Sejarah kebudayaan Turki Usmani mengalami perkembangan di segala bidang, terutama dalam
ekspansi atau pengembangan agama Islam. kebesaran yang pernah dialami oleh kerajaan Islam Turki
Usmani telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam dunia peradaban khususnya dunia
peradaban Islam. Sedangkan pada masa kerajaan besar Islam Safawi, telah mencapi kemajuan
peradaban yang telah melahirkan tokoh-tokoh ilmuan seperti, Baha Al-Din Al-Syaerazi, generalis ilmu
pengetahuan. Dinasti Safawi tidak setara dengan kemajuan yang pernah dicapai Islam masa klasik,
tetapi kerajaan ini telah memberikan sembangan yang cukup besar dalam bidang peradaban.
Peradaban Islam di india tidak bisa dipisahkan dari keberadaan kerajaan Islam Mughal. Selama tiga
abad kerajaan ini telah mampu memberi warna dinegri yang mayoritas beragama Hindu. Setidaknya
agama Islam terbesar diseluruh penjuru India. Kemajuan yang dicapai pada masa Mughal merupakan
kontribusi yang berarti dalam menyiarkan dan membangun peradaban Islam di bidang Ilmu
pengetahuan.
Sejarah mengatakan bahwasanya Islam pada masa awal sangat maju dan berkembang
sangat pesat, disebabkan peranan Kesultanan Islam seperti Dinasti Umayah, Abbasiyah,
Saljuk, Fatimiyah dan sebagainya. Tetapi, berdasar teori, bahwa sebuah kekuasaan itu
akan mengalami masa kemajuan dan masa kehancuran. Begitupun kesultanan Islam yang
dulunya sangat berkuasa dan kuat pada akhirnya hancur juga.
Eksistensi peradaban manusia dapat menentukan kemajuan atau kemunduran sebuah
peradaban itu sendiri. sebab kemajuan atau kemunduran ini dapat dilihat dan
dianalisa dari berbagai aspek sudut pandang. Salah satu faktor yang menjadi unsur
pembentuk sebuah peradaban yaitu sudut pandang yang dapat berupa sumber daya manusia,
pemimpin, dan gaya kepemimpinan yang digunakan untuk mengatur segala urusan
warga nya di dalam wilayah kekuasaannya. Peradaban yang diartikan sebagai sesuatu
yang merupakan bukan bagian dari kebutuhan pokok, melainkan halhal yang berada di luar
kebutuhan pokok manusia. Merujuk pada apa yang ditulis oleh Koentjaraningrat, peradaban
adalah bagian-bagian yang halus dan indah seperti seni warga yang telah maju dalam
kebudayaan tertentu berati memiliki peradaban yang tinggi.
Penggunaan istilah peradaban sendiri sering kali digunakan utuk menamai suatu
aktivitas warga yang berhubungan dengan kebudayaan manusia yang bersifat baik,
indah, luhur, serta memiliki manfaat bagi manusia sebagai pemilik kebudayaan ini .
Berawal dari hal ini, pemahaman mengenai peradaban berangkat dan berkembang bahwa
yang dimaksud dengan peradaban adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
manusia didalamnya, yang bukan merupakan hal pokok, dan mengandung estetika serta
budaya warga setempat. Dan berbicara tentang peradaban, ada beberapa klasifikasi
atau pengelompokan peradaban. Salah satunya yaitu sejarah peradaban Islam yang menjadi
salah satu penyumbang sejarah terbesar di dunia.
Menurut sejarawan dan filsuf abad keempat belas Ibnu Khaldun, setiap dinasti memiliki
siklus hidup alamiah. Tahun-tahun awal sebuah dinasti ditandai dengan pertumbuhan yang
ekspansif, sebuah “gurun ketangguhan”, dipenuhi etos kerja keras dan hampir tidak ada
keinginan untuk memiliki kemewahan duniawi. Generasi kedua dinasti melanjutkan
peninggalan para pendiri, namun pertumbuhannya melambat saat para pemimpin mulai lebih
menekankan pada kemewahan hidup istana alih-alih pada administrasi dan kepemimpinan.
Pada generasi ketiga, pembusukan dinasti terjadi secara menyeluruh saat pemimpin dan
wazir begitu dikuasai oleh kemewahan dan kesenangan sampai-sampai negara tidak dapat
melindungi diri dari ancaman internal atau eksternal sebab kelalaian para penguasa.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan
tidak adanya lagi kekuasaan Islam yang utuh yang meliputi seluruh wilayah Islam, dan
terpecahnya Islam menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah. Kerajaa-kerajaan itu antara lain :
Dinasti Usmani di Turki, Dinasti Safawi di Persia dan Dinasti Mughol di India.
Kerajaan-kerajaan ini merupakan tiga kerajaan terbesar pada masa itu. Dan
keadaan politik umat Uslam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah
muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar Islam ini . Puncak kemajuan yang
dicapai oleh kerajaan Usmani terjadi pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni
(1520-1566 M), puncak kemajuan kerajaan Safawi pada masa pemerintahan Abbas I (1588-
1628 M), dan puncak kemajuan kerajaan Mughal pada masa Sultan Akbar (1542-1605 M).
Setelah masa kejayaan tiga kerajaan ini , kerajaan-keraan ini mulai menglami
kemunduran, akan tetapi proses kemnunduran itu berlangsung dalam masa yang berbeda-
beda
Sejarah Perkembangan dan Kemunduran Kerajaan Islam Abad Modern
1. Turki Usmani
Kekuasaan dalam sejarah Islam mengalami kejayaan dalam rentang waktu yang
sangat panjang. Dimana dalam rentang waktu itu, sebelum abad ke-19. Penetrasi
kolonialisme Barat silih berganti mengalami pasang surut kejayaan dan kejatuhan. Pada
tahap tiga kerajaan besar yang masing-masing mulai dengan masa kemajuan (1500-1700 M)
dan masa kemunduran (1700-1800 M). Tiga kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan
Usmani di turki, kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mongol di India. Periode modern,
merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ketangan Barat telah
menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di
Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dan sedang mengancam peradaban Islam.
Perkembangan kerajaan dari abad ke-18 dikelompokkan melalui usaha menghadapi
tantangan eropa dalam hal ekonomi, teknologi dan kebudayaan, melalui kefleksibilatasan
daerah ekonomi dan melalui reformasi dalam institusi kerajaan. Sementara itu pada
periode tulip (pegawai damad Ibrahim, 1718-1730 M mengunkapkan keterbukaan
terhadap eropa. Di tahun 1789 M seri reformasi dalam pemerintahan dan administrasi
militer dimulai, reformasinya yang tidka dapat menghentikan ketergantungan politik dan
ekonomi kepada eropa dan kerajaan besar hancur berangsur-angsur.
Pada awalnya kerajaan turki Usmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil,
namun dengan adanya dukungan militer, kerajaan yang besar dapat bertahan dalam kurun
waktu yang lama. Pada masa sulaiman bin salim adalah puncak kejayaan Turki Usmani. Ia
dapat gelar al-Qanuni sebab jasanya menyusun kembali sistemsistem undang-undang
kesultanan Turki Usmani dan pelaksanaanya secara teratur dan tanpa kompromi menurut
keadaan warga islam. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki usmani
yang demikina luas dan berlangsung secara cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan
lain dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya ialah:
a. Kemiliteran dan Pemerintahan
Para pemiKmpin kerajaan turki utsmani pada masa-masa pertama, adalah orang-
orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.
Untuk pertama kalinya, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik
dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang
besar sudah teroganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur Militer
Turki Usmani berjalan tanpa halangan berarti.
Keberhasilan ekspansi ini juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan
pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan-sultan turki
Usmani senantiasa bertindak tegas. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara,
dimasa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab udang-undang (qanun). Kitab tersebit
diberi nama Multaqa al-Abhur yag menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki
Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke -19
b. Ilmu pengetahuan dan budaya.
Kebudayaan turki usmani juga merupakan perpaduan bermacam-macam
kebudayaan. Diantaranya kebudayaan Persia, Bizantium dan arab. Dari kebudayaan
Persia, mereka banyak mengambil tentang ajran etika dan tata krama dalam istana raja-
raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium.
Sedangkan ajaran-ajran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kewarga an,
keeilmuwan dan huruf merka serap dari Arab.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan
kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan,
mereka tidak begitu menonjol. sebab itulah di dalam khazanah intelektual islam tidak
ditemukan ilmuwan terkemuka dari Turki. Namun demikian , mereka banyak berkiprah
dalam pengembangan seni arsitektur islam berupa banguna-banguna masjid yang indah
c. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi warga Turki mempunya peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik. warga digolongkan berdasar agama dan kerajaan sendiri
sangat terikat dengan syriat, sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. sebab
itu, ulama memiliki tempat tersendiri dalam kerajaan dan warga .
d. Faktor-Faktor pemicu Mundurnya Kerajaan Usmani
Ada banyak faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Utsmani dintaranyaa
adalah:
1) Wilayah kekuasaan yang sangat luas. Administrasi pemerintahan bagi suatu negara
yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi
pemerintahan Kerajaan Utsmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat
berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang
terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang
seharusnya dapat digunakan untuk membangun negara.
2) Hetergonitas penduduk. Sebagai kerajaan besar, Turki Utsmani menguasai wilayah
yang amat laus, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz dan yaman. Di Asia;
Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazir. Di Afrika daan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria, dan rumania di Eropa. Wilayah yang amat luas ini ditempati
penduduk yang sangat beragam, baik daris segi agama, ras, etnis maupun adat
istiadat. Untuk mengatur penduduk yang bergam dan luas itu, diperlukan suatu
organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung administrasi yang baik,
Kerajaan Ustmani hanya akan menanggung beban berat akibat heterogenis ini .
Perbedaan bangsa dan agama acap kali yang melatarbelaknagi pemberontakan dan
peperangan.
3) Kelemahan para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan utsmani
diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama pada
dalam kepemimpinanya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan ini
tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan ssemakin lama menjadi
semakin parah.
4) Budaya Pungli. Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam
kerajaan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar”
dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jawaban ini . Adanya
budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat
pejabat semakin rapuh
5) Pemberontakan tentara Jenissari. Kemajuan ekspansi Kerajaan Utsmani banyak
ditemtukan oleh kekuatan tentara Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan
bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi
selama empat kali.
6) Merosotnya Ekonomi. Akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian
merosot. Pendapatan berkurang belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya
perang.
7) Terjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi. Kerajaan Usmani kurang
berhasil dalam pengembangan Ilmu dan teknologi, sebab hanya mengutamakaan
pengembangan kekuatan Militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh
kemajuan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi
persentajaan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Sesudah Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani tidak lagi memiliki sultan-sultan
yang kuat. Kerajaan ini mulai memasuki tahap kemundurannya di abad ke-17 M. Di dalam
negeri timbul pemberontakan-pemberontakan, seperti di Syiria di bawah pimpinan Kurdi
Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir fakhruddin.
Di samping itu, terjadi pula peperangan dengan Negara-negara tetangga seperti
Venitia (1645-1664 M) dan dengan Syah Abbasiyah dari Persia. Jenissary, nama yang
diberikan kepada tentara Usmani juga memberontak. Sultan-sultan berada di bawah
kekuasaan Harem. Sementara di Eropa juga mulai timbul negara-negara yang kuat,
sedangkan Rusia di bawah Peter Yang Agung telah pula berubah menjadi negara yang
maju.
Dalam peperangan dengan negara-negara ini kerajaan Usmani mengalami kekalahan
dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit. Misalnya Yunani,
memperoleh kemerdekaannya kembali di tahun 1829 M dan Rumania di tahun 1856 M.
Demikian pula yang lain mengikuti, sehingga akhirnya sesudah Perang Dunia I, daerah
kerajaan Usmani yang dahulu demikian luas kini hanya mencakup Asia Kecil dan sebagian
kecil dari daratan Eropa Timur. Kerajaan Usmani lenyap dan sebagai gantinya timbul
Republik Turki di tahun 1924 M. Kerajaan safawi di Persia mendapat serangan dari raja
Afghan yang berlainan faham dengan syah-syah Safawi, ia menganut faham Sunni. Mir
Muhammad dapat menguasai Afghan pada tahun 1722 M.
Akan tetapi, pada waktu itu Nadir Syah seorang jenderal, atas nama Syah Tahmasp II
dapat merampas ibu kota itu kembali pada tahun 1730 M. Kemudian ia sendiri menjadi
Syah di Persia. Namun pada tahun 1750 M, Karim Khan dari Dinasti Zand dapat merebut
kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah Khurasan. Kekuasaan Dinasti Zand ditentang
oleh Dinasti Qajar dan akhirnya Agha Muhammad dapat mengalahkan Dinasti Zand pada
tahun 1794 M. Semenjak itu sampai tahun 1925 M, Persia diperintah oleh Dinasti Qajar.
Di India, Dinasti Mughal Islam setelah Aurangzip meninggal dan digantikan oleh para
penguasa yang lemah, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak golongan Hindu
yang merupakan mayoritas penduduk India. Pemberontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh
Bahadur dan kemudian oleh Guru Gobind Singh. Negeri Haiderabad Dekan melepaskan diri
dari ikatan Delhi (1724 M). kemudian, mengikut pula Benggala dan Aud yang semuanya
berdekatan tahunnya. Negeri yang tertinggal pada tangan Mughal hanyalah Delhi, Agra dan
negeri-negeri Duab.
Sementara itu Inggris telah pula turut memainkan peranan dalam politik India dan
menguasai India di tahun 1857 M sampai tahun 1947 M India menjadi jajahan Inggris. Pada
masa ini kekuasaan militer dan politik umat Islam semakin menurun. Perdagangan dan
ekonomi umat Islam juga jatuh dengan hilangnya monopoli dagang antara Timur dan Barat
dari tangan mereka. Ilmu Pengetahuan di dunia Islam dalam keadaan stagnansi. Tarekat-
tarekat diliputi oleh suasana khurafat. Umat Islam dipengaruhi oleh sifat fatalistis.
Dunia Islam mengalami kemunduran dan statis. Sementara Eropa dengan kekayaan-
kekayaan yang diangkut dari Amerika dan laba dari perdagangan langsung dengan Timur
jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat, yang kekuatannya bertambah besar ke
dunia Islam yang didudukinya, kian lama bertambah mendalam. Akhirnya di tahun 1798 M
Napoleon menduduki Mesir, sebagai salah satu pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat
Islam ini ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan
umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam,
dan merupakan ancaman bagi hidup Islam sendiri.
2. Kerajaan Safawiyah
Daulah safawiyah adalah sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota
di Azerbaijan, Iran. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah didirikan pada waktu yang
hampir bersamaan dengan Daulah Turki Usmani di Asia Kecil. Nama Safawiyah diambil
dari nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M). Pengikut tarekat ini sangat teguh
memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tarekat Safawiyah ini bertujuan
memerangi orang yang ingkar dan orang yang mereka sebut ahlul bid’ah. Keberadaan
tarekat ini semakin penting setelah berubah dari tarekat kecil yang bersifat lokal menjadi
gerakan keagamaan yang besar artinya di Persia, Syria dan Anatolia. Di daerah di luar
Ardabil, Saf al-Din menempatkan wakilnya yang memimpin murid-muridnya yang diberi
gelar “kalifah.
Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama murid-murid tarekat ini berubah
menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan mazhab Syi’ah dan
menentang setiap orang yang tidak bermazhab Syi’ah. Gerakan Safawiyah selanjutnya
bertambah luas dan berkembang sehingga yang pada mulanya hanya gerakan keagamaan
saja berkembang dan bertambah menjadi gerakan politik.
Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan
mengalahkan AK. Koyunlu di Sharur dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha
memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut dan
mendudukinya. Di kota ini, pada tahun 1501 M., Ismail memproklamirkan berdirinya
Daulah Safawiyah dan dirinya sebagai raja pertama dengan ibu kotanya, Tabriz.
a. Masa Kemajuan
Dalam menjalankan tugasnya kepala negara, terutama pada masa awal-awal,
memiliki kemudahan-kemudahan tertentu, disamping mengahadapi persoalanpersoalan
yang krausial. Ini berkaitan dengan posisi mereka. Di satu sisi ia adalah Mursyid-i kamil
(pembimbing spiritual yang sempurna), dan disisi yang lain ia adalah Padisyah (raja).
Kerundukan para bawahannya sebagai pengikut tarekat, sebagaimana ttarekat yang
lain, hampir tanpa reserve. Sementara itu, dalam kepercayaan tarekat kesempurnaan
yang ada pada Mursyid-I kamil tak tergoyahkan. Oleh sebab itu pengikut tarekat tidak
dapat menerima kenyataan ketika pemimpinnya dikalahkan oleh lawannya. Ini terjadi
ketika pasukan Qizilbash dikalahkan oleh turki Usmani pada pertempuran di chaldiran
pada tahun 1514. Mereka mengalami Shok keagamaan yang berat, sebab menurut
kepercayaan mereka, pemimpin mereka tak bisa dikalahkan.
Para penguasa Safawi menciptakan sentralisasi kekuatan militer dan administrasi
negara dan menciptakan perangkat keagamaan yang akan mendukung kewenangan
shah dan elit lokal. Mula-mula Shal Ismail I mengusahakan birokratisasi administrasi
negara dan meningkatkan kekuasaan pejabat sentral Persia berhadapan dengan elit
militer Turki. Permintaan diorganisasikan dibawah pemerintahan wakil yang
merupakan juga panglima tentara sekaligus merupakan pemimpin agama (imam).
Adminstrasi sipil dipimpin oleh wazir. Pra perwira militer (amir) diberi hadia tanah
yang hasilnya sebagian diserahkan kepemerintah pusat, dan sebagian yang lain untuk
membiayai tentara.
Reformasi militer dan administrasi Syah Abbas sebagian didanai dengan usaha
perdagangan yang cermat. Dia menggairahkan perdagangan sutra dan memasarkan
hasilnya melalui pedagang-pedagang yang dikontrol oleh negara. Dengan membawa
pedagang-pedagang Armenia ke Isfahan dan menjadikan mereka perantara antara Syah
dan pelanggan asing. Istana memperoleh kedudukan yang kuat dalam perdagangan Iran.
Abbas I membangun pabrik-pabrik untuk memproduksi barangbarang mewah, baik
untuk keperluan sendiri atau untuk dijual dalam perdagangan internasional. Pembuatan
karpet yang semula merupakan industri istana, dipusatkan di pabrik-pabrik besar
Isfahan. Pembuatan sutra juga menjadi indrustri kerajaan, yang hasilnya dijual ke Eropa.
Keramik juga diproduksi berdasar model porselin Cina dengan bantuan pengrajin-
pengrajin yang diimpor dari cina. Untuk mendukung usaha perdagangan, jalan-jalan
dibangun diseluruh penjuru Iran. Demekian juga Caravansary (tempat penginapan
pedagang).
Kesempatan pertama bangsa Iran untuk memasuki perdagangan internasional
secara langsung berasal dari inisiatif bangsa Inggris. Orang Inggris pertaam kali datang
ke Iran dan kemudian bekerja sama dengan Abbas I adalah Anathony Sherley dan
Robert Sherley, pengembara yang tiba di Iran tahun 1598. Pada tahun 1616 The English
East India Company (EEIC) memperoleh hak untuk berdagang secara bebas di Iran.
Sebagai imbalannya, bahasa inggris membantu dan membangun Bad\ndar Abbas
sebagai pelabuhan baru untuk perdagangan jalur laut Persia-India.
Prestasi lain dari Safawiyah adalah membangun ibu kota baru, yaitu Isfahan. Ia
merupakan kota yang sangat penting bagi perkembangan politik dan ekonomi di Iran
dan sekaligus sebagai simbol legitimasi dinasti safawiyah. Dikota ini dibangun sebuah
alun-alun yang berfungsi sebagai pasar, iadikelilingi sederetan toko bertingkat dan
beberapa bangunan utama. Pada sisi bagian timur ada masjid yang mulai dibangun
pada tahun 1603 dan selesai paad tahun 1618 yang merupakan tempat peribadatan
pribadi Syah. Pada sisi bagian selatan ada kerajaan yang mulai dibangun pada
tahun 1611 dan selesai pada tahun 1629. Pada sisi bagian barat berdiri istana Ali Qapu
yang merupakan gedung pusat pemerintahan. Pada sisi bagian utara berdiri bagian
monumental yang menjadi pintu gerbang menuju bazar kerajaan dan beberapa
pertokoan, tempat pemandian dan caravansaries, masjid dan beberapa perguruan. Dari
alun-alun menuju istana dihubungkan oleh sebuah jalan raya sepanjang 2,5 mil. Disalah
satu sisi lain dari jalan dibangun taman yang luas, tempat tinggal paraHarem Syah dan
tempat tinggal para pegawai istana dan para duta besar asing.
Isfahan sangat penting kedudukannya bagi perekonomian negara, sebab ia
merupakan pusat industri dan pemasarannya. Semua kegiatan perekonomian itu
dibawah pengawasan petugas perpajakan negara. Isfaahn juga sebagi simbol vitalitas
Islam-Iran pada saat itu. Pada tahun 1666, Isfahan memiliki 162 masjid, 48 perguruan,
162 caravansaries dan 273 tempat pemandian umum, yang hampir seluruhnya
dibangun oleh Abbas I dan penggantinya Abbas II.
Dibidang seni, Safawiyah juga memiliki prestasi yang cukup diakui. Pada tahun
1510 sekolah seni lukis Timuriyah dipindahkan dari Herat ke Tibriz. Bahzad, salah
seorang pelukis terbesar saat itu, diangkat menjadi drektur perpustakaan raja dan
sebagai pembimbing dari sebuah workshop yang menghasilkan beberapa manuskrip.
Syah Tahmasp juga dikenal sebagai eniman besar yang diantaranya menghasilkan
pakaian jubah, hiasan diding, dan beberapa karya seni logam dan keramik. Dari sekolah
seni ini terbitlah sebuah edisi Syah name (buku tentang raja-raja) yang memuat
lebih dari 250 lukisan dan merupakan salah satu karya besar seni manuskrip iran. Syah
Abbas I juga menciptakan beberapa jenis lukisan, seperti peperangan, pemandangan
dan upacara kerajaan.
Disamping prestasinya dibidang keagamaan politik, milter sosial budaya serta
ekonomi, kerajaan Safawi juga mengukir sejarah perkembangan tradisi keilmuan. Dalam
sejarah Islam, persia dikenal sebagai bangsa yang peradannya tinggi dan berjasa dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Masa Kemunduran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja
yaitu, Safi Mirza (1628-1642), Tahmaps II (1722-1732 M), Sulaiman (1667-1694 M),
Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), Abbas II (1732-1736 M). Pada masa
raja-raja ini kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang,
tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang ahirnya membawa kepada kehancuran,
hal ini terjadi satu abad dari Abbas I.
Beberapa faktor pemicu terjadinya kemunduran dan kehancuran dinasti Safawi
antara lain:
1) Dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpinkerajaan Safawi. Para raja yang
berkuasa pada pasca Abbas I lemah, bertindak kejam kepada pembesar-pembesar
kerajaan yan dicurigai (Safi Mirza dan Sulaima), pemabuk (Sulaiman dan Abbas II)
2) Pasukan ghulam yang dibntuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang
tinggi seperti Qizilbash
3) Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Turki Usmani dan pemberian kekuasaan
yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya
terhadap penganut aliran Sunni
4) Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan istana,
juga serangan kerajaaan Mughal (Sultan Ayah Jehan), merebut Afganistan.
3. Kerajaan Mughal India
India menjadi wilayah Islam pada masa Umayyah yaitu pada masa khalifah al-Walid.
Penaklukan wilayah ini dilakkan oleh pasukan umayah yang dimpin oleh panglima
Muhammad Ibnu Qosim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah dipimpin Sultan Mahmud
mengembangkan kedudukan Islam diwilayah ini dengan berhasil menaklukan kekuasaan
Hindu dan mengislamkan sebagian asyarakat India pada tahun 1020 M. Setelah Ghazwani
hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini, seperti Dinasti
Khaji (1296-1526 M), Dinasti Tuglag (1320-1412 M), Dinasti Sayyid (1414-1451 M), dan
Dinasti Lodi (1451-1526 M).
Jadi Mughal bukanlah kerajaan islam pertama di India. Kerajaan ini didirikan oleh
zahirudin Babur seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya adalah Umar Mirza, penguasa
Fhargana sedangkan Ibunya keturunan Jengis Khan. Sepeninggal ayahnya, Babur yang
berusia 11 tahun mawarisi tahta kekuasaaan wilayah Fhargana. Ia bercitacita menguasai
Samarkand yang merupakan kota terpenting di Asia tengah pada saat itu. Pertama kali ia
,mengalami kekalahan dalam ekspansi itu. Kemudian berkat bantuan Ismail I, raja Safawi
tahun 1494 M, babur berhasil menaklukan Samarkand dan pada tahun 1504 M
menaklukan Kabul ibukota Afganistan.
Dari Kabul Babur melanjutkan ekspansina ke India pada saat itu diperintahkan oleh
Ibrahim Lodi. Pemerintahan Lodi sedang mengalami krisis an sedang melemah
pertahanannya sehingga Babur dengan mudah berhasil mengalahkannya. Dalam upaya
menguasai wilayah India. Babur berhasil menaklukan Punjap pada tahun 1526 M dalam
pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan sehingga pasukannya memasuki
kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan Babur dengan pemimpin Muhammad Lodi.
Pada pertempuran dekat Gorga, Babur dapat menumpas kekuataan Lodi paad tahun 1529
M. Setahun kemudian Babur wafat.
Sepeninggal Babut tahun 1530 M, tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya
Humayun. Sekalipun Babur berhasil menegakkan Mughal dari serangan musuh, namun
Humayun tetap saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil meredam pemberontakan
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun
1540 M, Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Syer
Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia. Di pengasingan ini ia menyusun
kekuatannya. Pada tahun itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama
Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya Humayun berhasil menegakkan
kembali kekuasaan Mughal.
Setahun kemudian Humayun yang merupakan raja yang cinta ilmu itu meninggal
duniaakibat jatuh dari tangga perpustakaannya. Humayun digantikan oleh anakna, Akbar
ang berusia 14 tahun. sebab ia masih muda maka urusan kerajaan diserahkan kepada
Bairun Khan seorang Syi’i. Di awal masanya, pemerintahan ini menghadapi pemberontakan
sisa-sisa keturunan Sher Khan Syah yang berkuasa di Punjab. Di Agra, timbul kekuatan
Hindu dipimpin oleh Himu yang berhasil merebut Agra Gwalior. Pasukan pemberontak itu
kemudian berusaha memasuki Delhi. Terjadilah peperangan yang Dahsyat (Panipat II)
tahun 1556 M, pasukan Himu dapat dikalahkan an Himu dieksekusi. Kawasan dikuasai
Mughal kembali.
Setelah dewasa, Akbar berusaha menyingkirkan Bairam Khan sebab terlalu
memaksakan faham Syi’ah. Bairam menagadakan pemberontakan yang segera dapat
dipadamkan oleh akbar (pertempuran Julladur, 1561 M) setelah menegakkan kekuatannya
di Delhi. Akbar melancarkan ekspansi kepada beberapa penguasa yang mengklaim
kemerdekaan dibeberapa wilayah. Seluruh wilayah India yang sangat luas berhasil
disatukan dalam suatu pemerintahan militeristik. Keberhasilan ekspansi militer Akbar
menandai berdirinya Mughal sebagai kerajaan besar. Dua gerbanga India yaitu kabul
(Gerbang kearah Turkistan) dan kota Kandahar (kearah Persia) dikuasai Akbar.
Keberhasilan ini mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Kemajuan yang telah dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh tiga Sultan berikutnya,
yaitu Jehangir (1658-1707 M), Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1658-1707 M).
Ketiganya merupakan raja-raja besar Mughal yang didukung oleh kekuatan miier yang
sangat besar. Setelah itu kerajaan Mughal berangsur menurun dengan raja-raja yang lemah
dan tidak dapat dipertahankan lebih lanjut.
a. Perkembangan Kerajaan Mughal
1) Strategi Pemerintahan. Bentuk pemerintahan militeristik itu antara lain, Sulatan
adalah penguasa absolute, pemerintahan daerah dipegang oleh seorang kepala
komandan (Sipah Salar), sedangkan distrik dipercayakan pada pemimpin komanan
(Fauzar). Jabatan-jabatan sipil juga memakai jenjang keangkatan bercorak
kemiliteran dan seluruh pejabat sipil diwajibkan mengikuti latihan kemiliteran.
Akhbar selanjutnya menempuh kebijakan politik Sulakhil (toleransi Universal) yang
mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya. Mereka tidak
dapat dibedakan sebab etnis atau agama. Bahkan akbar memiliki pendapat dan
keinginan yang liberal untuk menyatukan semua agama menjadi suatu bentuk
agama baru yang disebutnya sebagai Din Illihi, ia sendiri dinobatkan sebagai
Mujtahid mutlak. Secara umum politik ini berhasil menciptakan kerukunan
warga India yang sangat beragam suku dan keyakinan.
2) Perekonomian. Stabilitas politik ysng berhasil diciptakan Akbar mendukung
pencapaian di bidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada masa
ini dikembangkan penanganan pertanian secara terstruktur. Hasil pertanian ini
mensuplai kebutuhan bahan baku bagi pabrik-pabrik pengolahan. Kerajinan tenun
berkembang menjadi pabrik tekstil. Pada zaman Aurangzeb ia berhasil mengekspor
ke pasar Eropa. Rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium, wool, parfum dan
lainlain yang juga merupakan barang-barang produksi Mughla India yang menjadi
komoditi ekspor. Hal ini diatas menunjukkan tercapainya kemakmuran
selama pemerintahan Mughal di India.
3) Bidang Seni. Yang paling menonjol pada kerajaan ini adalah kemajuan dalam bidang
seni syair dan arsitektur sebagai biang yang mencapai kemajuan yang sangat besar
dikerajaan Mughal. beberapa bangunan peninggalan Mughal yang indah dan
mengagumkan masih dapat disaksikan hingga sekarang. Misalnya istana Fathur,
Sikri, Villa dan beberapa masjid yang indah yang dibangun oleh Syah Jehan, masjid
Agung Delhi dan istana di Lahore.
4) Ilmu Pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak mengalami kemajuan, bahkan menurun
dibandingkan masa-masa sebelumnya. Dalam bidang ini, umat islam cenderung
taklid pada imamimam masa klasik. Kalaupun ada ijtihad pada masa itu lebih al-
ijtihad fi al-madzab bukan hasil pikiran yang mandiri. Beberapa sains yang
berkembang pada masa klasik ada yang tidak berkembang bahkan ada yang
dilupakan. Filsafat dianggap bid’ah. Mayoritas umat Islam memilih sufisme sebagai
jalan hidup dan mempengaruhi sikap hidup fatalistik.
5) Bidang Keagamaan. Tahap permulaan Islam di India bersifat politis, yakni tahap
penaklukan dan penguasaan dari minoritas. Mengembangkan hubungan dengan
orang Hindu pada bidang keagamaan dan sosial adalah suatu hal yang niscaya
dilakukan. Perintisperintis ini bukanlah para ulama melainkan pada sufi mulai abad
ke-13 M hingga seterusnya berhasil mengislamkan beberapa besar kaum Hindu
awam terutama di kasta-kasta bawah. Yang terjadi kecenderungan sinkretisme
dalam beragama.
b. Masa Kemunduran
Setelah satu abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibangun oleh sultan-
sultan sebelumnya. Pada bad ke-18, kerajaan ini mulai memasuki masa-masa
kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot. Suksesi kepemimpinan menjadi
ajang rebutan, terjadi separitis Hindu, Sikh dan Islam yang semakin mengecam.
Sementara itu para pedagang Inggris mulai diizinkan menanam modal di India dengan
didukung oleh kekuatan bersenjata yang semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah
lemah. Lalu satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan
cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-masing.
Kekalahan Mughal dari serangan ini berakibat jatuhnya Mughal kedalam
kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagi Sultan.
Ketika kerajaan Mugal dalam kondisi lemah ini, Inggris semakin kuat posisinya. Ia
memperkuat pengaruhnya tidak hanya dalam hal perdagan, tetapi dalam bidang politik
dengan dibentuknya EIC (the East India Company).
Periode Modern (1800 sekarang
Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang
berakhir pada tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam terutama Turki dan Mesir akan
kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan
pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan balance of
power, yang telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak islam dengan Barat sekarang
berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat periode klasik.
Pada waktu itu, Islam sedang naik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang
sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan Barat tampak gemilang. Dengan demikian,
timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam.
Pemukapemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat
umat Islam maju kembali sebagaimana yang terjadi pada periode klasik. Usaha-usaha ke arah
itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Akan tetapi, dalam hal itu, Barat juga
bertambah maju).
Beberapa tokoh pembaharu atau modernisasi di kalangan dunia Islam di antaranya:
Muhammad bin Abdul Wahab di Arabia. Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Rasyid Ridha di Mesir. Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah dan Muhammad
Iqbal di India. H. Abdul Karim Amrullah, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy'ari di
Indonesia, dan masih banyak yang lainnya. Demikian gambaran umum periodesasi peradaban
Islam dari periode klasik, pertengahan dan modern sebagai cermin masa lalu dan sebagai
pelajaran bagi orang yang datang kemudian agar mampu menghadapi masa depan dengan
penuh optimisme serta belajar dari kegagalan masa lalu dan agar terhiindar dari pesimisme.
Kejayaan Islam pada tiga kerajaan besar masih bisa disaksikan hingga kini. Peninggalan
ini bisa disaksikan dalam bentuk arsitek di Istanbul, Iran dan Delhi.
Tiga kerajaan Islam di masa kejayaannya yang dimulai dari Kerajaan Usmani di Turki,
Kerajaan Mughal di India, dan Kerajaan Safawi di Persia. Tiga Kerajaan ini lebih
memusatkan perhatian mereka pada budaya demokratis Islam, dan membangun kerajaan
absolute. Hampir setiap segi kehidupan umum dijalankan dengan ketelitian terstruktur dan
birokratis dan berbagai kerajaan mengembangkan sebuah administrasi yang ruwet. Ketiga
kerajaan besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam setelah runtuhnya Bani
Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga kerajaan besar ini berbeda dengan
kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik jauh lebih
kompleks. Di bidang intelektual, kemajuan di zaman klasik.
Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid kepada imam-imam
besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan
adalah ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang masih berada dalam batas-batas mazhab
tertentu. Tidak lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran bebas yang mandiri. Filsafat dianggap
bid’ah. Kalau pada masa klasik, umat Islam maju dalam bidang politik, peradaban, dan
kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga
kerajaan besar kemajuan dalam bidang filsafat kecuali sedikit berkembang di kerajaan Safawi
Persia dan ilmu pengetahuan umum tidak didapatkan lagi. Kemajuan yang dapat dibanggakan
pada masa ini hanya dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian, terutama arsitektur.