakati masa untuk 

melakukan sesi kaunseling. 

Kedua, tahap pertengahan (tahap kerja): disini kaunselor 

menfokuskan kepada penjelajahan trauma yang di alami klien, 

melalui pengamatan kemudian diberi penilaian sesuai dengan 

yang dijelajahi. Muhibbin Syah (2006)   pengamatan 

yaitu  proses menerima, menafsirkan dan memberi arti 

rangsangan  yang masuk melalui panca idera seperti mata dan 

telinga kemudian dicerna secara objektif sehingga mencapai 

pengertian. Tahap ini juga dikatakan tahap action . Tujuan 

tahap ini yaitu  untuk menjelajahi dan mengekplorasi trauma, 

serta kepedulian klien atau tindakan dan lingkungan dalam 

mengatasi trauma ini . Dalam tahap ini kaunselor juga 

menjaga hubungan yang berkesan  dengan menampilkan 

keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam membantu 

klien.

Ketiga, tahap akhir kaunseling atau tahap termination 

yang di tandai dengan beberapa aspek yaitu: menurunnya 

kecemasan traumatik klien, adanya perubahan perilaku klien 

ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik, adanya tujuan 

hidup yang jelas dalam masa yang akan datang, dan terjadi 

perubahan sikap yang positif terhadap trauma yang dihadapi, 

seperti pada masa trauma dia takut kepada laut sebab  teringat 

akan tsunami, tetapi setelah penangan mulai datang dan 

melihat laut ini .

. Pemulihan Melalui Konseling Islam

Bila melihat dan memperhatikan rumusan-rumusan 

dari berbagai definisi konseling baik etimologis maupun 

terminologis  secara umum dan traumatis di atas, mungkin 

sangat berbeda dengan konseling Islam, sebab  aktifitasnya 

begitu kental, luas dan lengkap, sebab  ajaran Islam itu sendiri 

datang ke permukaan bumi ini memiliki tujuan yang sangat 

prinsip dan mendasar, yaitu membimbing, mengarahkan, 

menganjurkan kepada manusia agar berada pada jalan yang 

benar yaitu jalan yang diridhai oleh Allah, sehingga ia dapat 

hidup selamat, bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun 

akhirat.

Hamdani Bakran Adz Dzaky   bahwa Islam 

yaitu  nama dari agama yang telah dianugerahkan oleh Allah 

kepada manusia sebagai falsafah dan sandaran hidup. Di 

dalamnya mengandung ajaran yang membimbing dan mengiring 

fikiran, jiwa, qalbu, indrawi dan jasmani kepada kefitrahan yang 

selalu cenderung untuk ketaatan dan ketauhidan kepada Yang 

Maha Pencipta; yaitu kecenderungan positif yang tidak akan 

padam eksistensinya di dalam diri setiap manusia yang ada 

dipermukaan bumi ini, seperti kalam–Nya. Oleh sebab  itu,                            

bagi siapa saja yang tidak mengikuti fitrahnya maka ia akan 

mendapat kerugian yang besar di bumi dan dilangit, di dunia 

hingga di akhirat sebab  telah terlepas dari bimbingan dan 

petunjuk Allah SWT.

Sebaliknya bila kecendrungan fitrah itu telah berhasil 

memimpin dan  membimbing manusia dalam melakukan 

seluruh aktifitas hidup dan kehidupannya, maka akan ada 

keselarasan, dan etos kerja akan terjalin secara integritas 

pada upaya meraih keberhasilan di dunia dan di akhirat atau 

dalam lingkungan mahkluk dan Tuhannya. Selain itu, Islam 

mengajarkan kehidupan dinamis dan progresif menghargai 

akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan 

teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan 

material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian 

sosial, menghagai waktu, bersikap terbuka, demokratis, 

berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, 

mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak 

mulia dan bersikap positif dalam semua kesempatan.139 

Berdasar  pendapat diatas, maka dapat dikatakan 

bahwa konseling Islam itu bertujuan untuk memulihkan klien 

agar kembali sehat fisik dan mental atau sering juga disebut 

dengan istilah sehat jasmani dan rohani. Menurut Achmad 

Mubarok   bahwa dalam bahasa negara kita  orang 

mengenal dengan istilah sehat wal afiat. Kata afiat dalam Kamus 

Besar Bahasa negara kita  dipersamakan dengan sehat dan kuat.

Sehat itu sendiri diartikan sebagai keadaan baik segenab badan 

serta bagian-bagiannya yakni bebas dari penyakit. Sementara 

itu dalam ilmu kesehatan dikenal istilah kesehatan fisik, 

kesehatan mental dan kesehatan warga  (public health).140 

Kesehatan fisik itu dikaitkan dengan kondisi daripada 

raga manusia itu sendiri, dan jiwa dikaitkan dengan kondisi 

mental yang merasakan susah, senang, bahagia dan sengsara.

Achmad Mubarok   kesehatan mental dalam Islam 

berhubungan dengan konsep kebahagian. Al-Qur’an dan 

hadist menyebut kebahagian dengan berbagai term, seperti 

an najat (keselamatan),  fauz (kejayaan), falah (kemakmuran), 

dan sa’adah (kebahagian).141 Jadi bila dikatakan sehat fisik 

dan mental yaitu  sehat secara ragawi dan rohani atau 

manusia merasa kebahagiaannya. Kondisisi inilah yang selalu 

diinginkan oleh setiap manusia, sehingga dalam setiap doa ia 

akan meminta “ya Allah berikanlah kami kesejateraan didunia dan 

di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksaan api neraka”

Pasca konflik dan tsunami di dalam warga  Aceh 

merasakan berbagai masalah yang merupakan dampak dari 

peristiwa ini , yang sangat sulit untuk dihapaus dari 

ingatannya. Sebagai contoh orang yang kehilangan sanak 

saudara ketika konflik akan menyimpan dendam yang 

berkepanjangan kepada pelaku, sedangkan pasca tsunami 

orang akan merasa sedih. Kondisi ini harus dipulihkan melalui 

konseling Islam sebab  dalam layanan konseling ini manusia 

akan dikembalikan kepada fitrahnya yaitu harus disadarkan 

bahwa kehidupan dimuka bumi ini tidak terlepas dari pantauan 

yang Maha Kuasa. Dialah yang menentukan pertemuan, rezki 

dan maut. Manusia tidak ada daya kecuali kembali kepadanya. 

Kalau manusia ingin senang, bahagia maka ia akan berusaha 

sekuat tenaga sesuai perintah-Nya. Dan bila ia merasa sakit                           

maka manusia itu sendiri yang harus mencari obat dan 

penyelesaian. Allah hanya memberi apa yang manusia pinta. 

Oleh sebab  itu, bagi siapa saja yang tidak mengikuti 

kecenderungan dan dorongan fitrah itu di dalam dadanya, 

maka ia akan mendapatkan banyak kerugian dan kesusahan 

baik dibumi dan dilangit, baik di dunia dan akhirat. Sebaliknya 

jika kecenderngan dan dorngan fitrah ini  berhasil 

membimbing manusia dalam kehidupan maka ia akan 

mendapat kesenangan, kesejahteraan dan kebahagian di 

dunia dan akhirat. Dan itu menurut Abuddin nata merupakan 

hidayah Islam yang mengandung petunjuk-petunjuk tentang 

berbagai kehidupan manusia melalui sumber ajaran Al-Qur’an 

dan Hadist yang amat ideal dan agung, sebab  di dalamnya 

mengajarkan kehidupan yang dinamis, progresif, menghargai 

akal pikiran, melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan 

teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan 

material, spiritual, serta mengembangkan kepedulian soaial, 

menghargai waktu, terbuka, demokratis, berorientasi pada 

kualitas, egaliter, kemitraan, anti fiodalistik, mencintai 

kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia 

serta sikap-sikap positif lainnya.

 Pemulihan melalui konseling ini yaitu  ideal dalam 

penyelesaian berbagai persoalan hidup dan kehidupan manusia, 

sebab  ia merupakan aktifitas yang hidup dan diharapkan akan 

lahir berbagai perubahan dan perbaikan melalui penerapan 

teknik-teknik konseling yang efektif yaitu teknik yang bersifat 

lahir dan teknik yang bersifat bathin. Pertama, teknik yang 

bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar 

dan dirasakan oleh klien seperti menggunakan tangan dan 

lisan. Sentuhan tangan seperti pijatan pada kepala, leher dan 

pundak pada klien akan mengendorkan otot-otot yang stress  

dan tegang. Teknik ini disamping dapat meringankan secara 

fisik juga dapat memberikan sugesti dan keyakinan awal pada 

klien bahwa tidak ada maslah yangtidak dapat diselesaikan. 

Selain itu, juga dapat dilakukan secara lisan seperti pembacaan 

do’a  oleh konselor sehingga klien dapat mendengar dengan 

jelas, dan ini akan menenangkan perasaannya. Kedua, teknik 

yang bersifat bathin yaitu teknik yang dilakukan dalam hati 

dan ini menurut hadist Rasulullah yaitu  selemah-selemah 

iman. sebab  sesungguhnya teknik ideal konseling itu yaitu  

dilakukan dengan kekuatan, keinginan, usaha sungguh-

sungguh dan diwujudkan dengan nyata dengar perbuatan baik 

dengan menggunakan fungsi tangan, lisan mahupun sikap-

sikap lainnya.

 



Seperti diketahui bahwa, trauma berasal dari bahasa 

Yunani “tramatos” yang artinya luka. Dalam kamus konseling 

(1997) Traumatik yaitu  pengalaman dengan tiba-tiba dan 

mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada 

jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis. 

Pengalaman-pengalaman traumatik juga bisa membentuk 

sikap pribadi seseorang. Sedangkan menurut Kamus Psikologi 

Post traumatik bisa timbul akibat luka berat 

atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita 

kerusakan fisik maupun psikologis. Dari uraian ini, maka 

trauma dapat dimaknai sebagai keadaan jiwa atau tingkah laku 

yang tidak normal akibat dari tekanan jiwa atau cidera jasmani.

Seperti yang telah disebutkan di bab sebelumnya, bahwa 

trauma dapat terjadi kapan dan dimana saja, baik anak-anak, 

remaja maupun orang dewasa dan bahkan orang tua dan 

manulapun bisa mengalaminya, baik secara individu maupun 

secara kelompok. Trauma sering terjadi sebab  kecelakaan, 

bencana alam dan berbagai hal yang bersifat mengamcam                            

dan ketakutan dan akan berakibat pada fatal bila  tidak 

ada penanganan yang serius dan berkesinambungan seperti 

di Aceh, banyak sekali sumber trauma baik pada masa konflik 

maupun pada masa gempa dan tsunami yang dampaknya masih 

diraskan sampai saat ini, pada psikologis warga .

Trauma yang di alami oleh warga  Aceh, mungkin 

banyak juga di alami oleh berbagai warga  di seluruh 

negara kita  bahkan diseluruh dunia, dengan kadar dan tingkat 

yang pasti berbeda antara satu individu dan individu lainnya, 

satu kelompok dengan kelompok lainnya, antara satu bangsa 

dengan bangsa lainnya. Akan tetapi symptom (gejala) trauma 

yang muncul pada penderita pasti sama. Oleh sebab  itu, 

maka penanganan dan pemulihannya juga sama menggunakan 

teknik yang sudah lazim dilakukan dalam warga , seperti 

konseling traumatic atau konseling Islami.

A. Konseling Traumatik

Konseling traumatik yaitu  suatu upaya yang dilakukan 

klien untuk dapat memahami diri sehubungan dengan masalah 

trauma yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya 

sebaik mungkin.Konseling traumatik sangat berbeda dengan 

konseling biasa yang dilakukan oleh konselor, perbedaan ini 

terletak pada waktu, fokus, aktifitas, dan tujuan. Dilihat dari 

segi waktu konseling traumatik sangat butuh waktu yang 

panjang dari pada konseling biasa, kemudian dari segi fokus, 

konseling traumatik lebih memperhatikan pada satu masalah, 

yaitu trauma yang dirasakan sekarang. Sedangkan konseling 

biasa, pada umumnya suka menghubungkan satu masalah klien 

dengan masalah lainnya, seperti latar belakang klien, proses 

ketidak-sadaran klien, masalah komunikasi klien, transferensi 

dan conter transferensi antara klien dan konselor, kritis 

identitas dan seksualitas klien, keterhimpitan pribadi klien dan 

konflik nilai yang terjadi pada klien.

Dilihat dari segi aktifitas, konseling traumatik lebih 

banyak melibatkan banyaknya orang dalam membantu klien 

dan yang paling banyak aktif yaitu  konselor, konselor berusaha 

mengarahkan, mensugesti, memberi saran, mencari dukungan 

dari keluarga dan teman klien, menghubungi orang yang lebih 

ahli untuk referal, menghubungkan klien dengan ahli lain 

untuk referal, melibatkan orang atau agen lain yang kompeten 

secara legal untuk membantu klien, dan mengusulkan berbagai 

perubahan lingkungan untuk kesembuhan klien.

Dilihat dari segi tujuan, konseling traumatik lebih 

menekankan pada pulihnya kembali klien pada keadaan 

sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri dengan 

keadaan diri dengan keadaan lingkungan yang baru. Secara 

lebih spesifik, tujuan konseling traumatik yaitu  : (1) Berpikir 

realistis, bahwa trauma yaitu  bagian dari kehidupan, (2) 

Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang 

menimbulkan trauma, (3)Memahami dan menerima perasaan 

yang berhubungan dengan trauma, dan (4) Belajar ketrampilan 

baru mengatasi trauma.Dalam konseling traumatic ada empat 

ketrampilan yang harus dimiliki konselor, yaitu : (1) Pandangan 

yang realistis, (2)  Orientasi yang holistic,(3) Fleksibelitas, dan 

(4) Keseimbangan antara empati dan ketegasan.

Oleh sebab  itu, maka layanan konseling dapat menjadi 

media dalam pemulihan trauma, sebab  layanan konseling 

itu yaitu  proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui 

wawancara konseling oleh seorang ahli profesional (konselor) 

kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien)                        

yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapinya. 

Begitu pulakonseling traumatik yaitu  upaya konselor untuk 

membantu klien yang trauma melalui proses hubungan pribadi 

sehingga klien dapat memahami diri sehubungan dengan 

masalah trauma yang dialaminya dan berusaha mengatasinya 

sejauh mungkin.

Berdasar  berbagai hal di atas, maka secara garis 

besar layanan konseling traumatik bertujuan membantu 

pemulihan kondisi psikologis klien, sehingga dapat menjalani 

proses kehidupan secara normal kembali dan terbebas dari 

gangguan akibat trauma serta terarah kepada sasaran yang 

telah diidentifikasiakan berdampak pada korban.

B. Konseling Islami 

Konseling Islam merupakan proses bantuan yang 

diberikan oleh seorang konselor kepada seorang dan 

sekelompok orang yang mengalami kesulitan hidup, sebab  

berbagai masalah yang terjadi, dengan tujuan agar orang yang 

dibantu mampu mengatasi masalahnya sendiri. Pengertian 

konseling Islam ini senada dengan konsep utama pendekatan 

konseling client centered yang menaruh kepercayaan bahwa 

klien memiliki kesanggupan untuk memecahkan masalahnya 

sendiri.

Selain itu Konseling Islam juga dapat diartikan sebagai 

usaha pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok 

orang yang mengalami kesulitan dan masalah hidup, baik 

lahiriah maupun bathiniah yang menyangkut kehidupannya, 

terutama dalam kehidupan keberagamaan di masa kini dan 

masa yang akan datang, agar menjadi manusia mandiri dan 

dewasa dalam kehidupan, sehingga memiliki kemampuan 

memahami dan menjalankan akidah, ibadah, akhlak, dan 

muamalah dengan benar, untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat.

                         



Related Posts:

  • trauma 3 aran bawah, padahal level inilah yang dapat menhitam putihkan massa, dan bisa membuat massa murka atau sebaliknya menjadikan mereka te… Read More