muhammad bin
Qasim dan Quthaibah bin Muslim telah dibunuh oleh
Sulaiman. Demikian juga keluarga Al-Hajjaj, keluarga
Muhammad al-Qasim dan keluarga Quthaibah bin Muslim
mendapat siksaan dari khalifah Sulaiman.148
Lain halnya dengan Musa bin Nusair, dalam
perjalanan pulang dari Andalusia membawa hadiah-hadiah
dan bingkisan-bingkisan untuk khalifah al Walid yang sedang
sakit, Sulaiman menulis surat kepada Musa agar
memperlambat perjalanan dengan harapan al-Walid wafat
sebelum barang-barang itu sampai, namun Musa menolak
permintaan itu hingga dia sampai ke Damaskus sebelum al-
Walid wafat. Sebab itu, Sulaiman menaruh dendam
kepadanya, sesudah dia menjadi Khalifah, maka Musa disiksa
dan dimasukkannya dalam penjara dengan membayar
denda yang besar, terpaksa Musa meminta pertolongan
bangsa Arab untuk membayar dendanya.149 Itulah “tragedi
dendam”.
namun menurut al-Suyuti, Sulaiman yaitu salah seorang
dari khalifah Bani Umaiyah yang terbaik. Ia berkata fasih dan
lancar, mengutamakan keadilan dan suka pergi berperang. Lebih
dari itu dia telah memulai pemerintahannya menggerakkan
warga beramai-ramai melaksanakan shalat pada waktunya,
diakhiri dengan menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah
sesudahnya.
Masa pemerintahan Sulaiman tidak lebih dari dua
tahun. Dia yaitu khalifah yang menyenangi makanan dan
wanita, pada masa pemerintahannya diwarnai dengan serba
kemewahan yang sangat berlebihan sehingga berbagai
perbuatan rendah menyebar dari istana sampai kepada para
gubernurnya. Dia sakit selama satu minggu dan menunjuk
anak pamannya Umar bin Abd al-Aziz sebagai khalifah
penggantinya dalam surat piagam yang ditulisnnya sebelum
wafatnya dan dia wafat dalam kemewahan hidup.
4.2. Umar ibn Abd Aziz Yang Adil
Umar yaitu anak keturunan terkenal, ayahnya Abd
al-Aziz bin Marwan, pamannya Abdul Malik khalifah agung,
istrinya Fathimah binti Abdul Malik, saudara al-Walid. Dia
dididik dan dibesarkan dalam suasana penuh kenikmatan dan
kemakmuran hidup, di kelilingi oleh kekayaan yang melimpah
ruah. namun sesudah diangkat menjadi Khalifah dia hidup
zuhud dan sederhana.
Umar bin Abd. Aziz terkenal sebagai khalifah yang
saleh, adil dan sikapnya anti kekerasan. Dia melarang caci
maki kepada Ahlul Bait. Demikian hebatnya penghormatan
orang kepadanya sehingga kelak daulah Abbasiyah, musuh
daulah Umaiyah, membongkar kuburan semua khalifah daulah
Umaiyah kecuali kuburannya. Kaum Muslimin menyamakan
kepemimpinannya dengan kakeknya Umar bin Khaththab,
baik dalam keadilan maupun dalam kezuhudannya.
Hal itu tidak mengherankan sebab pada masa
pemerintahannya keadilan ditegakkan, peperangan
dihentikan, kezaliman dimusnahkan, harta yang dirampas
dikembalikan, diskusi-diskusi dan dakwah secara lemah
lembut digalakkannya sehingga banyak negeri-negeri dengan
kesadaran sendiri menyatakan diri masuk Islam.
Di bidang ekonomi dia menurunkan tarif berbagai
pajak dan menghentikan pemungutan jizyah bagi mereka
yang masuk Islam, sehingga penghasilan negara berkurang.
Ketika gubernur mengeluh atas kebijaksanaannya itu, dia
menegaskan bahwa Nabi diutus untuk memberi petunjuk bagi
manusia dan bukan untuk memungut pajak.
Kemelaratan, kemiskinan dan kesulitan hidup telah
dapat diatasi pada masa singkat pemerintahannya, dia telah
berhasil membuat rakyatnya menjadi kaya dan makmur,
sehingga orang yang ingin mengeluarkan zakat terpaksa
mondar-mandir mencari orang-orang yang patut
menerimanya, namun tidak menemukannya sehingga dia
terpaksa pulang ke rumah membawa zakat yang hendak
dibagi-bagikannya.
Di bidang politik dia melakukan dialog dengan kaum
Khawarij sehingga mereka tidak melakukan tindakan-
tindakan kekerasan sebagaimana biasa mereka lakukan
selama ini. Ali yang selama ini dikutuk di dalam khutbah
Jum’at, dia perintahkan untuk dihentikan, sehingga dia
mendapat simpati orang-orang Syi’ah.
Umar mensejajarkan antara bangsa Arab dan bukan
Arab, sebagaimana dalam Islam, sehingga tidak ada lagi istilah
mawali dalam pemerintahannya yang selama ini meresahkan
orang Islam bukan Arab sebab dianaktirikan dalam
pemerintahan.
Namun pemerintahan Umar begitu pendek hanya dua
tahun lima bulan namun kalangan Bani Umaiyah merasakan
beratnya tekanan Khalifah Umar kepada mereka sebab Umar
telah mengambil kembali harta benda yang tidak sedikit
jumlahnya yang selama ini telah mereka kuasai. Karena
beratnya tekanan ini diperkirakan mereka meracun
Umar kemudian sakit dan wafat pada bulan Rajab 101 H.
4.3. Yazid dan Khalifah Lainnya yang Berpoya-poya
Yazid bin Abdil Malik menggantikan khalifah Umar. Dia
terkenal sebagai khalifah yang senang berfoya-foya, berhura-
hura dan bersenang-senang dengan wanita. Di atas semua itu
diapun kini mengembalikan tanah-tanah dan hadiah-hadiah
yang telah di ambil Umar untuk Baitul Mal kepada para
pemiliknya semula, sehingga harta di Baitul Mal menjadi kosong
dan warga kembali hidup melarat.
Yazid menunjuk saudaranya Hisyam bin Abdil Malik
sebagai khalifah dan anaknya al-Walid sesudahnya. Masa
pemerintahan Hisyam cukup lama selama dua puluh tahun sama
dengan masa pemerintahan Muawiyah. Dia termasuk salah
seorang khalifah terbaik Bani Umaiyah. Terkenal sebagai seorang
penyantun dan pribadi yang bersih, cermat, hemat. Ada tiga ahli
politik dari Bani Umaiyah: Muawiyah, Abdul Malik dan Hisyam.
Abu Ja’far al-Mansur telah meneladani Hisyam dalam sekian
banyak langkah yang ditempuhnya kelak pada masa Daulah
Abbasiyyah.
Pada masanya, dia mengatur kantor-kantor
pemerintahan dan membetulkan perhitungan Baitul Mal.
Demikian juga perhitungan keuangan negara. Dengan
demikian keuangan negara menjadi lancar, taratur, sehingga
tidak ada lagi kesempatan menggelapkan uang negara yang
seharusnya menjadi milik Baitul Mal. Dia mengatur
pemasukan dan pengeluaran Baitul Mal dengan cermat dan
hemat. Dia tidak mau mengambil haknya dari Baitul Mal
kecuali sesudah disaksikan empat puluh orang.
Khalifah Hisyam lebih memperhatikan perkembangan
ekonomi. Dia membangun irigasi dan pelabuhan, juga
industri pakaian sutera dan beledru. namun hasil
perkembangan ekonomi itu tidak dapat cukup menutupi
kekurangan kas di Baitul Mal.
Dalam rangka menutupi kekurangan kas Baitul Mal
Hisyam menetapkan beban pajak yang cukup memberatkan
kepada kaum Mawali, yang sudah dihapuskan dulu pada
masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Hal itu membuat mereka
kaget sebab jumlahnya yang cukup besar yang tidak pernah
terjadi sebelumnya.
Akibat dari kebijaksanaan Hisyam itu, membuat kaum
Mawali memberontak. Bangkitlah al-Harits bin Suraij
memberontak dengan semboyan memerangi kaum Umaiyah
(Arab) orang-orang yang menzhalimi mereka.
Selain itu, Hisyam pun cukup dendam kepada kaum
Alawi (Syi’ah) dan menghukum mereka setiap ada
kesempatan. Sebagai contoh yaitu hukuman yang
ditimpakannya kepada Yazid dan Yahya, dua putera Ali bin
Husein bin Ali bin Abi Thalib. Faktor-faktor di atas
memicu timbulnya pemberontakan-pemberontakan
yang terus menerus dari kaum Persia, Syi’ah yang
memicu kehancuran pemerintahnannya.
Al-Walid bin Yazid menggantikan Hisyam sebagai
Khalifah atas penunjukan ayahnya Yazid sesudah Hisyam.
Al-Walid sama dengan ayahnya Yazid memiliki sifat
berfoya-foya, bermental bejat, dikelilingi dayang-dayang. Dia
dapat menghabiskan harta benda yang melimpah ruah yang
diwariskan Hisyam. Akibat prilakunya yang buruk itu dia
dibunuh oleh Yazid bin al-Walid.
Yazid bin al-Walid menggantikan al-Walid bin Yazid
hanya memerintah lima bulan sebab penduduk Hims
memberontak kepadanya dan menuntut bela atas kematian
al-Walid yang membawa kepada kematiannya. Sebelum
wafatnya, dia menunjuk saudara nya Ibrahim bin al-Walid
menjadi khalifah.
Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dua bulan,
kedudukannya sebagai khalifah tidak disepakati kaum
Muslimin, ada yang memanggil dia “khalifah” ada pula yang
memanggilnya “amir ”. Marwan bin Muhammad membawa
pasukan besar ke Syam menuntut bela atas kematian al-Walid
bin Yazid, pasukan Marwan membunuh Ibrahim dan mereka
membai’at Marwan bin Muhammad sebagai khalifah.158
Marwan naik tahta pada saat pakaian khalifah
Umaiyah sudah sangat lusuh dan tipis, walaupun dia ingin
memperbaiki keadaan, namun tidak ada lagi harapan untuk
memperbaikinya, tiada tempat lagi untuk menambal kain.
Karena banyak Pemberontakan terus berkobar kepadanya.
Golongan Khawarij, golongan Syi’ah, orang-orang Hijaz, dan
orang-orang Khurasan, bagaikan air bah datang ke Damaskus
memberontak memaksa Marwan melarikan diri ke Mesir dan
terbunuh disana pada tahun 132 H.
4.4. Faktor-Faktor Kejatuhan Daulah Umaiyah
Ada beberapa sebab bagi kejatuhan daulah Umaiyah,
antara lain:
1. Ketidakmampuan para khalifah. Hal ini terlihat pada
khalifah-khalifah sesudah Hisyam. Mereka tidak
mampu menjadi khalifah ditambah lagi dengan
kebejatan moral. Mereka lebih menghabiskan waktu
untuk berhura-hura daripada mengurus negara.
Nampaknya kemakmuran membuat mereka
kehilangan vitalitas kerja.
2. Gerakan oposisi kaum Syi’ah. Kelompok Syi’ah tidak
bisa melupakan perlakuan orang-orang Umaiyah
terhadap Ali dan puteranya Husein. Oleh sebab itu
mereka melakukan gerakan oposisi. Mereka
membangun aliansi dengan kaum Sunni dari Bani
Abbas semenjak pemerintahan Umar bin Abd. Aziz.
Keikhlasan mereka pada keturunan Nabi menarik hati
rakyat. Bahkan orang-orang Sunni yang saleh yang
melihat khalifah telah tenggelam dalam kesenangan
duniawi dan melalaikan agama, semakin memotivasi
mereka bergabung dengan kaum Syi’ah ini.
3. Rasa tidak puas muslim non-Arab. Perlakuan
pemerintah yang menganaktirikan muslim non-Arab
baik secara ekonomi maupun sosial membuat mereka
gusar terhadap daulah Umaiyah. Karena secara
ekonomi mereka muslim non-Arab tidak dikecualikan
dari membayar pajak seperti yang dibayar non-
muslim. Secara sosial, mereka tidak boleh duduk
dalam pemerintahan dan tidak boleh menjadi imam
sholat. Padahal mereka telah memiliki kebudayaan
yang lebih tinggi dari bangsa Arab.
DAFTAR NAMA PARA KHALIFAH
DAULAH UMAIYAH I DI SYIRIA
1. Muawiyah (661 – 680 M/40-60 H)
2. Yazid bin Muawiyah (680 – 683 M/61-63 H)
3. Muawiyah bin Yazid (683 M/63 H)
4. Marwan bin Hakam (684 – 685 M/64-65H)
5. Abdul Malik bin Marwan (685 – 705 M)
6. puteranya Walid bin Abd. Malik (705 – 715 M)
7. Sulaiman bin Abd. Malik, (715 - 717 M)
8. Umar bin Abd. Aziz (717 – 720 M)
9. Yazid bin Abdil Malik (720-724 M)
10. Hisyam bin Abd. Malik (724 – 743 M)
11. Al-Walid bin Yazid (743 – 744 M)
12. Yazid bin Al-Walid (744 M)
13. Ibrahim bin Sulaiman (744 M)
14. Marwan bin Muhammad (744 – 750 M)
SEJARAH DAULAH UMAYYAH II
DI SPANYOL
1. Penduduk Spanyol Sebelum Islam Masuk
Dulu, Spanyol sebelum Islam masuk, berada di bawah
kerajaan Romawi. Bangsa Romawi dapat menguasai
simenanjung itu pada tahun 133 M. Di masa pemerintahan
mereka ini, masuk pula sejumlah besar orang-orang Yahudi.159
Suku-suku Vandal pada abad kelima M. dapat menyerang
bangsa Romawi. Sejak itu nama Spanyol berubah menjadi
Vandalusia, yaitu negeri bangsa Vandal. Bangsa Arab
kemudian menamainya dengan al-Andalusia, yang lebih
dikenal dengan nama Andalusia.160
Pada awal abad keenam (507 M) suku-suku Ghathia
Barat telah dapat pula menyerang Spanyol dan mereka
menyusir bangsa Vandal ke Afrika. Bangsa Ghathia kemudian
dapat berhasil mendirikan pemerintahan yang kuat di
Andalusia. Sampai berubah menjadi bangsa yang lemah
dipicu merjalelanya perbudakan, kepincangan ekonomi
sebab petani dan pedagang diharuskan menanggung pajak
yang memberatkan dan pemaksaan agama Kristen kepada
penduduk.
Para budak dipaksa harus bekerja di lahan pertanian
milik para penguasa, lapisan menengah warga Spanyol
dipaksa menanggung beban sebagai sumber pendapatan dan
belanja Negara dengan berbagai jenis pajak dan pihak yang
menghimpun kekayaan untuk diserahkan kepada para
penguasa. Para rahib Kristen berhasil mengeluarkan berbagai
perintah dan sangsi yang sangat keras kepada setiap orang
yang enggan menerima dan menjadi pemeluk agama Masehi.
Akibatnya warga menjadi menderita, sengsara dan tertekan.
Orang-orang Yahudi, sebab tidak tahan menerima
pemaksaan-pemaksaan seperti itu, berulang kali melakukan
pemberontakan. namun upaya mereka gagal, dan hanya
memicu rumah-rumah mereka hancur berantakan dan
banyak di antara mereka terpaksa menjadi pemeluk agama
Masehi.
Itulah kondisi penduduk Andalusia sebelum
ditaklukkan Islam, sementara kondisi penduduk Afrika Utara
hidup dalam keadaan sejahtera sewaktu berada di bawah
kekuasaan Islam yaitu Daulah Umaiyah yang memerintah
dengan adil. Maka tidaklah mengherankan bila penduduk
Spanyol berharap agar mereka dapat membebabaskan diri
dari kekejaman bangsa Ghathia ini .
Sementara Afrika Utara dikuasai Daulah Umayyah
pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan (685-705)
dan mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani sebagai
gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid bin
Abdul Malik, gubernur Afrika Utara telah digantikan oleh
Musa bin Nusair. Dia memperluas daerah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Marokko.
Sewaktu kawasan ini dikuasai kejaraan Ghathia, dia
sering menghasut penduduk untuk melakukan kerusuhan-
kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. namun sesudah
kawasan ini benar-benar dapat dikuasai umat Islam, mereka
dapat memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan
Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu
loncatan bagi umat Islam dalam menaklukkan Spanyol.
2. Islam Masuk Spanyol
Sebagaimana telah disebutkan dalam Bab III bahwa
Islam masuk Spanyol pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul
Malik (705-715), salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Islam masuk ke Spanyol lewat Afrika
Utara, saat itu telah menjadi salah satu pripinsi Daulah Umayyah.
Islam masuk Spanyol da;am dua gelombang; pertama,
pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik (710-712),
kedua, pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (717). Pada
gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat
dikatakan lebih berjasa memimpin pasukan Islam dalam
proses penaklukan Spanyol. Mereka yaitu , pertama, Tharif
bin Malik, sebagai pasukan perintis dan penyelidik. Dia
berangkat diutus Musa bin Nusair pada tahun 710 M. dengan
jumlah pasukan sebanyak 500 orang. Mereka berhasil
menyeberangi selat yang berada di antara Marokko dan benua
Eropa. Di antara pasukan Tharif yaitu tentara berkuda,
mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh
Julian.164 Dalam penyerangan pertama itu, Tahrif bin Malik
tidak mendapat perlawanan yang berarti malahan mereka
menang dan membawa pulang harta rampasan yang lumayan
banyak ke Afrika Utara.
Kedua, Thariq bin Ziyad, sebagai pasukan penakluk,
mereka berangkat pada tahun 711M. juga diutus Musa bin
Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7000 orang. Sebagian
besar pasukannya yaitu suku Barbar yang didukung Musa
bin Nusair dan sebagian lainnya lagi yaitu orang Arab yang
dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan mereka menyeberangi
selat dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Sebuah gunung
tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan
disebut dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, raja Roderik
mempersiapkan pasukan Ghathia sebanyak, ada yang
mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan 100.000
orang yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang
yang selama ini ditindas oleh Raja Roderik , suatu jumlah yang
jauh lebih besar dibandingkan pasukan Thariq.165 Maka Musa
mengirim pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas
permintaan Thariq. Sehingga jumlah pasukan Thariq
seluruhnya hanya 12.000 orang.
Sebelum memulai pertempuran, Thariq berdiri
dihadapan para sahabatnya dan berpidato, mendorong mereka
agar berjihad di jalan Allah. Isi berpidatonya, antara lain:
“Wahai manusia! Hendak kemana kalian melarikan diri?
Laut kini berada di belakang kalian, dan musuhpun berada di
depan kalian! Demi Allah tidak ada pilihan bagi kalian, kecuali
jujur dan sabar! Ketahuilah! Sesungguhnya kalian di pulau ini
lebih terhina dari anak-anak yatim di dalam tempat yang paling
rendah. Sungguh musuh kalian telah menyongsong dengan
pasukan tentara, dengan senjata, dan dengan kekuatan yang
melimpah. Sedangkan kalian tidak memiliki perisai melainkan
hanya pedang dan kalian juga tidak memiliki kekuatan kecuali
kalian dapat merebut apa yang dimiliki musuh”.
“Jika hari-hari berkepanjangan sementara kalian dalam
keadaan terdesak dan sesuatu apapun tidak berhasil diraih,
niscaya kehebatan kalian pasti lenyap, dan hati mereka yang ciut
sebab berhadapan dengan kalian akan berubah menjadi berani
menghadapi kalian. Sungguh aku tidak memperingatkan kalian
dengan suatu peringatan, sedangkan aku berlepas diri
daripadanya. Aku membawa kalian dengan diriku sebagai
pelaku pertama…” Ketahuilah! Al-Walid bin Abdil Malik, Amir
al-Mukminin, telah memilih kalian sebagai para pahlawan yang
gagah berani. Dia menyukai kalian agar para penguasa pulau
ini menjadi mertua atau menantu kalian. Begitu juga agar beroleh
pahala dari Allah atas jasa kalian dalam upaya meninggikan
kalimat dan menyebarkan agama-Nya di pulau ini..” 166
Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Wadi
Bakkah, raja Roderiq dapat diserang dan dipukul dengan
pedang Thariq dan mati terbunuh dan pasukannya
dikalahkan, dari situ Thariq dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting lainnya, seperti Cordova,
Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Ghathia saat itu).
namun ada dikatakan bahwa Roderick tidak sampai
mati melainkan hanya luka saja lalu melemparkan diri ke
Lembah Lakkah sehingga tenggelam, jasadnya terbawa
hanyut oleh air sungai sampai ke Samudera Atlantik. Sampai
hari ini akhir kehidupan Roderick masih tetap menjadi teka-
teki yang tidak dapat terjawab.
Kemenangan yang dicapai Thariq dan pasukannya
dalam penyerangan pertama ini membuka jalan bagi
penaklukan lebih luas lagi bagi Tharik. Selain itu, Musa bin
Nusair merasa ingin turut serta membantu pasukan Thariq.
Ketiga, Musa bin Nusair, dia berangkat dengan
pasukan besar menyeberangi selat pada tahun 712 M. dan satu
persatu kota yang dilaluinya dapat ditaklukkannya, seperti
Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida. Dia dan pasukannya
bergabung dengan pasukan Tharik di Toledo. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai
Navarre.
Pada saat mereka hendak melanjutkan pertempuran
sampai ke pegunungan Pyrenia di utara dan selatan Perancis,
datang panggilan dari Khalifah al-Walid bin Abdil Malik
untuk menghadap Khalifah di Damaskus dan melaporkan
hasil penaklukan mereka. Andai kata panggilan ini tidak
datang diperkirankan mereka akan dapat menaklukkan
seluruh Spanyol sampai dengan Perancis, Italia, bahkan
seluruh Eropa barat, mengingat mudahnya menaklukkan
Spanyol sebab saat itu kondisi sosial politik serta ekonomi
yang rapuh turut menguntungkan pasukan Islam.
Gelombang kedua, penaklukan Spanyol di masa
pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Azi z (717 M)
sasarannya untuk menguasai pegunungan Pyrenia dan
Perancis selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada al-
Samah, namun usahanya gagal dan dia terbunuh pada tahun
720 M. Selanjutnya, masih dalam masa Daulah Umayyah,
pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdul Rahman bin
Abdullah, namun penyerangannya ke Perancis tidak berhasil
dan dia dengan tentaranya mundur kembali ke Spanyol.170
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penyerangan pasukan Islam ke Spanyol hanya berhasil pada
penyerangan gelombang pertama, sedangkan pada
gelombang kedua gagal sebab kondisi sosial politik serta
ekonomi yang sudah berubah walaupun hanya dalam rentang
waktu yang sangat singkat selama lima tahun (712 hingga 717
M). Sesuatu yang sangat disayangkan banyak orang.
3. Faktor-faktor Mudahnya Menaklukkan Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam
pada penyerangan pertama tidak lepas dari adanya beberapa
faktor internal dan eksternal yang menguntungkan. Faktor
internal yaitu kondisi umat Islam mulai dari penguasa, tokoh-
tokoh pejuang dan prajurit Islam yang ikut andil dalam
penaklukan Spanyol merupakan orang-orang pilihan. Para
pemimpin yaitu tokoh-tokoh yang kuat, pejuang dan
prajuritnya kompak, bersatu, berani dan tabah menhadapi
tantangan sebab dimotivasi oleh ajaran agama Islam untuk
berjuang di jalan Allah Swt.
Sedangkan Faktor eksternal yaitu kondisi keagamaan,
sosial, politik dan ekonomi negeri Spanyol dalam keadaan
rapuh dan menyedihkan. Kondisi keagamaan, penguasa
Ghathia tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh
penguasa, yatu aliran Monofisit. Penganut agama Yahudi yang
merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa
dibaptis menurut agama Kristen, yang tidak bersedia disiksa
dan dbunuh secara brutal.
Kondisi sosial, warga Spanyol dibagi-bagi dalam
sistem kelas, sehingga muncul warga yang melarat,
tertindas, dan ketiadaan persamaan hak. Dalam situasi seperti
itu, kaum tertindas sangat menunggu kedatangan juru
pembebas dan juru pembebas itu, mereka temukan dari orang
Islam.
Kondisi politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan
terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Kerajaan dalam
keadaan kemelut. Kondisi terburuk berada di masa
pemerintahan raja Roderik. Raja Ghathia terakhir yang
dikalahkan pasukan Islam. Awal kehancurannya saat dia
memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo. Saat
itu, Witiza yang menjadi penguasa wilayah Toledo, dia
berhentikan begitu saja tanpa sebab. Hal itu memancing
amarah dari kakak dan anak Witiza, masing-masing bernama
Oppas dan Achila. Keduanya bangkit dan menghimpun
kekuatan untuk menjatuhkan raja Roderik. Mereka pergi ke
Afrika Utara dan bergabung dengan umat Islam di sana.
Sementara itu, terjadi pula konflik antara Roderik
dengan Ratu Yulian, mantan gubernur Roderik, karena
putrinya diperlakukan tidak senonoh oleh raja Roderik. Yulian
juga bergabung dengan umat Islam di Afrika Utara dan
mendukung penuh usaha umat Islam menguasai Spanyol.
Yulian bahkan meminjamkan empat buah kapal, berturut-
turut untuk dipakai oleh pasukan Tarif bin Malik, Thariq bin
Ziyad dan Musa bin Nusair.
Kondisi ekonomi, perpecahan politik memperburuk
keadaan ekonomi Spanyol. Di bawah kekuasaan kerajaan
Ghathia, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan
warga menurun. Tanah-tanah dalam jumlah hektaran
dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup,
jalan-jalan tidak mendapat perawatan akibatnya hubungan
antara satu daerah dan daerah lainnya sulit dilalui. Upah
minimum regional dibawah standar, warga dipaksa
membayar pajak dalam jumlah besar, sementara penguasa
hidup berpoya-poya di Istana, suatu kondisi yang sangat
bertolak belakang.
Dengan demikian, buruknya kondisi keagamaan,
sosial, politik, dan ekonomi Spanyol ditambah lagi tentara-
tentara Roderik yang terdiri dari para budak yang tertindas,
warga dilanda kemiskinan dan penderitaan serta
ketidakadilan, orang-orang Yahudi yang dipaksa masuk
agama Kristen. Pada saat seperti itu mereka dipaksa ikut
berperang membela Raja Roderik, sudah dapat dipastikan
bahawa mereka tidak memiliki semangat untuk berperang
dan tidak melakukan perlawanan terhadap kaum muslimin,
bahkan mereka mengadakan persekutuan dan memberikan
bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.
Sejak pertama kali Islam masuk Spanyol pada tahun
711 M. sampai berdirinya kerajaan Islam atau Daulah
Umayyah di Spanyol tahun 756 M. oleh Abdurrahman al-
Dakhil, stabilitas politik Spanyol belum tercapai secara
sempurna, sebab ada gangguan dari dalam dan dari luar.
Dari dalam, ada perbedaan pandangan antara
khalifah di Damaskus dari etnis Arab dan gubernur Afrika
Utara dari etnis Barbar yang berpusat di Kairawan. Masing-
masing mengakui bahwa mereka lebih berhak menguasai
daerah Spanyol. Karena perbedaan etnis ini terjadi konflik
politik yang sengit di antara mereka untuk merebut
kekuasaan.
Sebelum Islam mantap di Spanyol, khalifah al-Walid
di Damaskus memanggil kedua pahlawan Islam, Tariq dan
Musa untuk menghadapnya di Damaskus melaporkan hasil
penaklukan mereka. Pada tahun 714 M. mereka berangkat
menuju Damaskus memenuhi panggilan khalifah al-Walid.
Setelah tiga bulan dalam perjalanan mereka sampai di
Damaskus membawa harta gonimah dan menemui khalifah
sedang sakit parah, seminggu kemudian dia pun meninggal
dunia.
4. Komposisi Penduduk Spanyol
Penduduk Andalusia terdiri dari banyak suku, antara
lain, Arab, Barbar, Spanyol, dan Yahudi. Bangsa Arab dan
Barbar datang ke Spanyol sejak masa penaklukan negeri itu
oleh orang Islam. Keturunan Arab ini terdiri dari dua
kelompok besar, yaitu keturunan Arab Utara yang terdiri dari
suku Mudhari dan keturunan Arab Selatan yang terdiri dari
suku Yamani. Kebanyakan orang Arab Mudhari tinggal di
Toledo, Saragossa, Sevilla dan Valensia, sedangkan orang Arab
Yamani banyak bermukim di Granada, Cordova, Sevilla,
Murcia dan Badajoz.
Orang-orang Barbar banyak tinggal di daerah-daerah
perbukitan yang kering dan tandus di bagian utara negeri itu,
berhadapan langsung dengan basis-basis kekuatan Nasrani
padahal orang Arab menempati lembah-lembah yang subur
dan jauh dari ancaman orang Nasrani. Itu sebabnya
ketidakpuasan orang Barbar terhadap orang Arab menjadi
penyulut bagi terjadinya perang antara mereka.
Orang Spanyol terdiri dari tiga kelompok, (1)
kelompok yang telah memeluk Islam, (2) kelompok yang tetap
pada keyakinannya namun meniru adat kebiasaan orang Arab.
Baik bertingkah laku maupun bertutur kata, mereka disebut
Spanyol musta’ribah, dan (3) kelompok yang tetap berpegang
teguh pada agama nenek moyangnya semula dan warisan
nenek moyangnya. Tidak sedikit di antara pemeluk agama
Nasrani ini yang menjadi pejabat sipil, militer dan bahkan
sebagai pemungut pajak serta menikmati kebebasan beragama
yang cukup luas. Sedangkan orang Yahudi banyak datang
ke Spanyol pada tahun 133 M. bersamaan dengan bangsa
Romawi menguasai Spanyol.180
5. Periodesasi Pemerintahan Daulah Umaiyah di Spanyol
Sejak Islam masuk Spanyol sampai berarkhirnya
kerajaan Islam di sana selama lebih dari tujuh abad, dapat
dibagi kepada empat periode. Periode pertama , (710-755 M),
yaitu sejak masuknya Islam ke Spanyol sampai terbentuknya
daulah Umayyah di sana.
Pada periode pertama ini , Islam di Spanyol
mengalami goncangan sehingga terjadi 20 kali pergantian
gubernur selama 45 tahun sebab tidak ada gubernur yang
tangguh yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk
jangka waktu yang agak lama. Perbedaan pandangan politik
itu menjadi penyebab sering terjadinya perang saudara.
Konflik politik ini berakhir sesudah Abd. al-Rahman al-Dakhili
datang ke Spanyol pada tahun 755 M.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam
di Spanyol yang bertempat tinggal di pegunungan pyrenia
bagian utara Spanyol yang tidak pernah tunduk kepada
kekuasaan Islam, dan kelak mereka inilah yang mengusir
Islam dari Spanyol. Juga datang dari kalangan umat Islam
sendiri, berupa perselisihan elit politik. Jadi pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara
sempurna.
Periode kedua , (756-912 M.), yaitu sejak pembentukan
Pemerintahan Daulah Umayyah di Spanyol di bawah seorang
yang bergelar amir (gubernur), namun tidak tunduk kepada
pemerintahan Islam pusat khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Pada saat ini daulah Umayyah di Cordova dipimpin oleh tujuh
orang amir, yaitu Abdurrahman I (756-788 M), Hisyam I (788-
796), Hakam I (796-822), Abdurrahman II (822-852),
Muhammad I (852-886 M), Munzir (886-888 M), Abdullah (888-
912 M),
Periode keti ga , (912-1012 M.) yaitu di bawah
pemerintahan seorang pimpinan yang bergelar khalifah, pada
saat ini ada empat khalifah, yaitu Abdurahman III (912-
961 M), Hakam II (961-976 M), Hisyam II (976-1000 M),
Muhammad II bin Abi Amir atau Hajib al-Mansur (1000-1010
M).
Periode keempat, (1010-1492 M.) yaitu di masa
kemunduran pemerintahan Islam yang dipimpin oleh Muluk
al-Thawaif (raja-raja golongan) atau Negara-negara kecil yang
berpusat di propinsi-propinsi, seperti Seville, Cordova, Toledo
dan sebagainya. Mereka itu yaitu Sulaiman (1009-1010 M),
Hisyam II (1010-1013 M), Sulaiman 1013-1016 M),
Abdurrahman IV (1018 M), Abdurrahman V (1023 M),
Muhammad III (1023-1025 M) dan Hisyam III (1027-1031 M).
6. Pembentukan Daulah Umaiyah di Spanyol
Pada periode kedua , yaitu pembentukan daulah
Umayyah di Spanyol, sebagai pendirinya yaitu Abd. al-
Rahman I (al-Dakhil). Dia yaitu cucu khalifah Umayyah ke-
10, yaitu Hisyam. Dia termasuk salah seorang yang lolos dari
pembalasan dan pembantaian dari khalifah pertama Daulah
Abbasiyah, Al-Safah.
Abd. al-Rahman datang ke Spanyol, sesudah
mengembara selama lima tahun di Palestina, Mesir dan Afrika,
dan akhirnya dia sampai di Geuta. Dia diberi perlindungan
oleh seorang bangsa Barbar, keluarga pamannya dari pihak
ibu. Kemudian dia mengutus pelayannya, Barbar, supaya
berunding dengan orang-orang Syiria di Spanyol.
Mereka siap mendukung dan menerima pemuda
petualangan itu. Karena merasa yakin dengan bantuan dan
dukungan mereka, Abd. al-Rahman pergi ke Spanyol dan
memperoleh sambutan hangat pada tahun 755 M. Pribadinya
yang menarik dan nama besar keluarganya yang terkenal
membuat dia memperoleh dukungan rakyat.
Abd.al-Rahman menyatakan diri menjadi penguasa
Spanyol pada tahun 756 M. sebagai seorang Amir yang
merdeka dari kekuasaan Daulah Abbasiyah di Bagdad. Maka
dalam rentang waktu enam tahun sesudah kejatuhan daulah
Umayyah di Siria, berdirilah daulah Umayyah yang baru di
Spanyol.
Abd.al-Rahman I menjadikan Cordova sebagai pusat
pemerintahannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi
pemberontakan kepala-kepala suku. Selama beberapa tahun
pertama, kekuasaannya diperebutkan oleh banyak pihak, yaitu
kadang-kadang oleh orang Barbar, atau orang Yamaniyah,
terkadang oleh orang Tahiriyah. Akhirnya, dia memilih
mendirikan pusat pemerintahannya di sekitar Cordova.182
Abdurahman I mulai menumpas kepala-kepala suku
yang memberontak. Kepala suku Yamaniyah, yang bernama
Abu Sabah, gubernur Seville yang berkoalisi melawan
Abdurrahman I, dipecat dan dibunuh. Kamu Yamaniyah di
selatan juga ditumpas dan dikalahkan, 20.000 dari mereka
dibunuh dan kekuasaan mereka dihancurkan. Matari kepala
suku Yamaniyah juga memberontak dapat dikalahkan dan
dibunuh. Hisyam bin Urwa, mantan Gubernur Toledo,
mengangkan senjata dan memberontak, dikalahkannya
sampai menyerah dan dibunuh. Orang-orang Barbar juga
menimbulkan kerusuhan-kerusuhan yang serius, pemimpin
mereka bernama Syaqna, akhirnya dibunuh oleh anak
buahnya sendiri.
Demikian juga kepala-kepala suku Arab di Spanyol,
mereka ingin mengusir Abdurahman I dari Spanyol dan
berkoalisi secara besar-besaran dengan meminta bantuan
Charlemagne dari Prancis. Charles menyambut baik gagasan
itu dan datang dengan pasukan besar dengan menyeberangi
pegunungan Pyrenee. namun mereka disambut Abdurahman
dengan perlawanan yang tangguh, sehingga Charles pulang
ke Peracis tanpa membawa apa-apa.
Dia menyerahkan pasukannya dibawah komando
Rolan, seorang ksatria Kristen yang paling besar saat itu, tetapi
Rolan dapat dikalahkan dan dibunuh. Dengan demikian,
tujuan koalisi hendak menggulingkan Abdurrahman, menjadi
gagal. Malahan Abdurrahman dapat menghancurkan
pemimpin-pemimpin Arab ini . Setelah itu, kekuasaan
Abdurahman I mulai kokoh dan mantap, sehingga memberikan
kesempatan kepadanya untuk membangun Spanyol.
Abdurrahman I melihat warga Andalusia terdiri
dari berbagai suku yang sangat heterogen, seperti Arab yang
terdiri dari berbagai suku, yaitu Mudhariyah, Yamaniyah,
Tahiriyah, suku Barbar, orang Spanyol muslim dan non-
muslim dan lain-lain. Untuk itu, Abdurahman I menciptakan
tentara yang terorganisir dan terlatih dengan baik, yang terdiri
dari 40.000 tentara bayaran Barbar. Juga dia membangun
angkatan laut yang kuat. Dengan pasukan yang kuat dan
terlatih, sewaktu-waktu dapat dipergunakan menumpas para
pemberontak sehingga tercipta pemerintahan yang stabil.
Dengan demikian, selama 32 tahun masa kekuasaannya,
dia mampu mengatasi berbagai ancaman dari dalam negeri
maupun serangan musuh dari luar. Ketangguhannya
menghadapi berbagai ancaman itu memicu dia dijuluki
Rajawali Quraisy.
Stabilitas politik memberi kesempatan kepada
Abdurrahman I membangun Spanyol, di antaranya, beliau
mendirikan Masjid Agung Cordova, yang kemudian
diselesaikan dan diperbesar oleh para penggantinya dengan
pilar-pilar yang banyak dan megah serta halaman yang luas.
Bangunan yang monumental ini, dirubah oleh Ferdinand III
menjadi gereja Kristen, pada penaklukan Spanyol tahun 1236,
masih berdiri sampai sekarang.
Juga Abdurrahman I menjadikan Cordova sebagai
pusat ilmu dan kebudayaan yang paling menarik di Eropa.
Dia mengembangkan seni kesusastraaan sehingga banyak
menarik minat cendekiawan datang ke istananya. Di antara
tokoh-tokoh pujangga istana beliau dapat disebut Abi al-
Mutasya, Syaikh Abu Musa Hawari, Isa bin Dinar, Yahya bin
Yahya, dan Said bin H}asan. Sehingga bangsa Arab Spanyol
menjadi guru-guru bagi Eropa. Juga Universitas-universitas
Cordova, Toledo, dan Seville berfungsi sebagai sumber asli
ilmu dan kebudayaan Arab dan non-Arab, Muslim, Kristen,
dan Yahudi sampai berabad-abad kemudian.
Sebagai seorang administrator, Abdurrrahman I
membagi pemerintahannya ke dalam enam propinsi , setiap
propinsi di bawah seorang gubernur. Dia memerintah dengan
penuh ketegasan dan keadilan di bawah pemerintahan yang
paling terorganisir di Eropa dan ibu kotanya yang paling
megah, hingga wafatnya pada tahun 788 M.
Hasyim I (788-796 M), memerintah menggantikan
ayahnya Abdurrahman I. Dia dapat lagi memperluas
kekuasaannya, sebab Saragossa dan Barcelona mengakui
pula kekuasaan Daulah Umayyah di Spanyol.
Dalam bidang ilmu, Hasyim I menghormati imam
Malik, salah satu mazhab dari empat mazhab fiqih di kalangan
Sunni. Dia mendorong para pencari ilmu, agar melakukan
perjalanan ke Madinah guna mempelajari ajaran-ajaran mazhab
Maliki. Kitab al-Muwatho’ yang ditulis Imam Malik disalin dan
disebarluaskan ke seluruh wilayah kekuasaannya.
Hasyim I yaitu seorang penguasa yang taqwa, adil,
lemah lembut, dan dermawan serta sangat taat menjalankan
kewajiban-kewajiban agamanya. Dia ditemukan di jalan-jalan
Cordova bercampur dengan warga untuk mengetahui sendiri
keluhan dan penderitaan mereka. Kekuasaanya kuat, setiap
kekacauan ditindas dengan tangan besi, tidak membiarkan
pelaku kejahatan bebas dari hukuman. Dia memberi hadiah
kepada warga-warganya yang melaksanakan shalat berjama’ah
dan berpuasa. Dia mendorong orang memperdalam ilmu,
terutama ilmu kesusasteraan. Dia juga mendirikan sekolah-
sekolah untuk pengajaran Bahasa Arab.188 Hasyim meninggal
dunia pada tahun 796 M. dalam usia 40 tahun.
Hakam I (796-822 M.) memerintah menggantikan
ayahnya Hisyam I. Dia suka kemewahan dan hiburan-hiburan.
Perangainya tidak baik dan tidak mulia, sebab suka dan
sangat candu minum anggur dan mabuk-mabukan. Maka
tidak heran kaum Faqih melakukan pemberontakan-
pemberontakan dan mencela Hakam I sebagai orang yang
tidak beragama. Kaum faqih berusaha membakar kefanatikan
orang muslim Spanyol bergabung dengan kaum bangsawan
untuk mengangkat paman Hakam I ke atas singgasana.
Komplotan mereka tercium oleh penguasa, sehingga tokoh-
tokoh Faqih dan kaum bangsawan, sekitar 72 orang dibunuh.
Pemberontakan-pemberontakan silih berganti, habis
dari kaum Faqih, muncul lagi dari pamannya Sulaiman dan
Abdullah, demikian juga warga Cordova, penduduk Toledo,
sehingga waktunya habis menghadapi pemberontakan-
pemberontakan dan tidak ada kesempatan melakukan
pembangunan, hingga beliau wafat pada tahun 852 M.
Hakam digantikan oleh anaknya Abdurrahman II
(Ausat). Mendengar pergantian amir itu maka Alfonso II,
kepala suku Leon melakukan pemberontakan, diikuti oleh
kepala-kepala suku lainnya di utara. Beliau mengirim pasukan
di bawah pimpinan Abdul Karim dan Ubaidillah untuk
menghukum mereka. Orang-orang Kristen itu dapat
dikalahkan habis-habisan, menara-menara dan benteng-
benteng mereka diratakan dengan tanah. Abdurrahman
menumpas para pemberontak dengan kekarasan sehingga 7.000
pemberontak dibunuh. Ketika menyerah mereka disyaratkan
membayar upeti dan menyerahkan sandera sebagai jaminan
agar mereka tidak melakukan pemberontakan lagi.190
Keberhasilan Abdurrahman II, memadamkan
pemberontakan-pemberontakan, memicu pemerintahannya
berjalan damai dan cemerlang. Rakyatnya sejahtera,
penghasilannya melimpah ruah, pemeritahannya di tata ulang,
para pejabat tinggi negara diberi kekuasaan khusus.
Abdurrahman II sangat mencintai kesenian dan
kesusasteraan dan mencintai warga yang berbakat dan
berilmu. Sehingga para seniman dan cendekiawan berduyun-
duyun mengunjungi istananya, belum pernah istana para sultan,
seperti di bawah kekuasan Abdurahman II. Beliau banyak
memberikan hadiah kepada para seniman, penyair, dan musisi.
Abdurrahman II menjadikan Cordova sebagai
Baghdad kedua. Dia yaitu pembangun yang hebat dapat
memperindah kota dengan gedung-gedung besar, masjid-
masjid, taman-taman, sehingga dia dapat menjadikan Cordova
sebagai kota kebudayaan yang indah, budi bahasa yang halus,
sopan santun Arab yang anggun, yang kemudian ditiru oleh
orang-orang Eropa. Setelah menjalankan pemerintahannya
selama 30 tahun, beliau meninggal dunia pada tahun 852 M.
Muhammad I menggantikan ayahnya menduduki
pemerintahan ditandai oleh serangkaian kerusuhan dalam
negeri. Rakyat Toledo, dibantu kepala suku Leon
memberontak pada tahun 854 M. Muhammad I segera
berangkat dengan pasukan besar dan memaksa para
pemberontak tunduk, sekitar 8.000 orang Kristen dibunuh.
Bangsa Norman muncul melakukan kerusuhan-
kerusuhan, orang-orang Franka menyerbu Spanyol, diikuti
orang-orang Galisia dan Navarre. Para penghukum dikirim
untuk menundukkan mereka. namun , kata Amir Ali, “ bahwa
kerajaan Arab itu tidak berantakan oleh tekanan-tekanan
kerusuhan ini ”.
Setelah berhasil mengatasi kerusuhan-kerusuhan,
Muhammad I mengorganisir pemerintahan Andalusia secara
teratur dan membuat perundang-undangan bagi pengelolaan
Negara, mensejahterakan kehidupan warga dengan
kedermawanannya. Dia pencinta ilmu, penyokong belajar,
penyair dan penulis. Seperti ayahnya, dia pencinta seni
keindahan, memperindah Ibu Kota dengan gedung-gedung
indah, bangunan-bangunan besar, serta monument-monumen,
meninggal dunia dalam usia 65 tahun.
Munzir menggantikan ayahnya naik takhta di
Cordova. Dia mampu menumpas banyak pemberontakan
saat ayahnya memerintah. namun belum lagi dia dapat
menumpas pemberontakan semasa pemerintahannya, dia
meninggal dunia sesudah memerintah hanya dua tahun, karena
diracun oleh dokternya atas desakan saudaranya Abdullah.
Sekiranya dia hidup lebih lama, tidak diragukan lagi bahwa
dia berhasil memulihkan keamanan dan ketertiban secara
sempurna dalam pemerintahannya.
Abdullah menggantikan saudaranya Munzir naik tahta
pada waktu yang sangat kritis. Andalusia penuh dengan
gangguan dan pemberontakan. Bukan hanya oleh orang Spanyol
asli namun juga oleh bangsawan Arab. Pemberontakan pecah di
setiap bagian kerajaan. Sementara Abdullah seorang raja yang
lemah gagal menguasai keadaan. Walau pun dia memerintah
selama 25 tahun, namun penuh dengan gangguan dan
pemberontakan dan dia meninggal dunia pada tahun 912 M.
7. Masa Kemajuan Pemerintahan dan Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
Pada periode ketiga , Abdurrahman III menggantikan
ayahnya naik tahta dalam usia 23 tahun pada tahun 912 M.
memakai gelar khalifah . Selama ini penguasa daulah
Umayyah di Spanyol sudah puas dengan gelar amir. namun
pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Nasir, dia
memakai gelar khalifah didorong oleh lemahnya
pemerintahan daulah Abbasiyah di Baghdad sebab mereka
hanya boneka-boneka di tangan Bani Buaiwi.
Dia termasuk di antara khalifah yang kuat, mempesona
dan berbakat, sehingga membuka pertanda bagi munculnya
fajar kedamaian, kemakmuran dan kemegahan. Dia disebut
sebagai penyelamat imperium muslim Spanyol, sesudah
melewati masa kemerosotan dan terancam bahaya di tangan
ayahnya Abdullah.
Setelah naik takhta, Abdurrahman menuntut semua
warganya agar tunduk tanpa syarat dan tidak memandang
kelas dan kepercayaan. Dia bertekad memadamkan semua
pemberontakan dan menegakkan kekuasaan daulah Umayyah
Spanyol. Membasmi penyeleweng-penyeleweng dan
pengacau, memulihkan perdamaian dan stabilitas.
Orang-orang Kristen di utara merupakan musuh
berbuyutan orang Islam. Mereka bertekad memerangi orang
Islam. Pada tahun 914 M, Ordono II, kepala suku Leon
menyerbu wilayah-wilayah Islam. Dia dibantu oleh Sancho,
kepala suku Navarre. Pasukan Navarre dihancurkan pasukan
Abdurrahman sebab mereka turun dari pegunungan ke
dataran menerima tantangan pasukan Islam. Maka pasukan
Islam mempergunakan kesempatan itu untuk menghancurkan
mereka. Berulang kali pasukan-pasukan orang Kristen
menyerang wilayah Islam, namun selalu dikalahkan pasukan
Islam yang dibentuk Abdurrahman.
Meskipun banyak rintangan-rintangan, tetapi
Abdurrahman berhasil menjadikan daulah Umayyah kuat
kokoh dan lebih besar dari pemerintahan sebelunnya.
Abdurahman membentuk pasukan polisi, sehingga
warga menjadi aman, orang asing dan para pedagang
bebas bepergian ke daerah-daerah yang paling sukar tanpa
merasa takut ada penganiayaan dan gangguan. Maka ekonomi
dapat berjalan lancar.
Uang Negara dalam jumlah besar dipergunakan untuk
membangun jalan-jalan, bangunan umum. Jembatan-
jembatan, puri-puri, sekolah-sekolah, rumah sakit, perguruan
tinggi dan lain-lainnya. Abdurrahman melebur ras atau suku
negeri itu benar-benar satu bangsa. Orang-orang Kristen bebas
bekerja di dalam dinas pemerintahan.
Selain itu, diapun membangun istana yang indah di
dekat Cordova bernama “al-Zahra”, dengan 400 buah kamar.
Untuk membangun istana itu dipekerjakan 10.000 orang
dengan 1.500 binatang yang bekerja selama bertahun-tahun.
Istana yang dibangun Abdurrahman III merupakan yang
paling mengagumkan di Eropa. Duta-duta dari raja-raja
Jerman dan Italia berduyun-duyun datang ke istananya.
Bahkan raja-raja Inggeris, Perancis, Jerman dan Italia hanya
orang-orang kecil dibandingkan Abdurrahman III yang
cemerlang saat itu.
Keamanan benar-benar dijaga Abdurrahman III. Dia
memiliki tentara regular yang sangat disipilin. Sehingga
orang-orang Kristen, Yahudi dan suku-suku lain, tidak dapat
bergolak atau memberontak. Dia melebur semua ras negeri itu
menjadi satu bangsa. Abdurrahman III juga membelanjakan
sepertiga dari pendapatan Negara setiap tahun untuk kemajuan
ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan. Banyak karya
orang Yunani diterjamahkan ke dalam bahasa Arab.
Perkembangan Universitas-universitas mencapai
puncak kemajuan yang pesat. Pada saat itu Spanyol memiliki
75 perpustakaan belum pernah Cordova begitu makmur
Andalusia begitu kaya dan Negara begitu jaya seperti pada
masa Abdurahman III. Dia yaitu khalifah daulah Umayyah
yang paling berhasil di Spanyol, sebab dapat merubah negeri
yang berantakan menjadi negeri yang makmur, kaya, jaya dan
mempesona.
Abdurrahman III meninggal dunia bulan Oktober 961
M sesudah memerintah selama 49 tahun dan digantikan oleh
anaknya Hakam II. Beliau yaitu seorang penguasa yang adil,
bijak dan penuh pengertian, menjalankan ajaran agama
dengan ketat dan memaksakan ajaran-ajaran Sunnah di
seluruh wilayah kekuasaannya. Setiap selesai shalat Jum’at dia
membagi-bagikan derma kepada fakir miskin. Dia
menegakkan ketenteraman di dalam negerinya, sangat toleran
terhadap agama-agama lain, sehingga orang menikmati
kebebasan beragama secara sempurna. Walaupun begitu dia
tidak sehebat ayahnya, Abdurrahman III.196
Namun Hakam II lebih dikenal sebagai seorang
pencinta ilmu pengetahuan dan kesusasteraan serta menabur
pemberian kepada para cendikiawan. Hakam II yaitu
penguasa daulah Umayyah yang menyempurnakan perdaban
Spanyol dan membuat Cordova bercahaya bagaikan mercu
suar di atas kegelapan Eropa.
Banyak Universitas yang dibangun di bawah
kekuasaannya. Para mahasiswa, baik Kristen, Yahudi maupun
Islam banyak berdatangan ke Spanyol untuk memasuki
perguruan tinggi ini , tidak hanya dari Eropa namun juga
dari Afrika dan Asia. Di ibu kota Negara saja ada 27
sekolah gratis. Tidak ada kota betapapun kecilnya yang tidak
memiliki sekolah. Bahkan setiap kota memiliki perguruan
tinggi. Dia mengundang dosen dan professor dari Baghdad
untuk mengajar di universitas-universitas yang ada di
Spanyol. Maka di Spanyol semua orang dapat membaca dan
menulis, sedang di Eropa berada dalam kegelapan ilmu
pengetahuan.
Khalifah yang baik dan saleh itu meninggal dunia
pada tanggal 1 Oktober 967 M. bersamaan dengan berakhirnya
keagungan bahkan kekuasaan daulah Umayyah di Spanyol.
Dia digantikan oleh anaknya Hisyam II yang pada saat itu
baru berumur 11 tahun. Karena usianya masih muda, ibunya
bernama Sultanah Subhi dan sekretaris Negara yang bernama
Muhammad bin Abi Amir198 mengambil alih tugas
pemerintahan.
Pada mulanya Muhammad bin Abi Amir, diangkat
Hakam II sebagai pengasuh anaknya yang masih muda
Hisyam II, namun kemudian sepeninggal Hakam II,
Muhammad bin Abi Amir mengambil alih semua kekuasaan
Negara dengan memakai gelar Hajib al-Mansur, sehingga dia
menjadi penguasa Negara yang sebenarnya.
Pada sisi lain, saat Hakam II meninggal,
permaisurinya Sultanah Subhi berusaha memakai
pengaruhnya yang besar untuk menguasai urusan-urusan
kenegaraan. namun al-Mansur yang bersekutu dengan
permaisuri khalifah yang masih muda itu berusaha agar
dirinya berpengaruh terhadap semua urusan kenegaraan.
Langkah pertama yang dilakukan Al-Mansur yaitu
menguasai tentara dengan cara mereorganisasi tentara. Selama
ini hanya sedikit tentara yang bersedia setia kepada raja. Oleh
sebab itu, Hajib al-Mansur merekrut orang-orang Berber dari
Afrika Utara untuk dijadikan tentara kerajaan.
Kemudian dia berhasil membujuk Hisyam II agar
mengumumkan suatu ketetapan yang mempercayakan semua
urusan Negara kepadanya. Dengan demikian permaisuri
Sultanah Subhi tidak berdaya menghadapinya.199 Dengan
demikian Muhammad bin Abi Amir menjadi penguasa
Spanyol yang tidak ada tandingannya dan dia memakai gelar
al-Mansur Billah.
Pada akhir pemerintahan Hisyam II, Muhammad II
atau Hajib al-Mansur Billah telah diangkat menjadi Hakim
Agung, pada saat itulah dia mengambil alih seluruh
kekuasaan dan menempatkan khalifah di bawah pengaruhnya
dan memaklumkan dirinya sebagai Hajib al-Mansur Billah.200
Kesetiaan tentara pun beralih kepada al-Mansur,
meskipun mereka dibayar dengan uang Negara, namun mereka
tidak menganggap diri mereka pelayan-pelayan Negara, tetapi
pelayan Mansur sendiri. Dia tetap memperhatikan
kedisiplinan dan kesejahteraan para prajurit, yang
membuatnya menjadi pujaan mereka. Dengan pasukan tentara
yang benar-benar baik telah memberikan kepada Spanyol
kekuatan yang belum pernah ada sebelummnya, termasuk
pada masa Abdurrahman III sekalipun.
Muhammad II atau Al-Mansur yaitu penguasa
Spanyol yang paling istimewa, sesudah Abdurrahman III. Dia
yaitu seorang prajurit dan negarawan terbesar di Eropa abad
ke-10. Kekuasaan beliau begitu ditakuti sehingga tidak ada
yang berani melakukan pemberontakan yang dapat
mengganggu ketenteraman negeri. Jalan-jalan dibangun,
perdagangan dikembangkan dan pertanian diperbaiki yang
membuat kemakmuran warga menjadi meningkat.
Al-Mansur penyokong ilmu pengetahuan, kesenian
dan kebudayaan, dia mendorong bagi setiap pengembangan
cabang ilmu pengetahuan. Istananya ramai dikunjungi para
pujangga dan cendikiawan. Bahkan dia yaitu seorang
penyair yang telah menciptakan karya penting tentang
kesusasteraan Arab.202 Setelah memerintah selama 26 tahun,
Hajib al-Mansur meninggal dunia pada tahun 1010 M.
bersamaan dengan itu berakhir pulalah gelar khalifah dalam
pemerintahan Islam Spanyol.
Pada masa kemajuan pemerintahan ini tergambarlah
kemegahan Spanyol yang begitu indah. Hal itu terlihat dari
pembangunan fisik banyak yang mendapat perhatian umat
Islam Spanyol di antaranya yaitu bidang perdagangan, jalan-
jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian
diperkenalkan irigasi baru kepada warga Spanyol yang
tidak mereka kenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal,
saluran-saluran air dan bahkan jembatan air didirikan. Dengan
begitu tempat-tempat yang tinggi mendapat jatah air.
Disamping itu, orang Islam juga memperkenalkan pertanian
padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanam-tanaman.
Selain perdaganagan dan pertanian, juga dibangun
industri-industri, sebagai tulang punggung ekonomi Islam
Spanyol. Di antaranya, yaitu tekstil, kayu kulit, logam dan
industri barang-barang tembikar.
Untuk memperindah kemegahan Spanyol dilakukan
pembangunan gedung-gedung istana, masjid, pemukiman,
dan taman-taman. Di antata pembangunan yang megah
yaitu masjid Cordova, kota al-Zahra, istana Ja’fariyah di
Saragossa, tembok Toledo, istana Hambra di Granada, dan
masjid Seville.
Cordova yaitu ibu kota Spanyol baik sebelum
maupun sesudah Islam masuk ke sana. Ketika Cordova di
ambil alih di bawah kekuasaan daulah Umayyah kemudian
dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas
sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman kota
dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol ini .
8. Perkembangan IlmuPengetahuan
Pada masa kemajuan pemerintahan ini juga terjadi
perkembangan ilmu Pengetahuan yang sangat mempesona.
Karena Spanyol yaitu negeri yang subur. Kesuburannya
mendatangkan kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi
menghasilkan banyak pemikir. Masyarakatnya majemuk,
terdiri dari orang Arab (utara dan selatan), orang Barbar (dari
Afrika Utara), al-muwalladun (orang Spanyol yang masuk
Islam), orang Spanyol yang masih Kristen dan orang Yahudi.
Semua komunitas itu , kecuali Kristen, memberikan saham
intelektual bagi terbentuknya kebangkitan budaya ilmiyah,
sastra dan kesenian di Andalusia, di antaranya yang terpenting
yaitu :
1. Filsafat
Dalam bidang filsafat, atas inisiatif al-Hakam II
(961-976 M.) karya-karya ilmiah dan filosof diimpor dari
Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan
perpustakaan dan Universitas-universitasnya mampu
menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu
pengetahuan di Dunia Islam. Sekaligus hal ini merupakan
persiapan bagi melahirkan filosof-filosof besar Spanyol
pada masa yang akan datang.
Tokoh pertama dalam filsafat Arab-Spanyol yaitu
Abu Bakar Muhammad bin al-Sayyigh yang lebih dikenal
dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa, pindah ke
Seville dan Granada. Meninggal sebab keracunan di Fez
tahun 1138 M. dalam usia yang masih muda. Sama seperti
al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, dia melakukan kajian
filsafat pada bidang yang bersifat etis dan eskatologis.
Para ahli sejarah memandangnya sebagai orang
yang berpengetahuan luas dan menguasai tidak kurang
dari dua belas bidang ilmu. Dia disejajarkan dengan tokoh
filsafat Ibn Sina dan dapat dikategorikan sebagai tokoh
utama dan pertama dalam filsafat Arab-Spanyol dan
penerus pemikiran filsafatnya yaitu Ibn Thufail.203
Tokoh kedua yaitu Abu Bakar ibn Thufail yang
lebih dikenal dengan Ibn Thufail. Dilahirkan di sebuah dusun
kecil, Wadi Asy, sebelah timur Granada dan wafat dalam usia
lanjut tahun 1185 M. Dia banyak menulis masalah
kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya, yang
terkenal sampai sekarang yaitu Hay ibn Yaqzhan.
Tokoh ketiga yaitu pengikut Aristoteles yang
terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn
Rusyd dari Cordova. Ia lahir di Cordova tahun 1126 M.
dan wafat di Maroko tahun 1198 M. Di barat di dikenal
dengan nama Averoes. Kebesaran Ibn Rusyd nampak
dalam karya-karyanya yang selalu membagi
pembahasannya dalam tiga bentuk, yaitu komentar, kritik
dan pendapat. Itu sebabnya dia dikenal sebagai seorang
komentator sekaligus kritikus ulung.
Dia banyak mengomentari karya-karya filosof
muslim pendahulunya, seperti al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajjah
dan al-Ghozali. Secara khusus kritik dan komentarnya
terhadap karya-karya Aristoteles mengantarkannya sangat
terkenal di Eropa. Sehingga komentar-komentarnya terhadap
filsafat Aristoteles berpengaruh besar bagi kebangkitan
ilmuan Eropa dan dapat membentuk sebuah aliran yang
dinisbahkan kepadanya, yaitu aliran averroisme.205
2. Sains
Dalam bidang kedokteran dikenal Ahmad bin Ibas
yaitu ahli dalam bidang obat-obatan. Ummi al-Hasan
binti Abi Ja’far yaitu ahli kedokteran dari kalangan
wanita. Dalam bidang ilmu kimia dan astronomi yaitu
Abbas bin Farnas. Dialah orang pertama yang menemukan
pembuatan kaca dari batu.206 Ibrahim bin Yahya al-
Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Dia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya terjadi.
3. Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi dikenal Ibn
Jubeir dari Valencia (1145-1228 M.) menulis tentang negeri-
negeri muslim mediterania dan Sicilia. Ibn Batutah dari
Tangier (1304-1377 M.) mencapai Samudra Pasai di
Indonesia dan sampai ke Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374
M.) menyusun riwayat Granada. Sedangkan Ibn Khaldun
dari Tunis namun tinggal di Spanyol yaitu perumus filsafat
sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di
Spanyol, yang kemudian ada yang pindah ke Afrika.207
4. Fiqih
Dalam bidang fiqih dikenal di Spanyol sebagai
penganut mazhab Maliki. Mazhab ini disana
diperkenalkan oleh Ziyad bin Abd. al-Rahman.
Hasyim I yaitu penyokong mazhab Maliki. Dia
menghormati Imam Malik, salah satu mazhab dari empat
mazhab fiqih di kalangan Sunni. Dia mendorong para
pencari ilmu, agar melakukan perjalanan ke Madinah guna
mempelajari ajaran-ajaran mazhab Maliki. Kitab al-
Muwatho’ yang ditulis Imam Malik disalin dan
disebarluaskan ke seluruh wilayah kekuasaannya.208
Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada pemerintahan
Hisyam bin Abdurahman III yaitu penyokong fiqih
mazhab Maliki. Demikian pula Ibn Hazm pada mulanya
dia mempelajari fiqih mazhab Maliki sebab kebanyakan
warga Andalusia menganut mazhab ini, yaitu kitab
al-muwatha’ dan kitab ikhtilaf. namun kemudian dia
pindah ke mazhab Zahiri, sesudah ia mempelajari kitab fiqih
karangan Munzir bin Sa’id al-Balluti (w.355 H.) seorang
ulama mazhab Zahiri.
5. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian ususunya seni
suara, Spanyol Islam memiliki kecemerlangan dengan
tokohnya al-Hasan bin Nafi’ yang dikenal dengan Zaryab.
Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan Zaryab
selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Dia juga
terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dilikinya
diturunkannya kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita.
6. Arsitektur
Dalam bidang arsitektur daulah Umayyah II di
Spanyol telah juga mengukir prestasi dalam bidang seni
bangunan kota dan seni bangunan masjid. Di antara
bangunan kota yang memperbaharui bangunan kota yang
lama ada pula yang membangun kota yang baru.
1. Kota Cordova dijadikan al-Dakhil sebagai ibukota
Negara. Dia membangun kembali kota ini dan
memperindahnya serta membangun benteng di
sekitarnya dan istananya. Supaya kota ini mendapatkan
air bersih digalinya danau dari pegunungan. Air danau
itu dialirkan selain melalui pipa-pipa ke istananya dan
rumah-rumah penduduk, juga melalui parit-parit
dialirkan ke kolam-kolam dan lahan-lahan pertanian.
2. Peninggalan al-Dakhil yang masih ada sampai
sekarang yaitu masjid Jami’ Cordova yang didirikan
pada tahun 786 M. dengan dana 80.000 dinar.211 Hisyam
I pada tahun 793 M. menyelesaikan bagian utama
masjid ini dan menambah menaranya. Demikian juga
Abdurahman al-Autsah, Abdurrahman al-Nashir, dan
al-Manshur memperluas dan memperindahnya
sehingga menjadi masjid paling besar dan paling indah
pada masanya.212 Jelasnya panjang masjid itu dari utara
ke selatan yaitu 175 meter, sedangkan lebarnya dari
barat ke timur yaitu 134 meter, tinggi menaranya 20
meter yang didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat
dari marmer. Di tengah maajid ada tiang agung
yang menyangga 1000 buah lentera.213 Ketika Cordova
jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236 M.,
masjid ini dijadikan gereja dengan nama yang lebih
terkenal di kalangan warga Spanyol, yaitu La
Mezquita,214 berasal dari kata Arab al-masjid.
3. Pada tahun 936 M. al-Nashir membangun kota satelit
dengan nama al-Zahra di sebuah bukit di pegunungan
sierra Morena, sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova.
Bagian atas kota terdiri dari istana-istana dan gedung-
gedung Negara lainnya, bagian tengah yaitu taman-
taman dan tempat rekreasi, sedangkan bagian bawah
ada rumah-rumah dan toko-toko, masjid-masjid
dan bangunan-bangunan umum lainnya. Yang terbesar
di antara istana-istana al-Zahra ini yaitu
bernama Dar al-Raudhah.
9. Masa Kemunduran Pemerintahan dan Faktor-faktornya
Pada periode keempat , yaitu masa kemunduran
Islam di Spanyol dengan munculnya muluk al-Thawaif
(Negara-negara kecil) di daerah-daerah propinsi, yang
terbebas dari pemerintahan pusat.
Hajib al-Mansur digantikan oleh anaknya, Abdul
Malik. Dia mengikuti langkah-langkah ayahnya dalam
pengelolaan Negara. Dalam masa pemerintahannya, Spanyol
Muslim tetap merupakan negeri yang makmur. Suku-suku
Kristen yang mencoba melakukan peemberontakan berhasil
ditumpasnya dan terus memerintah dengan tangan besi. Dia
masih dapat mempertahankan keunggulan perintahan
ayahnya, namun sayangnya, dia hanya memerintah selama 6
tahun, sebab diracun orang dan meninggal dunia pada tahun
1008.
Malapetaka kehancuran Daulah Umayyah di Spanyol
mulai melanda istana saat terjadi kemelut perebutan
kekuasaan sepeninggal Abdul Malik yang digantikan oleh
saudaranya Abdurrahman, sebab dia tidak memiliki
kemampuan seperti ayah atau saudaranya, ditambah lagi
dengan kebejatan moralnya yang menyolok, sehingga dia
tidak disukai rakyat, maka orang-orang Cordova memaksanya
turun dan digantikan oleh Muhammad bin Abdul Jabbar bin
Abdurrahman III. dari keluarga daulah Umayyah.
namun mereka tidak dapat memperbaiki keadaan.
Akhirnya, pada tahun 1013 M. Dewan Menteri yang
memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika
itu, Spanyol telah terpecah dalam banyak Negara-negara kecil
yang berpusat di kota-kota propinsi terbebas dari
pemerintahan pusat.216 Dalam tempo 22 tahun terjadi 14 kali
pergantian khalifah, umumnya melalui kudeta. Di atas
kehancuran daulah Umayyah Spanyol memasuki babak baru
yang dikenal dengan periode Muluk al-Thawaif.217
Setelah jatuhnya keluarga al-Mansur, keluarga daulah
Umiyah di Spanyol menjadi boneka-boneka orang-orang
Berber. Mereka mengangkat Abdurahman V, cucu
Abdurrahman III untuk menduduki tahta kekhalifahan, tetapi
dia dibunuh oleh pengawal kerajaan. Khalifah daulah
Umayyah terakhir di Spanyol yaitu Hisyam III, namun dia
digulingkan oleh orang-orang Berber pada tahun 1031 M.
bersamaan dengan berakhirnya kekuasaan daulah Umayyah
di Spanyol.
Pada rentang waktu antara tahun 1035-1492 M.
ada dua kekuatan kerajaan Islam di Spanyol, yaitu
kekuasaan daulah Murabithun (1086-1143 M.) dan daulah
Muwahhidun (1146-1235 M.), namun dua kerajaan Islam itu
tidak dapat menyatukan kekuatan Islam Spanyol bahkan pada
tahun 1143 M. kekuasaan daulah Murabithun berakhir di
Spanyol dan digantikan daulah Muwahhidun. Akan tetapi
pada tahun 1212 M. tentara Kristen dapat mengalahkan dinasti
Muwahhidun memicu mereka memilih meninggalkan
Spanyol kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M.
Sepeninggal daulah Muwahhidun, keadaan Islam
Spanyol semakin runyam, sebab berada di bawah penguasa-
penguasa kecil. Dalam kondisi seperti itu, umat Islam tidak
dapat bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin
besar. Tahun 1238 M. Cordova jatuh ke tangan penguasa
Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Berarti seluruh
Spanyol, kecuali Granada telah lepas dari kekuasaan
Islam.218
Kekuasaan Islam hanya tinggal di daerah Granada di
bawah daulah Bani Ahmar (1232-1492 M.) Pada masa ini
peradaban Islam kembali mengalami kemajuan, seperti pada
masa kejayaan Abdurrahman III, akan namun sebab berada
di daerah yang kecil secara politik tidak memberi pengaruh
yang berarti.
Abu Abdullah, penguasa terakhir daulah Bani Ahmar
tidak mampu menahan serangan-serangan orang Kristen dan
pada akhirnya menyerah mengaku kalah. Ia menyerahkan
kekuasaannya kepada Ferdenand dan Isabella untuk
kemudian dia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492
M. Nasib umat Islam sesudah itu dihadapkan kepada dua
pilihan: masuk agama Kristen atau pergi meninggalkan
Spanyol.
9.1. Faktor-Faktor Kemunduran Pemerintahan
Adapun yang menjadi faktor kemunduran Islam
di Spanyol, ada beberapa penyebab bagi terjadinya
kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol, di
antaranya:
1. Konflik Sesama Muslim
Pe